cover diganti NT yah.
Kecelakaan membuat pasangan kekasih bernama Amanda Rabila dan Raka Adhitama berpisah dalam sekejap. Kehadiran ibunda Raka pada saat itu, membuat hubungan mereka pun menjadi bertambah rumit.
"Lima milyar!"
"Ini cek berisi uang lima milyar. Semua ini milikmu, asalkan kau mau pergi dari kehidupan putraku selamanya."
-Hilda-
Amanda pun terpaksa memilih pergi jauh meninggalkan Raka yang sedang terbaring tak sadarkan diri.
Hingga suatu hari, takdir mempertemukan mereka kembali dalam kondisi yang berbeda. Amanda datang bukan lagi sebagai Amanda Rabila, melainkan sebagai Mandasari Celestine, bersama seorang anak lelaki tampan berusia 5 tahun.
Apakah Raka mengenali kekasihnya yang telah lama hilang?
Mampukah Raka mengungkap anak yang selama ini dirahasiakan darinya?
Temukan jawabannya di cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rayyan
"Tuan Raka, ini kopi susu anda," ucap Manda seraya meletakkan secangkir kopi susu di atas meja Raka.
Raka menoleh, pria itu menatap cangkir dengan pandangan mata yang dingin. Lalu tatapannya dialihkan pada Manda.
"Apa kau tidak tahu jika aku tidak menyukai susu?"
Manda tercekat. Ia memperhatikan Raka dengan lekat.
Raka....tidak suka susu? Bukankah dulu dia sangat menyukai susu?
Kenapa...berubah?
"Lihat apa kamu?" sentak Raka.
"Bawa minuman ini keluar!!" bentaknya seraya menggebrak meja.
Manda terkejut hingga bahunya terangkat. Ia masih ingat bagaimana Raka sangat menyukai kopi susu dan bahkan sering minum bersamanya. Tapi, apakah kini bahkan kesukaannya pun terlah berubah?
"Maafkan saya Tuan. Saya tidak tahu kalau anda tidak suka susu. Biar saya ambil dan buatkan kopi untuk anda," ucap Manda seraya mengambil cangkir itu.
"Tidak usah! Cepat bawa keluar!"
Manda buru-buru keluar dari ruangan dengan membawa cangkir itu tanpa menoleh ke arah Raka lagi. Ia sungguh belum terbiasa menghadapi sikap Raka yang begitu kasar dan pemarah.
Sedangkan Raka menatap sejenak pintu yang baru saja tertutup itu. Tangannya mengepal di atas meja dengan rahang mengeras.
Diantara sekretaris yang pernah bekerja denganku. Baru dia saja yang datang membawakan aku kopi susu tanpa bertanya apapun, seolah ia tahu bahwa aku menyukai minuman itu.
Raka pun tersenyum tipis. Dulu ia pernah menyukai susu, namun kini Ia benci dengan susu karena Amanda paling menyukai minuman itu. Sangking sukanya, Amanda sering makan roti dan biskuit dicelupkan ke dalam susu. Atau memakan roti tawar cukup dengan dioleskan susu kental manis dan Raka sering mengikutinya.
Amanda..
Kenapa sulit sekali melupakan mu?
...----------------...
Sore itu Manda sudah pulang ke apartemen nya karena tidak ada pekerjaan yang lain. Raka juga langsung pulang tanpa menegur sapa dirinya sehingga ia tak menyia-nyiakan kesempatan. Sarah pun ikut mampir karena memang apartemen mereka bersebelahan.
"Mama...." panggil Rayyan.
Manda pun tersenyum lalu merendahkan tubuhnya untuk memeluk Rayyan.
"Sayangnya mama..."
"Mama, kangen. Sore banget pulangnya," ucap Rayyan dengan manja.
"Maaf ya sayang, mama kan harus cari uang untuk Rayyan jajan, Rayyan sekolah, jadi mama harus pulang sore. Rayyan nggak apa-apa kan?"
"Hmm iya, yang penting mama juga baik-baik aja di tempat kerja dan selalu pulang jam segini ya? Jangan malam-malam," pinta Rayyan.
"Iya sayang," sahut Manda sambil mengacak kecil rambut putranya.
Sarah yang memperhatikan itu pun seketika teringat sesuatu. Ia memperhatikan Rayyan dengan lekat, lalu pandangannya dialihkan kepada Manda.
"Manda, ini anakmu?" tanya nya.
"Iya Sar, kemarin kan sudah lihat," sahut Manda.
"Ayo Rayyan, salam pada Tante Sarah," pinta Manda sambil mengusap rambut Rayyan.
"Hai Tante," ucap Rayyan tersenyum manis sambil mencium punggung tangan Sarah.
Sarah pun tersenyum dan membelai rambutnya. "Halo sayang."
Setelah tersenyum pada Rayyan, Sarah pun menatap Manda dan menyentuh pergelangan tangannya.
"Kemarin aku tak begitu memperhatikannya, karena Rayyan kan memakai topi dan kacamata hitam, dan sekarang baru terlihat jelas wajahnya Rayyan," ucap Sarah setengah berbisik.
Mendengar ucapan sahabatnya itu pun membuat Manda terhenyak. Jantungnya tiba-tiba berdetak cepat.
Astaga, aku lupa jika wajah Rayyan mirip dengan Raka. Apa Sarah menyadarinya?
Manda pun menoleh ke arah Rayyan dan menyentuh pundaknya dengan lembut.
"Sayang, Rayyan udah mandi?"
Anak itu pun menggelengkan kepalanya.
"Kalau gitu, Rayyan mandi dulu ya sama mba Inah, oke?"
Rayyan pun mengangguk. "Iya mah."
Anak lelaki berusia lima tahun itu pun pergi menuju pengasuhnya meninggalkan Manda dan Sarah di ruang depan.
"Kok disuruh pergi sih Rayyan nya?" protes Sarah.
"Iya, dia kan belum mandi. Biarkan mandi dulu, Sar."
"Tapi aku kan masih mau lihat wajahnya."
"Kamu ini, memangnya kenapa dengan wajah Rayyan, hmm?"
Sarah terdiam sejenak, lalu ia menggenggam tangan Manda dengan tiba-tiba sehingga membuat Manda sedikit tersentak.
"Man, wajah Rayyan itu mirip sekali dengan Tuan Raka. Seperti versi juniornya."
"Apa kalian pernah...."
"Hush, kamu ini. Kamu kan tahu kalau aku pernah diperkosa di Los Angeles, masa sama Raka sih?" sahut Manda berbohong.
Memang, Manda tak terbuka pada Sarah mengenai dirinya yang pernah melakukan hal tersebut bersama Raka. Sarah hanya tahu jika Manda dan Raka menjalin hubungan. Namun ia tak pernah tahu bahwa mereka sempat melakukannya di saat mabuk bersama.
Manda tidak ingin masalah pribadinya diketahui banyak orang yang nantinya akan terdengar oleh Hilda. Manda tidak tahu apa yang akan Hilda lakukan, jika perempuan paruh baya itu tahu Manda memiliki anak dari putranya.
Sarah pun tersenyum kikuk seraya garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Iya sih, kamu pernah cerita. Tapi kenapa mirip Tuan Raka ya menurutku."
"Ya namanya juga manusia Sar. Di dunia ini, kita tuh memiliki 7 wajah yang sama. Jadi ya mungkin wajah yang mirip dengan Raka salah satunya adalah wajah anakku," elak Manda.
"Hahahaha iya ya? Aku malah baru tahu cerita seperti itu. Iya mungkin ya Man. Beberapa artis juga banyak yang mirip padahal tidak ada hubungan darah," sahut Sarah membenarkan.
"Nah betul, itu kau tahu."
"Eh iya Manda, malam ini temani aku ke hotel Grand Pasific dong," pinta Sarah.
"Mau apa ke hotel mahal itu?"
"Aku ada urusan bisnis, ketemuan dengan pembeli kalung ku."
"Tapi aku boleh bawa Rayyan?"
"Tentu saja, kenapa tidak Manda."
"Baiklah, aku siap-siap dulu. Kamu juga sana," ucap Manda seraya beranjak.
"Oke."
Sementara itu, di sisi lain..
"Tuan Raka, Group MTC ingin menjual hotel Grand Pasific dan menawarkannya kepada Anda. Apakah anda tertarik?" tanya Dito seraya memberikan berkas kepada Raka.
"Hotel bintang lima, kenapa ia ingin menjualnya?"
"Sepertinya mereka sedang membutuhkan modal besar, Tuan."
Raka terlihat berfikir sejenak.
"Baiklah, kita bicarakan lebih lanjut, dimana bisa ditemui?"
"Hotel Grand Pasific Tuan," sahut Dito.
"Bawa aku kesana!"