Alze adalah seorang seorang suami yang berprofesi sebagai pemanen sawit, ia bekerja demi kebutuhan sang istri, karena istrinya bergaya elit, karena istrinya adalah wanita sosialita, jadi uang yang ia cari habis untuk kebutuhan gaya elit sang istri.
Tapi balasan apa yang ia dapat? Istrinya malah selingkuh dan mendapatkan pria lain yang lebih kaya dengan terang-terangan meminta cerai di depan Alze yang baru saja pulang bekerja.
Alze frustasi, dan ia pun duduk termenung di depan rumahnya, siapa sangka tengah malam, ada cahaya menghampiri dan ia pun mendapatkan sistem.
Sistem itu menawarkan misi dan hadiahnya ada di pikiran Alze, apa yang di hayalkan Alze dan mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
...☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹...
...Happy Reading...
...☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️☘️❤🩹☘️...
Alze, dengan hati masih bergelora karena perpisahannya dengan Dina, mantan istrinya yang cantik jelita, menikmati makan malam sendirian di restoran.
Suasana tenang restoran itu tiba-tiba buyar saat sepasang kekasih memasuki ruangan. Ketampanan pria itu dan kecantikan wanita yang bersamanya membuat Alze tertegun.
Sebuah suapan nasi goreng istimewa yang baru saja masuk ke mulutnya tiba-tiba menyembur keluar, tak terkendali. Betapa terkejutnya Alze saat menyadari bahwa pasangan serasi itu adalah Dina dan Tomi, manajer PT Sawit Makmur, perusahaan tempat Alze bekerja saat ini.
Amarah, rasa sakit hati, dan penyesalan bercampur aduk dalam dada Alze. Ia buru-buru menyeka mulutnya dengan tisu, wajahnya disembunyikan di balik menu. Namun, aroma parfum Dina yang khas, aroma yang begitu dikenalnya, membuatnya tak bisa bersembunyi lebih lama.
Dina, yang tampaknya menyadari keberadaan Alze, menoleh. Tatapan mata mereka bertemu sejenak, penuh dengan emosi yang tak terucapkan.
Tomi, yang tak menyadari ketegangan di antara mereka, asyik bercerita tentang proyek baru PT Sawit Makmur. Alze, dengan perasaan campur aduk, mengamati mereka dari balik menu. Ia melihat kebahagiaan palsu yang terpancar dari wajah Dina, sebuah topeng yang menutupi luka yang baru saja di gores yang belum sembuh.
Alze menyaksikan adegan itu dengan jantung berdebar-debar. Dina, mantan istrinya, memeluk tangan Tomi—pria yang jauh lebih kaya dan sukses darinya—dengan penuh kelembutan yang dulu hanya pernah ia rasakan. Senyum Dina, manis dan penuh arti, terasa seperti tamparan bagi Alze. Itu adalah senyum yang dulu selalu ditujukan padanya, senyum yang kini menjadi milik orang lain.
"Sayang, kamu mau makan apa?" tanya Tomi, suaranya lembut dan penuh kasih sayang, setelah bercerita panjang lebar tentang kesuksesannya di PT Sawit Makmur. Kata-kata "sayang" itu menusuk hati Alze, sebuah panggilan sayang yang dulu selalu ia dengar dari Dina, kini ditujukan pada pria lain.
"Aku mau ini, ini, dan ini, boleh?" tanya Dina dengan suara manja, matanya berbinar-binar. Ia menunjuk beberapa menu mahal di daftar makanan, seakan ingin memamerkan kemewahan hidupnya bersama Tomi, membandingkannya secara tersirat dengan kehidupan sederhana Alze. Gerakan tangan Dina yang anggun, cara ia berbicara yang manja, semua itu mengingatkan Alze pada masa lalu mereka, masa lalu yang kini terasa begitu jauh dan tak terjangkau.
Perasaan campur aduk, sakit hati, penyesalan, dan amarah, menggelegak dalam dada Alze. Ia merasakan sebuah keinginan kuat untuk mendekati Dina, untuk bertanya lebih jelas, namun rasa harga dirinya menahannya. Meskipun ia beluk rela, tapi ia harus segera mengikhlaskan Dina milik orang lain, ia tak boleh ikut merusak kebahagiaan mereka sekali pun pria di sampingnya iti sudah merusak kebahagiaannya.
Ia hanya bisa mengamati dari kejauhan, melihat bagaimana Dina menikmati kehidupannya yang baru, sebuah kehidupan yang tampak sempurna.
"Sayang, kamu jangan beli yang mahal-mahal ya," pinta Tomi, suaranya terdengar lembut namun tegas. "Kan kamu tahu uangku harus dihemat untuk pernikahan kita." Ia menatap Dina dengan tatapan penuh kasih sayang, namun ada sedikit kekakuan di baliknya. Kata-kata "pernikahan kita" terasa seperti janji manis yang berusaha menutupi sesuatu.
Dina tampak cemberut, bibirnya mengerucut membentuk huruf 'O'. Keinginan untuk memanjakan diri dengan hidangan mewah berbenturan dengan janji pernikahan yang diimpikannya. Ia ingin sekali memperlihatkan kepada Alze yang diam-diam masih mengawasinya dari kejauhan betapa bahagianya ia dengan Tomi, betapa besar cinta Tomi padanya. Namun, kata-kata Tomi tentang penghematan untuk pernikahan sedikit mengusiknya.
Meskipun terlihat kecewa, Dina akhirnya mengangguk patuh. Ia percaya pada Tomi, pada janji pernikahan mereka yang dirayakan dengan penuh kemewahan.
...❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹...