NovelToon NovelToon
Accidentally Yours

Accidentally Yours

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Kim

Velora, dokter muda yang mandiri, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya karena satu janji lama keluarga. Arvenzo, CEO arogan yang dingin, tiba-tiba menjadi suaminya karena kakek mereka dulu membuat perjanjian yakni cucu-cucu mereka harus dijodohkan.

Tinggal serumah dengan pria yang sama sekali asing, Velora harus menghadapi ego, aturan, dan ketegangan yang memuncak setiap hari. Tapi semakin lama, perhatian diam-diam dan kelembutan tersembunyi Arvenzo membuat Velora mulai ragu, apakah ini hanya kewajiban, atau hati mereka sebenarnya saling jatuh cinta?

Pernikahan paksa. Janji lama. Ego bertabrakan. Dan cinta? Terselip di antara semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Ruangan rahasia?

Lorong rumah keluarga Wardhana terasa lengang malam itu. Velora baru saja keluar dari kamarnya untuk berjalan-jalan sebentar, mencoba membiasakan diri dengan suasana rumah yang begitu besar dan hening. Langkahnya tanpa sadar membawanya ke ujung koridor lantai dua, tepat ke depan sebuah pintu yang berbeda dari yang lain.

Pintu itu kokoh dan tinggi, terbuat dari kayu gelap dengan garis besi yang membentuk pola abstrak di tengahnya. Tidak seperti pintu-pintu lain, di pintu ini terpasang kunci elektronik. Aura pintu itu terasa berat, seakan menyimpan sesuatu yang tidak boleh disentuh.

Velora terdiam, menatapnya cukup lama. Ada rasa penasaran aneh, membuatnya hampir mengangkat tangan untuk menyentuh gagangnya.

Suara langkah tegas menghentikan niatnya.

Arvenzo. Pria itu muncul dari arah lain lorong, berkas-berkas tebal di tangannya. Ekspresinya tetap dingin, nyaris tanpa emosi. Velora buru-buru mundur selangkah, tapi Arvenzo langsung menuju pintu itu.

Ia mengeluarkan kartu akses, menempelkannya pada panel. Pintu terbuka dengan bunyi bip singkat. Cahaya redup dari dalam memperlihatkan sekilas isi ruangan rak buku menjulang, meja besar, serta beberapa benda yang tak jelas dalam bayangan.

Velora menahan napas, mencoba melirik lebih lama. Namun Arvenzo menyadari keberadaannya. Tatapan mereka bertemu.

“Kenapa di sini?” tanyanya datar, suaranya rendah tapi cukup menusuk.

Velora tercekat. “A-ku hanya jalan-jalan,” jawabnya cepat, berusaha terdengar wajar.

Arvenzo menatapnya lama, sorot matanya tajam dan penuh peringatan. “Jangan pernah berani mendekati atau masuk ke ruangan ini!” katanya dingin.

Tanpa menunggu balasan, ia masuk ke dalam dan menutup pintu. Bunyi kunci elektronik kembali terdengar, menandakan ruangan itu terkunci rapat.

Velora tetap berdiri di sana beberapa saat, jantungnya berdegup kencang. Rasa penasarannya justru semakin besar. Ada sesuatu di balik pintu itu, sesuatu yang membuat Arvenzo menjaga jarak seakan dunia luar tidak boleh tahu.

Ia menggigit bibirnya pelan. Ia tahu itu bukan urusannya, tapi hatinya berkata lain. Suatu hari, cepat atau lambat, ia harus tahu rahasia apa yang Arvenzo sembunyikan di balik pintu itu.

Velora masih berdiri di lorong, pikirannya kacau setelah insiden kecil di depan pintu misterius itu. Saat hendak kembali ke kamar, suara lembut memanggilnya dari belakang.

“Velora? Ngapain di situ, nak?”

Ia menoleh. Mela, ibu Arvenzo, berdiri tak jauh darinya dengan senyum hangat. Wajah lembut itu terasa seperti cahaya di tengah dinginnya rumah besar keluarga Wardhana.

“Mama... Aku hanya berjalan-jalan sebentar.”

Mela mendekat lalu meraih tangan menantunya dengan lembut. “Oh seperti itu... Ayo, temani Mama sebentar di ruang keluarga. Kita minum teh.”

Velora mengangguk pelan, mengikuti langkah Mela.

Di ruang keluarga, suasana jauh lebih tenang. Lampu temaram berpadu dengan aroma teh melati yang menenangkan. Mela menuangkan teh ke dalam dua cangkir porselen, lalu meletakkannya di meja di hadapan Velora.

“Bagaimana rasanya hari kedua mu tinggal di sini?” tanya Mela dengan tatapan penuh perhatian.

Velora menunduk, mengaduk tehnya pelan. “Jujur, Ma... masih agak canggung dan belum terbiasa. Aku seperti belum menemukan tempatku di sini.”

Mela tersenyum lembut, lalu menggenggam tangan Velora. “Itu wajar, sayang. Kamu butuh waktu untuk terbiasa. Mama hanya ingin kamu tahu, mulai sekarang rumah ini juga rumahmu. kamu bukan tamu di sini, kamu bagian dari keluarga.”

Mata Velora memanas. Kehangatan Mela begitu kontras dengan sikap Arvenzo yang dingin dan kaku sejak awal. “Terima kasih, Ma... aku lega mendengarnya.”

Mela menatapnya lebih dalam, suaranya lirih tapi penuh keyakinan. “Arvenzo memang keras. Dia sulit mengekspresikan perasaan, bahkan pada orang terdekatnya. Tapi percayalah, hatinya tidak sekeras kelihatannya. Ada alasan kenapa dia begitu dingin. Mama berharap, suatu hari, kamu bisa menjadi orang yang mampu membuatnya menurunkan tembok itu.”

Velora terdiam, jantungnya berdebar. Kata-kata itu seperti menyinggung sesuatu yang ia rasakan sejak awal ada rahasia besar di balik sikap Arvenzo. Namun ia memilih tak bertanya lebih jauh.

“Semoga aku bisa, Ma,” ucapnya lirih.

Mela menepuk lembut tangannya. “Pelan-pelan saja. kamu tidak sendirian. Mama akan selalu ada di sisimu. Besok kita bisa belanja bersama atau menata beberapa furniture baru supaya kamu merasa lebih punya tempat di sini. Bagaimana?”

Velora masih menggenggam cangkir tehnya, senyum tipis terukir di wajahnya karena kata-kata menenangkan dari Mela. Ruang keluarga terasa begitu hangat, seakan waktu berhenti hanya untuk mereka berdua.

Namun, kehangatan itu seketika berubah saat suara langkah berat terdengar mendekat. Velora refleks menoleh dan benar saja, sosok Arvenzo berdiri, wajahnya dingin seperti biasanya, tatapannya menusuk, membuat Velora sontak menegakkan tubuhnya.

“Arven,” sapa Mela tenang, meski bisa merasakan perubahan udara di ruangan. “Kamu belum tidur?”

Arvenzo menatap ibunya sekilas, lalu sorot matanya beralih ke Velora yang terlihat canggung. “Aku pikir kamu sudah di kamar,” katanya singkat, suaranya rendah namun jelas penuh tekanan.

Velora menelan ludah, jemarinya menggenggam cangkir lebih erat. “Aku hanya menemani Mama sebentar.”

Mela segera menimpali, berusaha mencairkan suasana. “Mama yang memintanya menemani Mama disini. Kamu tidak keberatan, kan, Nak?”

Arvenzo tidak langsung menjawab. Ia berjalan mendekati Velora dan ibunya, gerakannya tenang tapi membuat jantung Velora makin berdebar. Ia berdiri di belakang sofa, menatap Velora tajam. “Aku tidak melarang mu. Hanya saja jangan terlalu larut. Kamu butuh istirahat, besok kamu harus pergi bekerja.”

Nada suaranya terdengar seperti perintah, bukan sekadar perhatian. Velora menunduk, merasa jantungnya makin cepat berdetak.

Mela tersenyum lembut, mencoba mengurangi ketegangan. “Arven, jangan terlalu kaku begitu. Velora baru saja mencoba menyesuaikan diri di rumah ini. Biar saja dia bersama Mama sebentar.”

Arvenzo menarik napas dalam, menahan diri agar tidak menunjukkan emosi berlebihan. “Baik. Tapi aku akan menunggunya di kamar.”

Ia berbalik tanpa menunggu jawaban, langkah kakinya mantap meninggalkan ruangan.

Keheningan menyusul kepergiannya. Velora menatap cangkirnya yang hampir kosong, dadanya masih bergemuruh.

Mela menepuk punggung tangan menantunya lembut. “Jangan terlalu khawatir. Dia memang begitu dingin, kaku, tapi sebenarnya dia memperhatikanmu. Dengan caranya sendiri.”

Velora mengangguk pelan, meski hatinya masih terasa berat. Di satu sisi ia berterima kasih pada Mela yang begitu hangat, di sisi lain tatapan Arvenzo barusan seakan mengingatkannya bahwa hidupnya kini benar-benar dalam bayang-bayang pria itu

Velora melangkah pelan ke arah kamar, napasnya terasa berat. Bayangan tatapan dingin Arvenzo di ruang keluarga masih menempel di kepalanya. Ketika ia membuka pintu, pria itu sudah ada di sana duduk di sofa kamar, menatapnya dengan sorot mata yang tajam tapi sulit dibaca.

“Kamu lama sekali,” ucap Arvenzo datar, nada suaranya rendah dan dingin.

Velora menunduk, menutup pintu perlahan. “Maaf, aku tidak enak meninggalkan Mama.”

Arvenzo berdiri mendekat, langkahnya mantap. Ada jarak tipis antara mereka ketika ia berhenti, cukup dekat untuk membuat Velora merasakan aura kuatnya. “Aku tidak melarang mu bersama Mama. Tapi jangan lupa, sekarang kamu itu istriku. Aku ingin kamu ada di sisiku ketika malam tiba.”

Velora mengangkat wajah, menatapnya dengan kaget sekaligus bingung. Kata-katanya terdengar seperti perintah, tapi juga seperti pengakuan halus tentang peran barunya sebagai seorang istri.

“Aku mengerti...” jawab Velora lirih, meski suaranya bergetar.

Arvenzo menatapnya beberapa detik lebih lama, seakan mencoba membaca isi pikirannya. Namun alih-alih melanjutkan, ia berbalik, mengambil buku di meja, lalu berjalan ke sisi ranjang. “Sekarang tidurlah!”

Velora diam, matanya mengikuti setiap gerakan pria itu. Ada sesuatu yang menekan dadanya antara takut, canggung, sekaligus penasaran pada sosok suaminya yang penuh misteri itu.

......................

Kalian juga bisa mampir ke novel :

Nama pena : Drezzlle

Judul : Cinta di Balik Kilauan Berlian

Ceritanya tak kalah seru dan menarik😍

1
Rahma Rain
coba Arvenzo tersenyum sedikit ke arah Velo pasti suasana nya tidak akan secanggung ini.
Rahma Rain
puji dengan kata2 yg manis dong Arvenzo. biar kehidupan rumah tangga mu nggak kaku
Nurika Hikmawati
lebih tepatnya mencoba fokus ya Vel... takut pikiranmu traveling 😂😂
Nurika Hikmawati
walopun Velora dokter di situ, tp emang boleh masuk ke dapur RS trus masak sendiri
Nurika Hikmawati
keluarga arvenzo serem juga ya, tapi Leona juga yg salah. berani bermain api, skg jadinya terbakar sendiri
mama Al
Alhamdulillah velora di terima keluarga Arvenzo
Dewi Ink
velora juga gak bakal ngebolehin, makanya dia turun tangan
Dewi Ink
hemm sepertinya lezat..kasian kalo sakit, gak doyan makanan RS
Istri Zhiguang!
Tapi setiap aku ngeliat sifat dingin Arvenzo, aku selalu keinget dia yang dulu selalu make mantan pacarnya buat nganu/Shy/ ini Arvenzo emang beneran baik dan cinta ke Velora atau cuma bermuka dua aja ya?
Istri Zhiguang!
Semoga Mama Mela gak kayak mertua lainnya yang bakal merintah menantunya sesuka hati
Istri Zhiguang!
Manggilnya langsung ayah/Facepalm/
Rosse Roo
Kiss yg kedua, tp rasanya lebih berbeda eaaa dr yg prtma🤭🤭
Rosse Roo
Aaaaa Lanjut Ar, lanjut di rumah aja. masih di RS soalnya/Facepalm/
Drezzlle
Arvenzo masih malu2 kucing /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
Maunya di suapin ya Ar
Drezzlle
enak ya punya teman yang solid gini
🌹Widianingsih,💐♥️
Deg-degan dong pastinya jantung 💓💓 Velora, sekalinya memandikan lap suaminya sendiri yang selama ini belum tau dalamnya🤪
🌹Widianingsih,💐♥️
Velora jadi nambah gelar baru nih.
Seorang dokter iya profesinya, istri statusnya sekarang jadi perawat dengan pasien suaminya sendiri🤭🤭
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
sepertinya Leona bakal hancur di tangan arvenzo. syukurin deh.
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
arvenzo kl udah marah, nyeremin juga ya Thor. untung aja dia langsung balas perbuatannya si Leona.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!