NovelToon NovelToon
Cat Man

Cat Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Cintapertama / Sistem / Romansa
Popularitas:679
Nilai: 5
Nama Author: juyuya

Hidup Shavira hanyalah rangkaian luka yatim piatu, ditindas bibi dan pamannya, lalu divonis hanya punya beberapa bulan karena penyakit mematikan. Namun semua berubah ketika ia bertemu sosok misterius yang selalu muncul bersama seekor kucing hitam. Lelaki itu menyebut dirinya malaikat maut—Cat Man. Sejak saat itu, batas antara hidup dan mati, cinta dan kehilangan, mulai kabur di hadapan Shavira.

haii,, selamat datang di cerita pertamaku.. semoga suka ya~♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juyuya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

aku yang membuatnya pergi

Shavira berdiri di depan rak kompor dua tungku, matanya meneliti satu per satu merek yang berjejer rapi.

“Ini aja, Vir. Bagus kayaknya,” ujar Maya sambil menunjuk kompor hitam mengkilap.

Shavira mendekat, melihat sebentar, lalu mengangguk. “Iya, bagus, May. Yaudah, gue ambil yang ini aja.”

Ia pun memanggil karyawan toko untuk mengurus kompor itu, sekaligus menggabungkannya dengan belanjaan lain yang sudah penuh di troli. Mesin cuci, kulkas, dan seabrek barang rumah tangga lain sudah siap menanti. Maya sampai geleng-geleng kepala.

“Vir, gue liat lo kayak orang yang baru menang lotre.”

Shavira hanya nyengir, “Biarin, sekalian aja. Capek pindah-pindah toko.”

Maya yang hanya membeli selang regulator merasa kerdil dibanding sahabatnya. Setelah semua selesai di kasir, Shavira memutuskan naik taksi, sementara barang-barangnya akan diantar toko langsung ke rumah. Maya sempat menawarkan mengantar, tapi ditolak halus. “Kasian, beda jalur,” kata Shavira.

---

Cklek.

Shavira membuka pintu rumahnya. Senyumnya mengembang saat seekor kucing hitam menyambutnya dengan mata berbinar. Ia berjongkok, menatap kucing itu sambil mengusap lembut kepalanya. Namun dalam hatinya, banyak pertanyaan berputar:

Kata lelaki itu, kucing ini miliknya. Kalau begitu, kenapa ditinggal di sini? Dan… kalau dia benar-benar malaikat kematian, lantas kucing ini apa?

Shavira menghela napas panjang, lalu berjalan ke dapur. Ia membuka kantong belanjaan dari minimarket, mengambil mangkuk kucing yang baru dibelinya, lalu menuang makanan kering ke dalamnya.

“Nih, makan,” katanya sambil meletakkan mangkuk di lantai.

Kucing itu langsung berlari kegirangan, melahap makanannya dengan lahap. Shavira tersenyum kecil. Untuk sesaat, ia merasa rumah yang tadinya sepi kini jadi lebih hidup.

---

Tiiin! Tiiin!

Suara klakson membuatnya menoleh. Ia buru-buru membuka pintu, ternyata karyawan toko sudah datang mengantar barang dengan dua mobil besar. Mereka lalu keluar-masuk rumah, mengangkut kulkas, mesin cuci, kompor, hingga sofa abu-abu yang baru dibelinya.

Shavira berdiri di samping dinding, tangannya terlipat di dada, pura-pura tenang meski hatinya was-was. Aduh, kayak orang baru kawin aja belanjaannya… batinnya.

Begitu semua selesai, ia mengucapkan terima kasih. Setelah para karyawan pergi, Shavira menjatuhkan diri di sofa barunya.

Tring!

Pesan masuk. Dari Dr. Hendri.

>📩 Mbak Vira, kenapa tidak balas pesan dan angkat telepon saya?

Shavira mengembuskan napas berat, lalu melempar ponselnya ke samping. Ia merunduk, menenggelamkan wajah ke lutut. “Ya Allah… kenapa hidup hamba seberat ini?”

Tiba-tiba, sebuah suara asing terdengar di sampingnya.

“Karena ini memang takdirmu.”

“Aaahh!” Shavira hampir jatuh dari sofa. Lelaki asing itu sudah duduk manis di sebelahnya, kaki terlipat, wajah datar.

“Heh! Bisa nggak sih kalau masuk rumah orang tuh ketuk pintu dulu, jangan asal nongol kayak hantu!”

Lelaki itu hanya melirik sekilas. “Aku bukan manusia.”

Shavira mendengus, memutar bola matanya. “Gue nggak peduli lo itu siapa. Sekarang bawa pulang tuh kucing lo, dan jangan pernah muncul lagi di depan gue!”

Brak!

Ia menutup pintu kamar keras-keras, lalu merosot ke lantai dengan napas ngos-ngosan. Apa-apaan sih hidup gue ini?

Malam itu, saat ia hendak mandi, matanya sempat melirik kucing yang sudah tidur pulas di kasurnya. Ada rasa curiga di hatinya. Apa jangan-jangan… kucing itu sebenarnya dia?

Namun segera ditepis. “Nggak mungkin!” katanya pelan, lalu masuk ke kamar mandi.

Sementara itu, di tempat lain…

Prang! Gelas pecah di lantai.

“Mas! Kamu sudah gila?!” bentak seorang wanita.

Tono terduduk lemah, wajah frustasi. “Aku kalah, Mira… kalah! Sekarang aku nggak punya uang lagi!”

Ia meraih tangan istrinya dengan kasar. “Cepat telepon Vira! Gue butuh uang!”

“Ah! Lepas, Mas!” Mira menepis tangannya, lalu mengambil ponsel di lemari. Ia menekan nomor Shavira dan mengaktifkan loudspeaker.

Tut… tut… tapi panggilan tak juga diangkat.

“Dasar anak nggak tahu diri!” Tono menggeram, wajahnya penuh kebencian. “Sudah dirawat, dibesarkan, eh giliran dibutuhkan, minggat!”

“Mas, jangan ngomong gitu…” Mira mencoba menenangkan, tapi Tono sudah bangkit dan melangkah kasar ke luar.

“Mas! Mau ke mana?!”

“Aku mau cari anak sialan itu! Mau minta uangnya!”

Keesokan paginya, Shavira sudah siap berangkat kerja. Ia hanya sempat sarapan sereal karena bangun kesiangan. Ponselnya terus berdering di meja, tapi ia mengabaikannya. Ia tahu pasti dari pamannya—yang selama ini hanya menjadikannya sapi perah.

“Cing, aku pergi dulu ya. Dahhh!” katanya sambil melambai ke kucing hitam itu, seolah kucing bisa mengerti.

Begitu membuka pintu, jantungnya hampir copot.

“Halo, Shavira,” sapa suara tenang itu.

“Aaarrghh! Lo sengaja ya mau bikin gue mati muda?” Shavira menepuk dadanya.

“Aku hanya akan mencabut nyawamu kalau waktunya sudah tiba,” jawab lelaki itu datar.

Shavira memelototinya, lalu memilih pergi tanpa peduli. Namun lelaki itu dengan santainya ikut berjalan di sampingnya.

Sampai akhirnya langkah Shavira terhenti. Di halte depan, ia melihat seorang remaja berseragam SMA duduk sendirian.

“Kevin!” serunya.

Remaja itu menoleh, tersenyum, lalu melambai. Shavira segera menghampiri dan duduk di sampingnya.

“Kak Shavira, ngapain di sini?” tanya Kevin bingung.

“Kakak tinggal di daerah sini sekarang,” jawab Shavira sambil tersenyum kecil.

Kevin terkejut. “Sejak kapan, Kak?”

“Baru semalam.”

Namun senyum Shavira lenyap begitu melihat wajah Kevin penuh memar. Ia segera meraih wajah sepupunya itu. “Astaga, Vin! Muka kamu kenapa?”

Kevin tersenyum kaku, jelas menyembunyikan sesuatu. Tapi Shavira tahu betul ayah Kevin sangat kasar.

“Pasti ulah ayah kamu, ya? Vin, sebaiknya kita laporin dia ke polisi!”

Kevin menunduk. Suaranya lirih. “Ayah… sudah meninggal, Kak.”

Shavira tertegun. Ia spontan menoleh ke samping. Lelaki misterius itu masih berdiri, bersandar santai di kaca halte.

Kevin menelan ludah, lalu menatap tanah. “Ayah bunuh diri… sebelum mati, dia ketakutan. Dia menyebut-nyebut kematian berkali-kali.”

Shavira tercekat. Kata itu bergema di kepalanya. Kematian…

1
Ceyra Heelshire
what the hell
Maki Umezaki
Terima kasih penulis, masterpiece!
Tae Kook
Perasaan campur aduk. 🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!