NovelToon NovelToon
Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Anak Kembar / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Isabella Rosales mencintai Alex Ferguson dan ketiga anak kembar mereka—Adrian, Eren, dan Alden—lebih dari hidupnya sendiri. Namun, kebahagiaan mereka direnggut secara paksa. Berasal dari keluarga Rosales yang merupakan musuh bebuyutan keluarga Ferguson, Isabella diancam oleh keluarganya sendiri: tinggalkan Alex dan anak-anaknya, atau mereka semua akan dihancurkan.

Demi melindungi orang-orang yang dicintainya, Isabella membuat pengorbanan terbesar. Ia berpura-pura meninggalkan mereka atas kemauannya sendiri, membiarkan Alex percaya bahwa ia adalah wanita tak berperasaan yang memilih kebebasan. Selama lima tahun, ia hidup dalam pengasingan yang menyakitkan, memandangi foto anak-anaknya dari jauh, hatinya hancur setiap hari.

Di sisi lain kota, Celine Severe, seorang desainer yatim piatu yang baik hati, menjalani hidupnya yang sederhana. Jiwanya lelah setelah berjuang sendirian begitu lama.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang tragis. Sebuah kecelakaan hebat terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Kata-kata singkat Alex di lorong malam itu meninggalkan jejak yang tak terduga di dalam diri Isabella. Itu bukanlah pujian, bahkan bukan keramahan. Itu adalah pengakuan fungsional dari seorang majikan terhadap karyawannya. Namun, bagi Isabella, yang telah hidup dalam keheningan dan tatapan dingin selama berminggu-minggu, kata-kata itu terasa seperti setetes air di gurun pasir. Sebuah pengakuan bahwa ia, sebagai Celine, memiliki peran yang tak tergantikan di rumah itu.

Harapan adalah hal yang berbahaya. Isabella telah mempelajarinya dengan cara yang paling menyakitkan. Namun, ia tidak bisa mencegah percikan kecil harapan itu menyala di dalam hatinya yang lelah. Harapan bahwa mungkin, seiring berjalannya waktu, ia tidak hanya akan memenangkan hati anak-anaknya, tetapi juga sedikit rasa hormat dari pria yang telah membangun dinding begitu tinggi di sekelilingnya.

Keesokan harinya, energi di Rumah Awan Pelangi terasa lebih ringan. Ketegangan yang mencekik setelah insiden di taman atap telah sedikit mereda. Alex kembali ke sikapnya yang menjaga jarak, tetapi tidak ada lagi hawa permusuhan yang dingin. Ia tampak lebih… termenung. Ia mengamati "Nona Celine" dari kejauhan, bukan lagi sebagai seorang detektif yang mencari kebohongan, tetapi sebagai seorang ayah yang bingung, mencoba memahami bagaimana orang asing ini bisa membawa begitu banyak perubahan positif ke dalam dunianya yang beku.

Pagi itu, para tukang kebun profesional yang disewa Alex tiba. Nyonya Diana memanggil Isabella ke taman atap untuk memberikan pengarahan awal kepada tim. Saat ia melangkah keluar ke bawah sinar matahari pagi, hatinya terasa sakit sekaligus lega. Tamannya, hatinya, tidak akan dihancurkan. Sebaliknya, ia akan dihidupkan kembali.

Kepala tukang kebun, seorang pria paruh baya bernama Pak Budi, membentangkan cetak biru desain asli taman itu di atas sebuah meja darurat. "Ini adalah desain asli dari Nyonya Isabella, Nona Celine," jelasnya dengan hormat. "Tuan Ferguson meminta kami untuk mengembalikannya persis seperti sedia kala. Tapi kami sedikit bingung dengan beberapa spesifikasi tanaman. Misalnya, di sini tertulis 'Anggrek Bulan Komet' untuk area teduh, tapi itu adalah tanaman yang sangat sulit dirawat di ketinggian ini."

Isabella mencondongkan tubuhnya ke atas cetak biru itu, dan untuk sesaat, ia lupa perannya. Ia kembali menjadi Isabella, sang perancang taman. "Oh, itu karena cetak birunya tidak lengkap," katanya secara refleks, antusiasme terdengar jelas dalam suaranya. "Di bawah petak anggrek itu seharusnya dipasang sistem pengkabutan dengan sensor kelembapan. Anggrek Komet butuh kelembapan tinggi tapi tidak suka akarnya tergenang. Sistem itu akan menyemprotkan kabut halus setiap beberapa jam untuk meniru habitat aslinya. Panel kontrolnya terhubung dengan panel irigasi utama."

Pak Budi dan timnya menatapnya dengan takjub. Pengetahuan teknis yang begitu mendetail dari seorang pengasuh anak?

Isabella segera sadar akan kesalahannya. Ia buru-buru menambahkan, "Sa-saya hanya membaca tentang itu di beberapa jurnal arsitektur lanskap. Saya tertarik dengan hal-hal seperti itu."

"Pengetahuan Anda sangat mengesankan, Nona," puji Pak Budi dengan tulus.

Sepanjang pagi itu, tanpa ia sadari, Isabella menjadi konsultan tidak resmi proyek tersebut. Ia memberikan saran tentang jenis tanah yang tepat untuk mawar panjat di pergola, dan bagaimana pohon zaitun kerdil di sudut membutuhkan perlindungan ekstra dari angin kencang. Ia melakukannya dengan begitu alami, didorong oleh kecintaannya pada taman itu, hingga ia tidak menyadari bahwa di balik salah satu jendela kaca yang menghadap ke atap, Alex Ferguson telah mengamati seluruh interaksi itu.

Alex tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya berdiri di sana, secangkir kopi di tangannya mendingin tak tersentuh. Cerita "anak magang" yang diceritakan Celine kini terasa semakin tipis. Seorang anak magang mungkin mengagumi sebuah desain, tetapi ia tidak akan memahami filosofi dan detail teknis di baliknya dengan keintiman seperti itu. Wanita ini berbicara tentang taman itu seolah-olah ia telah menanam setiap benihnya dengan tangannya sendiri. Setiap "bukti" baru yang ia temukan hanya menyeretnya lebih dalam ke dalam misteri yang membingungkan ini.

Minggu itu berlalu dengan damai. Taman di atap mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan kembali. Tanah yang gembur telah dibentangkan, dan bibit-bibit tanaman baru mulai ditanam. Bagi anak-anak, itu adalah tempat bermain baru yang menarik. Bagi Isabella, itu adalah simbol harapan yang tumbuh subur.

Pada hari Jumat sore, saat Isabella sedang membantu anak-anak menyelesaikan proyek seni mereka—membuat diorama hutan dengan daun-daun asli—Alex pulang lebih awal dari biasanya. Ia tidak langsung pergi ke ruang kerjanya. Sebaliknya, ia berjalan ke ruang bermain, kehadirannya yang tiba-tiba membuat anak-anak bersorak gembira.

"Ayah!" seru Eren, berlari untuk memeluk kaki ayahnya.

Alex tersenyum—senyum tulus pertama yang dilihat Isabella dalam waktu yang sangat lama. Ia mengangkat Eren ke dalam pelukannya dan mengacak-acak rambut Alden.

"Bagaimana kalau besok kita pergi jalan-jalan?" kata Alex, pengumumannya membuat ketiga anak itu terdiam karena terkejut, lalu meledak dalam sorakan yang lebih keras.

Pergi keluar. Sebagai sebuah keluarga. Itu adalah sesuatu yang belum pernah mereka lakukan selama lima tahun. Sejak kepergian Isabella, Alex telah mengisolasi anak-anak di dalam sangkar emas Rumah Awan Pelangi, melindungi mereka dari dunia luar dan pertanyaan-pertanyaan penuh rasa ingin tahu.

"Kita akan pergi ke Konservatorium Kupu-kupu Kekaisaran," lanjut Alex, matanya kemudian beralih dan menatap lurus ke arah Isabella. "Nona Severe, tolong siapkan anak-anak besok pagi pukul sembilan. Dan Anda juga akan ikut bersama kami."

Dunia Isabella seolah berhenti berputar. Ikut bersama mereka? Di tempat umum? Di mana ada ratusan orang? Di mana ada kemungkinan seseorang dari masa lalunya—seseorang dari keluarga Rosales—bisa melihatnya? Kepanikan yang dingin menjalari dirinya. Selama ini, ia aman di dalam anonimitas Rumah Awan Pelangi. Pergi keluar adalah sebuah risiko yang tidak pernah ia perhitungkan.

"Tentu saja, Tuan Ferguson," jawabnya, suaranya berhasil ia jaga agar tetap tenang, meskipun jantungnya berdebar kencang karena cemas.

Alex mengangguk, puas dengan jawabannya. Ia tidak tahu badai ketakutan yang baru saja ia ciptakan di dalam diri wanita itu. Baginya, ini adalah langkah berikutnya dalam eksperimennya. Ia ingin melihat bagaimana "Celine" berinteraksi dengan anak-anak di luar lingkungan yang terkendali ini. Ia ingin melihat reaksi orang-orang terhadap mereka. Dan mungkin, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia hanya ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi sebuah keluarga lagi, bahkan jika hanya untuk satu hari, dengan wanita misterius yang anehnya terasa begitu akrab ini.

Malam itu, setelah anak-anak tertidur dengan mimpi indah tentang kupu-kupu, Isabella duduk sendirian di kamarnya, perasaan cemas menggerogoti dirinya. Ini adalah sebuah dilema yang mengerikan. Menolak pergi akan menimbulkan kecurigaan besar pada Alex. Tetapi menerima undangan itu sama saja dengan berjalan ke ladang ranjau dengan mata tertutup.

Ia menatap pantulan wajah Celine di cermin. Wajah yang manis dan tidak mencolok. Mungkin tidak akan ada yang mengenalinya. Mungkin ia bisa berbaur dengan kerumunan. Tapi risiko itu tetap ada. Satu tatapan yang salah dari orang yang salah bisa menghancurkan segalanya.

Namun kemudian, sebuah pikiran lain muncul. Gambaran tentang anak-anaknya yang tertawa di bawah kubah kaca konservatorium, dikelilingi oleh ribuan kupu-kupu berwarna-warni. Gambaran tentang dirinya yang berada di sana, bersama mereka, menjadi bagian dari kenangan bahagia mereka. Kesempatan untuk menjadi "ibu" mereka di dunia nyata, bukan hanya di dalam istana kaca mereka.

Keinginan itu, kerinduan itu, jauh lebih kuat daripada rasa takutnya. Ia tidak bisa menolaknya. Untuk satu hari, ia akan mengambil risiko itu. Untuk satu hari, ia akan membiarkan dirinya menjadi bagian dari keluarga Ferguson lagi.

Dengan tangan yang gemetar, ia membuka lemari pakaian kecilnya, mencari pakaian paling sederhana dan tidak mencolok yang bisa ia temukan untuk petualangannya yang paling berbahaya besok.

1
Indah Ratna
bagus thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!