Gala, pemuda sebatang kara yang hidup sendiri di sebuah kostan tiba-tiba mendapatkan Sistem Check-in legendaris.
Pada hari pertamanya dia langsung mendapatkan seluruh kemampuan milik Antares, Monarch of Destruction.
Akan tetapi, sebuah sistem yang lain datang untuk membuatnya lebih kuat.
Dengan sistem kedua, yaitu Sistem Grup Obrolan, Gala mampu bepergian ke berbagai dunia dan berkenalan dengan karakter fiksi kesukaannya.
Playboy Kaya (Tony Stark): Bukankah dia anomali mengerikan?! Bagaimana bisa dia memiliki 10 juta naga?!
Domba Besar Hokage (Tsunade): Ehem, awalnya aku tidak mengakuinya, kamu memang tampan dan kuat.
Baby Girl (Ellie): Kakak Gala memang yang terbaik!
Tanpa disadari, Gala telah menjadi primadona di berbagai dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riizer13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Percobaan Ojek Makanan
Wajah Gala membeku melihat sosok pelanggan yang hanya ditutupi handuk, belahan jurang di antara dua gunung besar terpampang jelas.
Sayangnya, wajah dari pelanggan ini tak begitu cantik. Sangat jauh perbandingannya jika disandingkan dengan Mela, wajah mereka bagai tanah dan langit.
Menurut Gala sendiri tubuh wanita di depannya masih kalah seksi, sosok Mela jauh lebih panas dengan ukuran luar biasa.
"Uhuk! Ini pesananmu, tiga pizza medium, pembayaran menggunakan uang tunai, kan?" Gala menutup matanya sambil menyerahkan pesanan.
Pelanggan wanita mengubah wajahnya yang aneh, kemudian tersenyum mengambil pesanannya di tangan Gala.
"I–iya, sebentar, aku akan mengambil uangnya." Wanita itu berbalik hendak mengambil uang untuk membayar makanannya.
Namun, ketika dia baru saja berbalik dan menunduk untuk mengambil uang di laci, handuknya terlepas dan mengungkapkan seluruh tubuhnya.
Wanita itu pura-pura terkejut dan buru-buru menarik handuknya, tapi beberapa bagian tubuhnya masih bisa Gala lihat, terlebih dua gunung besar tidak tertutup sepenuhnya.
Menemukan Gala melihat tubuhnya, wanita itu terlihat panik dan meminta maaf, "Maaf, aku tidak sengaja! In–ini uangnya!"
Gala memandang wanita di depannya dengan tenang, tak ada ekspresi yang berubah di wajahnya.
"Oke, kalau begitu aku mengonfirmasi pesanan telah dikirim."
Setelah kalimat itu keluar dari mulutnya, perlahan Gala berbalik lalu berjalan keluar dari pekarangan rumah menuju sepeda motornya.
Tanpa berbicara lagi, Gala pergi meninggalkan pelanggan yang tertegun dengan tubuhnya yang belum tertutup sempurna oleh handuknya.
"Apakah dia tidak tertarik dengan tubuhku?" gumam wanita itu dengan mata bingung yang terpaku pada sosok Gala yang pelan-pelan menjauh.
Dia sendiri tak menyangka Gala akan kabur darinya, padahal jurus andalan sudah dikeluarkan, sulit untuk pria tidak tertarik dengan pesonanya.
Namun, mudah sekali Gala kabur dari jebakannya, padahal ponselnya sudah siap untuk merekam aksi tersebut jika berlanjut.
Pada saat yang sama, tatapan Gala sedikit kosong karena sedang memikirkan kejadian yang barusan menimpanya.
"Bagaimana bisa ada wanita seperti itu? Apakah mereka sangat kesepian sampai tukang ojek jadi targetnya? Sangat aneh dunia ini." Gala menggelengkan kepalanya, menatap kondisi jalan di depan.
Ting!
Handphone Gala berbunyi notifikasi masuk, segera dia meminggirkan sepeda motornya untuk memeriksa pesan yang masuk.
Ternyata pesanan kedua secara otomatis diterima olehnya. Kali ini dia harus mengambil makanan di restoran ayam goreng terkenal.
Sehabis mengambil pesanan makanan di restoran, Gala tanpa banyak basa-basi langsung pergi ke rumah pelanggan.
Akan tetapi, dia terkejut dengan pelanggan kedua yang memesan pesanan.
"Kamu?!"
Gala melihat wanita cantik menunjuknya dengan wajah merona, berdiri di depan pintu rumah sederhana.
Ekspresi Gala juga ikut terkejut dan dia tersenyum ramah. "Kita bertemu lagi ...."
Pelanggan kedua adalah wanita yang bekerja di Toko Lepi's dan pernah membantunya merekomendasikan barang.
Sekarang Gala tahu siapa namanya, yaitu Salsa, dia tinggal bersama neneknya di rumah ini.
Selama mereka berdua mengobrol singkat di depan rumah, mata Gala tak sengaja melirik dua benda bulat milik Salsa.
Ukurannya terbilang sangat besar dengan tubuhnya yang kecil, tinggi Salsa hanya 158 cm, dan memang pendek.
Sayangnya, ukuran Salsa tidak sebesar Mela, level milik Mela berbeda darinya.
"Anu, ini nomorku, kalau kamu butuh bantuanku memilih baju, hubungi aku saja."
Sebelum Gala pergi, tangan Salsa menyerahkan secarik kertas berisi nomor telepon.
Gala mengambil nomor itu, mengangguk sambil tersenyum. "Oke, aku akan menyimpan nomormu. Aku mau lanjut mengantar makanan."
"Eum ... hati-hati di jalan, jangan lengah." Wajah Salsa sudah sangat merah, malu-malu menatap Gala di hadapannya.
Respons Gala hanya anggukan kecil, kemudian pergi bersama sepeda motornya menuju ke restoran selanjutnya.
Sementara itu, di dunia lain, tempat Putri Anna tinggal, sebuah acara besar akan diadakan di Kastil Arendelle.
"Aku tidak sabar bertemu kakakku! Pasti dia rindu padaku!"
Anna tersenyum lebar membayangkan betapa bahagianya dia besok, ketika acara digelar. Dia akan bertemu kakaknya yang telah lama diam di dalam kamar tidak pernah keluar.
Melemparkan diri ke atas kasur empuk, kedua tangan Anna terangkat seakan meraih sesuatu di langit kamar. "Aku ingin merasakan lagi kebahagiaan ketika kita kecil bermain bersama. Semoga saja besok ada waktu untuk melakukan itu."
Wajah Anna dipenuhi kerinduan yang tak terkatakan. Matanya mengandung banyak kenangan masa kecil yang belum selesai.
Di sisi lain, Gala selesai mengantar makanan pelanggan yang ketiga, dia tidak berencana untuk melanjutkan ojek antar makanan.
"Ada apa dengan Mela, kenapa dia meneleponku berkali-kali?" Gala berkata kecil sambil melirik ponselnya.
Dia berhenti di sisi jalan menuju ke arah rumah untuk melihat siapa yang meneleponnya.
Begitu Gala menelepon kembali Mela, muncul suara tangisan yang sesak dari sisi Mela, dan Gala yakin itu suara milik Mela yang sedang menangis.
"Kamu kenapa, Mela? Kamu ada di mana?" Gala bertanya dengan suara yang khawatir.
Di balik telepon suara gemetar Mela terdengar dan menjawab pertanyaan Gala perlahan, "Aku, hiks! Aku tid-tidak mau hi–hidup lagi!"
Dengan akhir kalimat Mela yang tegas, Gala dapat merasakan kekesalan yang pecah. "Tenangkan dirimu, kamu di mana? Jawab aku, Mela." Gala pelan-pelan menenangkan Mela di telepon.
Mela mengikuti instruksi Gala dan hatinya sedikit tenang. "Aku di rumah, tolong jemput aku di sini ...."
"Oke-oke, aku ke sana sekarang, kamu tunggu di sana, jangan ke mana-mana."
Usai telepon terputus, Gala segera melesat menuju rumah Mela yang tak jauh dari posisinya sekarang.
Sesampainya di rumah Mela, mata Gala menemukan sosok Mela di depan halaman rumah dengan kondisi yang kacau, bajunya berantakan dan wajahnya dipenuhi riasan tipis yang luntur.
Buru-buru Gala turun dari sepeda motor, berlari menghampiri Mela. "Ada apa denganmu? Kenapa seperti ini?"
Mela tidak langsung menjawab, melainkan memeluk Gala dengan sangat erat, kembali menangis bahkan menjerit.
"Aaa!! Aku benci semuanya!!" Mela menjerit di sela tangisannya.
Mendengar ini, otak Gala merespons dengan cepat, membawanya ke dalam rumah.
Masih di dalam pelukan Gala, kondisi Mela masih kacau, menjerit kesal karena sesuatu hal, seakan-akan dia membenci dunia seutuhnya.
Gala memeluk Mela, mengusap punggungnya dengan sentuhan lembut sembari membisikkan kata-kata penenang.
Saat ini, pikiran Gala tidak terganggu oleh dua benda besar dan kenyal yang menempel di dadanya. Dia tahu benda apa itu, tapi dia memilih untuk mengabaikannya.
"Sudah-sudah, jangan seperti itu, kamu bakal kelelahan, sia-sia menangis seperti ini, kondisimu takkan berubah meski kamu menjerit dan menangis berat, semuanya akan baik-baik saja ...." Suara Gala begitu lembut di telinga Mela.
Hati Mela yang sangat kecewa lambat laun menjadi tenang, melembut seiring Gala mengeluarkan suaranya.
Begitu Mela tenang dan tak lagi menangis tersedu-sedu, perlahan Gala menanyakan akar masalah yang dialami Mela. Kemungkinan besar masalahnya cukup berat.
"Apa yang terjadi denganmu? Apa masalahnya hingga kamu menangis seperti ini? Bisa ceritakan padaku?" Tatapan Gala sangat dalam, tanpa sadar membuat hati Mela merasa aman.
Bibir Mela bergetar, sedikit demi sedikit terbuka, matanya yang tergenang air mata memandang Gala dengan sedih. "Ak–aku dipaksa menikah dengan orang lain oleh ayahku, Gala."
"Dipaksa menikah oleh ayahmu?!" Gala tersentak kaget, dan wajahnya terlihat tak percaya.
Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala Gala, pertanyaan-pertanyaan tentang ayah Mela, alasan kenapa dipaksa menikah, dan masih banyak lagi.
Satu per satu Gala tanyakan disertai dengan jawaban yang berisi saran.
Dari apa yang Mela jawab, secara kasar Gala bisa mengerti keadaannya. Mela memiliki ayah tiri dari keluarga kaya, Gala tahu tentang keluarga yang disebut Keluarga Heri.
Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Mela anak tiri Keluarga Heri, ayahnya adalah Gerald Heri, pemilik perusahaan rokok terkenal. Sekarang Gala mengerti mengapa Mela bisa punya kost dengan 30 pintu banyaknya.
Alasan Mela dijodohkan agar reputasi Keluarga Heri tetap terjaga, tidak ada yang gagal, semuanya menjadi pengusaha sukses. Orang yang dijodohkan dengan Mela adalah pria tua berumur 45 tahun yang memiliki kekayaan lebih dari 700 miliar rupiah, seorang pengusaha batu bara.
"Tenang, aku di sini, aku akan menjagamu." Gala memeluk Mela dengan perasaan sayang.
Setelah mendengar masa lalu Mela yang penuh diskriminasi oleh keluarganya, empati Gala aktif, dia benar-benar ingin melindungi Mela tanpa alasan yang jelas.
Mata Mela yang digenangi air mata membulat, melirik Gala dengan pandangan yang dalam. "Terima kasih, Gala ...."
Mela kembali menangis di dalam pelukan Gala selama berjam-jam. Untungnya, tubuh Gala sangat kuat, dia tidak merasa sakit akibat posisi duduknya tak berubah dalam kurun waktu yang lama.
Melihat Mela yang tertidur di pelukannya, Gala pelan-pelan memindahkan tubuh Mela di atas sofa, menyangga kepalanya dengan bantal dari kasur, kemudian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Sementara itu, Gala duduk di sofa yang lain menunggu Mela terbangun sembari melihat Grup Obrolan Sepuluh Ribu Dunia.
Grup tak ada banyak obrolan, lebih banyak pertengkaran kata-kata dari Tony dan Tsunade, selebihnya mereka mengobrol santai membahas tentang kesukaan wanita.
Tiba-tiba sebuah pesan datang dari Putri Anna dan membuat wajah Gala berubah. "Apakah waktunya akan datang?"
[Putri Kedua Arendelle: Bisakah grup ini membantuku mencari kakakku? Dia kabur setelah membekukan danau di kerajaanku, ternyata dia seorang penyihir. Aku ingin dia kembali! Kumohon bantu aku!]
[Tsunade: Apa? Kakakmu yang kamu sering bicarakan itu punya kekuatan layaknya penyihir?! Bagaimana bisa?!]
[Baby Girl: Ada apa? Mengapa kakak Kak Anna menjadi penyihir?? Tunggu, kenapa dia membekukan danau? Aku tidak mengerti.]
Tepat ketika semuanya bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada Putri Anna, sebuah pesan datang dari Gala.
[Dragon Emperor: Buat misi, aku akan membantumu @PutriKeduaArendelle]
Gala: Oh... iya juga nya kenapa aku Gak kepikiran tentang hal itu okelah terimakasih Bro
me: Sama-sama
ni author ad buat novel lain kah