NovelToon NovelToon
KARENA MEMBUKA MATA BATIN

KARENA MEMBUKA MATA BATIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Mata Batin / Kutukan / Tumbal
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

JANGAN ABAIKAN PERINGATAN!

Sadewa, putra seorang pejabat kota Bandung, tak pernah percaya pada hal-hal mistis. Hingga suatu hari dia kalah taruhan dan dipaksa teman-temannya membuka mata batin lewat seorang dukun di kampung.

Awalnya tak terjadi apa-apa, sampai seminggu kemudian dunia Dewa berubah, bayangan-bayangan menyeramkan mulai menghantui langkahnya. Teror dan ketakutan ia rasakan setiap saat bahkan saat tidur sekali pun.

Sampai dimana Dewa menemukan kebenaran dalam keluarganya, dimana keluarganya menyimpan perjanjian gelap dengan iblis. Dan Dewa menemukan fakta yang menyakiti hatinya.

Fakta apa yang Dewa ketahui dalam keluarganya? Sanggupkah dia menjalani harinya dengan segala teror dan ketakutan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9. PENJELASAN

Malam itu terasa berbeda. Tidak ada lagi jeritan yang tiba-tiba mengoyak keheningan, tidak ada suara langkah misterius di koridor, tidak ada bisikan yang menusuk telinga dari balik kegelapan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sadewa dapat menarik napas lega, meski tubuhnya masih menyisakan getar halus seolah bayangan-bayangan itu tak benar-benar pergi.

Ia duduk di kamarnya bersama keluarganya. Lampu gantung tua menerangi ruangan dengan cahaya putih hangat, memantulkan bayangan lembut di dinding. Retno, ibunya, duduk di lantai berbalut karpet berbulu bersama yang lain dengan rasa lega yang jelas tampak di wajah. Dian, kakak keduanya, menyandarkan tubuh di kaki tempat tidur dengan wajah penuh kecemasan, sedangkan Naras, kakak pertamanya, duduk bersedekap dengan sorot mata yang tajam mengawasi Sadewa.

Arsel dan Tama, dua pemuda yang kini terasa seperti tamu sekaligus penolong, berada di sisi lain ruangan. Wajah Arsel tenang, sorot matanya teduh namun dalam, seolah mampu menembus lapisan jiwa yang tersembunyi.

Tama di sisi lain, duduk santai dengan ekspresi waspada, kedua tangannya menyatukan jari seakan meraba energi tak kasat mata. Hal itu tentu hanya di sadari oleh Arsel semata, yang kini duduk di sampingnya setelah memastikan keadaan.

Sadewa menelan ludah. Ada sesuatu di udara malam itu, perasaan bahwa sebuah percakapan penting akan membuka tabir gelap yang selama ini menghantuinya.

"Dewa?" panggil Arsel lembut, tapi mengandung kekuatan yang sulit diabaikan. "Aku ingin bertanya sesuatu. Dan aku harap kamu jawab dengan jujur."

Dewa mengangkat kepalanya, sedikit kaget. "Apa itu?"

Arsel menatapnya lurus. "Kenapa kamu pergi ke dukun dan memaksa buka mata batinmu?"

Pertanyaan itu bagai petir menyambar. Ruangan mendadak hening. Retno menoleh cepat, wajahnya pucat. Dian menutup mulut dengan tangan, sementara Naras beringsut maju dengan mata melebar.

"A-apa?" Sadewa terperangah. "Bagaimana kamu ... tahu?"

Dewa menatap Arsel dengan mata yang penuh keterkejutan. Selama ini tak seorang pun dalam keluarganya tahu rahasia itu. Ia menyimpan rapat-rapat, bahkan kepada ibunya. Ia benar-benar yakin bahwa rahasia itu terkubur bersama keputusannya yang konyol. Namun kini, seorang asing yang baru dikenalnya malam ini tiba-tiba sudah menyingkap segalanya.

"Apa maksudmu, Dewa?" suara Naras membuncah marah. "Kamu pergi ke dukun?!"

Dewa terdiam. Napasnya memburu. Wajahnya merah, bukan hanya karena rasa bersalah, tapi juga ketakutan. Ia merasa seluruh dunia berputar cepat, rahasia yang ia simpan meledak begitu saja tanpa sempat ia kendalikan.

Arsel mengangkat tangan, mencoba menenangkan. "Tenang dulu. Aku tahu ini mengejutkan, tapi biarkan Dewa menjelaskan."

Retno yang duduk masih menggenggam tasbihnya erat-erat. "Bagaimana bisa kamu tahu, Nak? Dewa bahkan nggak cerita apa pun ke Ibu," tanyanya.

Arsel menarik napas panjang, lalu berkata dengan suara rendah namun tegas, "Ini salah satu kemampuan saya. Saya nggak membaca pikiran, tapi saya bisa melihat akar dari masalah yang menempel pada seseorang. Itu cara saya membantu orang-orang yang dihantui atau diteror seperti Sadewa."

Sadewa tercekat. Kata-kata itu terasa asing namun masuk akal. Ia menunduk, meremas jari-jarinya yang dingin.

Naras, yang sejak tadi berdiri dengan amarah membara, akhirnya bersuara lantang, "Sadewa! Apa kamu gila?! Pergi ke dukun, membuka mata batin secara paksa, lalu membuat dirimu menderita seperti ini?! Kamu pikir ini main-main?!"

Bentakan itu membuat Sadewa gemetar. Ia ingin menjawab, tapi suaranya tercekat di tenggorokan.

"Sudahlah, Naras." Retno berusaha menenangkan. "Jangan langsung marah. Dengar dulu penjelasan adikmu."

Dian mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Iya, Bang. Jangan salahkan Dewa dulu. Kita semua tahu betapa ketakutan Dewa. Biarkan dia bicara."

Tama yang sejak tadi diam ikut angkat suara, suaranya tenang tapi penuh wibawa. "Kemarahan hanya akan menutup pintu kejujuran. Kalau kalian ingin tahu kebenaran, beri ruang pada Dewa untuk bicara."

Hening sesaat. Akhirnya, Naras mengembuskan napas berat, lalu diam walau memasang wajah kesal. "Baiklah. Jelaskan, Dewa. Sekarang juga."

Sadewa menarik napas panjang. Tangannya bergetar, tapi ia memaksa diri untuk menatap mereka semua. "Aku ... aku pergi ke dukun itu karena kalah taruhan."

Naras mendengus. "Taruhan?!"

"Bukan taruhan uang!" Sadewa buru-buru menegaskan. "Aku tahu kalian akan salah paham. Ini taruhan konyol khas anak SMA. Waktu itu aku dan teman-temanku sedang bercanda, saling menantang dan bermain lalu aku kalah. Mereka bilang kalau aku penakut. Dan menyuruhku pergi ke dukun untuk buka mata batin. Aku kesal, jadi aku bilang aku berani. Dan akhirnya ... ya, aku terjebak dalam taruhan bodoh itu."

Dian menatapnya iba. "Ya Tuhan, Dewa."

Sadewa melanjutkan, suaranya lirih tapi jelas, "Aku pikir itu cuma main-main. Aku bahkan yakin dukun itu tidak benar-benar bisa membuka mata batin. Jadi aku pergi, mengikuti taruhan itu. Dan setelah selesai, aku pulang begitu saja. Aku tidak merasa ada yang berubah. Makanya aku pikir ... itu tidak berhasil."

Ruangan kembali hening. Kata-katanya menggantung di udara, seperti kabut tipis yang sulit hilang. Semua perlahan menyadari: mimpi buruk yang menimpa Sadewa berawal dari kejahilan remaja yang sembrono.

Arsel memecah keheningan dengan suara tenang, "Dewa, dengarkan baik-baik. Dukun itu nggak benar-benar membuka mata batin kamu. Yang dia lakukan adalah menandaimu."

Sadewa menoleh cepat, wajahnya pucat. "Menandai? Maksudnya apa?"

"Marking," Arsel menjelaskan dengan serius. "Dia menaruh tanda pada dirimu. Entah untuk tujuan apa, tapi jelas itu bukan hal baik. Teror yang kamu alami seminggu ini bukan akibat pembukaan mata batin, melainkan akibat penandaan itu."

Retno terperangah, tangannya bergetar mendengar hal itu. "Astaga ... jadi anakku dijadikan sasaran?"

"Lalu ... untuk apa?" tanya Sadewa, suara bergetar. "Kenapa aku? Kenapa aku ditandai?"

Arsel menatapnya lekat, namun kali ini ia menggeleng perlahan. "Aku nggak bisa menjawabnya sekarang. Jika aku asal menebak, itu hanya akan menjadi fitnah. Tapi satu hal yang pasti: mata batin kamu memang sudah waktunya terbuka. Ada gadis turunan dari keluarga yang peka dengan dunia tak kasat mata dan kamu salah satu yang diturunkan. Hanya saja, karena ada tanda itu, prosesnya menjadi kacau. Terlalu lebar, terlalu cepat. Itulah yang membuat lebih banyak makhluk datang padamu."

Dian berbisik lirih, "Makhluk-makhluk itu ... kenapa mereka menginginkan Dewa?"

Arsel menatap semua orang di ruangan itu, lalu berkata, "Bayangkan gelap gulita tanpa cahaya sedikit pun. Lalu ada satu lampu kecil yang menyala. Apa yang terjadi?"

"Semua mata akan tertuju pada cahaya itu," timpal Tama pelan.

Arsel mengangguk. "Itulah yang terjadi pada Sadewa pada mereka yang peka atau biasa disebut indigo. Orang yang bisa melihat dan menembus dimensi tak kasat mata adalah lampu di tengah kegelapan abadi. Cahaya itu menarik perhatian. Dan yang tertarik padanya bukan hanya arwah yang tersesat, tapi juga mereka yang ingin menebar teror. Roh-roh penasaran, jin, anak setan, bahkan iblis."

Suasana ruangan menegang. Retno menggigil. Dian memeluk dirinya sendiri. Naras menatap adiknya dengan sorot mata yang tak mampu menyembunyikan rasa takut.

Sadewa sendiri terdiam, jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Arsel terasa seperti belenggu yang semakin kuat menjeratnya.

Arsel menatap ruangan sekali lagi. Suaranya menurun, nyaris seperti bisikan, tapi cukup untuk membuat semua bulu kuduk berdiri.

"Dan satu hal lagi ... ada sesuatu yang tidak wajar di rumah ini," kata Arsel akhirnya.

Semua orang terkejut setengah mati mendengar hal itu. Rupanya urusannya bukan hanya berpusat pada Sadewa tapi justru pada mereka tinggal.

1
Deyuni12
Arsel 🥺
Deyuni12
lanjuuuuuut
Deyuni12
semakin menegangkan
Miss Typo
semangat kalian bertiga, semoga bisa 💪
Miss Typo: baru 2 bab 😁✌️
total 1 replies
Deyuni12
lagi akh 😅😅
Miss Typo
kok aku jadi terhura nangis lagi nangis mulu 😭
Deyuni12
lagiiiiiii
Deyuni12
ada kabut apa sebenarnya d keluarga dewa sebelumnya,masih teka teki n masih samar,belum jelas apa yg terjadi sebetulnya.
ikutan emosi,kalut,takut n apa y,gtu lah pokoknya mah
Deyuni12: kasih tau aku y kalo udah ketahuan 😄
total 2 replies
Deyuni12
orang yg tidak d harapkan malah pulang, hadeeeh
Archiemorarty: Ndak kok /Slight/
total 3 replies
Miss Typo
belum tau siapa orang yg bikin Dewa jadi tumbal, dari awal aku pikir ayahnya tapi dia gak percaya hal begituan, atau kakek neneknya dulu atau siapa ya??? 😁
Miss Typo: masih mikir 😁
total 2 replies
Miss Typo
saat kayak gitu malah ayahnya mlh pulang ke rumah, bikin geram aja tuh orang 😤
Miss Typo: geram sm ayahnya Dewa 😤
total 2 replies
Deyuni12
bacanya menguji adrenalin
Deyuni12
semangat dewa
Deyuni12
huaaa
ternyata bener kn jadi tumbal
Deyuni12: hayoo sama siapa hayooo
total 2 replies
Deyuni12
masa iya dewa d jadikan tumbal sama leluhurnya..hm
Deyuni12
what!!!
kenapa si dewa ini
Deyuni12: hayooo othor,kamu apain itu dewaaaa
total 2 replies
Miss Typo
tiap baca tegang tapi juga penasaran,,, semangat Dewa Arsen dan Tama
Miss Typo
semoga kamu kuat kamu bisa Dewa bersama Arsen dan Tama
Miss Typo
kuat Sadewa kuat, kamu pasti bisa
Miss Typo
dari awal dah menduga jadi tumbal tapi okeh siapa?
apa ayahnya Dewa???
Miss Typo: kalau othor mh jelas nulis banyak, sedangkan diriku komen dikit aja typo mulu, makanya nama disini Miss Typo hehe
total 7 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!