NovelToon NovelToon
Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Isti arisandi

Kinanti, seorang dokter anak yang cerdas dan lembut, percaya bahwa pernikahannya dengan David, dokter umum yang telah mendampinginya sejak masa koass itu akan berjalan langgeng. Namun, kepercayaan itu hancur perlahan ketika David dikirim ke daerah bencana longsor di kaki Gunung Semeru.

Di sana, David justru menjalin hubungan dengan Naura, adik ipar Kinanti, dokter umum baru yang awalnya hanya mencari bimbingan. Tanpa disadari, hubungan profesional berubah menjadi perselingkuhan yang membara, dan kebohongan mereka terus terjaga hingga Naura dinyatakan hamil.

Namun, Kinanti bukan wanita lemah. Ia akhirnya mencium aroma perselingkuhan itu. Ia menyimpan semua bukti dan luka dalam diam, hingga pada titik ia memilih bangkit, bukan menangis.

Di saat badai melanda rumah tangganya datanglah sosok dr. Rangga Mahardika, pemilik rumah sakit tempat Kinanti bekerja. Pribadi matang dan bijak itu telah lama memperhatikannya. Akankah Kinanti memilih bertahan dari pernikahan atau melepas pernikahan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Kedatangan adik ipar.

Pagi itu, cahaya matahari menyelinap hangat melalui sela-sela tirai jendela dapur.

Di meja makan kecil yang terbuat dari kayu jati tua, David dan Kinanti duduk berseberangan, menikmati sarapan sederhana namun penuh kehangatan. Sepiring nasi goreng buatan Kinanti terhidang bersama telur ceplok dan irisan mentimun yang rapi.

“Mas, coba deh ini,” ujar Kinanti menyodorkan sesendok nasi goreng ke arah David. “Aku pakai bumbu baru.”

David tersenyum, menerima suapan dari tangan istrinya yang tengah hamil tua. Tangannya menyentuh perlahan jemari Kinanti. “Enak banget. Kamu selalu tahu cara bikin aku kangen rumah.”

Kinanti membalas senyum itu. Matanya berbinar-binar, seolah kehadiran David adalah berkah yang tak pernah habis ia syukuri.

Namun ketenangan pagi itu tiba-tiba buyar oleh suara tok tok tok dari arah pintu depan.

David menoleh, alisnya bertaut.

“Kamu ada janji sama teman?” tanyanya dengan nada datar, tapi matanya menyiratkan rasa waspada.

Kinanti menggeleng. “Enggak, Mas. Mungkin itu Naura. Katanya dia pengin nginep di sini beberapa hari.”

David meletakkan sendok perlahan. “Kok tiba-tiba begitu? Jarak dari sini ke rumah sakit tempat kerjanya kan sama aja dengan dari rumah Ibu rumah sakit.”

"Dia pengen berangkat kerja dari sini beberapa hari saja Mas, masa aku tolak. Mungkin dia kangen sama aku."

Kinanti bangkit, mengambil tisu dan menyeka tangannya. “Mas nggak suka dia nginap di sini? Dia kan adik aku, Mas?”

“Nggak gitu juga, Sayang…” David mencoba menyembunyikan nada gusarnya. “Tumben aja.”

Kinanti melangkah ke ruang tamu dengan langkah pelan, perutnya yang membesar membuatnya sedikit menunduk saat berjalan.

Sementara itu, David duduk termangu. Suapan terakhirnya tak lagi terasa nikmat. Di balik tatapannya, hatinya mulai disesaki kecemasan yang merayap pelan.

Nama itu langsung membangkitkan gelombang ketakutan yang beberapa hari ia pendam. Ia tak menyangka Naura benar-benar akan datang ke rumah ini. Di depan Kinanti. Di rumah tangga yang ia bangun dengan cinta dan penyesalan.

Dan sejak malam itu, David tak pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.

Langkah kaki Kinanti terdengar kembali dari arah ruang depan. Bersamanya, suara tawa kecil yang sangat David kenali. Suara yang selama ini ia coba lupakan.

“Mas,” panggil Kinanti sambil menoleh. “Naura bawa koper. Kayaknya dia serius mau nginap lama.”

Naura muncul di belakang Kinanti, mengenakan sweater putih dan jeans, wajahnya terlihat segar dan tanpa riasan.

Rambut hitamnya dikuncir tinggi. “Halo, Mas David,” sapa Naura ringan, senyum kecil tersungging di bibirnya yang dulu sempat menyentuh David dalam diam dan dosa.

David berdiri perlahan, menelan ludah kering. “Halo, Naura."

“Kangen sama Mbak Kinan, Mas? Aku izin tinggal disini sampai keponakan ku lahir” kata Naura sambil menatap tajam tapi dibalut manis. Ucapan itu mungkin terdengar biasa di telinga Kinanti, tapi bagi David itu seperti pisau yang menusuk dalam.

Kinanti tidak menyadari ketegangan di antara mereka. Ia sibuk mempersilakan adiknya duduk dan mengambilkan teh hangat.

David masih duduk di kursinya, pura-pura fokus pada sisa sarapan. Tapi matanya terus melirik Naura yang kini duduk menyilang kaki, memainkan cangkir teh di tangannya. Seolah setiap gerakan gadis itu dirancang untuk mengguncang kestabilan batin David.

“Mas, hari ini kamu masuk siang, kan?” tanya Kinanti dari dapur. “Tolong bantu Naura bawa barang ke kamar, ya. Selama Naura tinggal disini Naura akan menempati lantai dua, lagi pula ruang atas sering kosong, kamarnya juga kosong”

“Biar Naura aja, Mbak,” jawab Naura cepat. “Mas David pasti capek. Aku kuat kok.”

“Ah, kamu bawa koper segede gitu, jangan sok kuat. Udah, Mas, bantuin ya…” sahut Kinanti.

Dengan terpaksa, David berdiri. Ia tahu, ruang makan hingga ke kamar tamu di lantai atas tak jauh. Tapi jarak itu terasa seperti perjalanan melewati ladang ranjau.

Begitu mereka hanya berdua di lorong menuju kamar, Naura berbisik, “Mas kelihatan gugup banget. Takut ya aku bocorin semua ke Mbak Kinan?”

David berhenti sejenak, memejamkan mata. “Naura… tolong. Jangan bikin masalah. Kamu mau mbak Kinan stres.”

Naura mendekat, napasnya membelai pelan telinga David. “Aku cuma pengin di sini. Deket sama Mas. Itu aja. Di depan Mbak kinan aku tetap akan jadi adik yang sangat baik, tapi dibelakangnya aku nggak bisa janji.”

“Naura, hati-hati kalau bicara. Kamu nakal juga ya.”

“Aku sekarang jatuh cinta Mas.” Naura menatapnya lekat. “Mas yang ngajarin aku gimana caranya merasa istimewa. Jangan salahkan aku kalau aku masih pengin merasakan cinta itu lagi."

David menahan napas, menatap langit-langit sejenak seolah mencari pertolongan dari Tuhan. “Kalau kamu sayang sama kakakmu, tolong jangan seperti ini Naura."

Naura terkekeh pelan. “Sayang? Lucu. Dulu Mas juga nggak mikir itu waktu nyium aku, sekarang takut begini, lagipula kita bisa bersikap cuek saat di depan Mbak Kinanti. Aku yakin Mas David akan sering butuh aku nanti saat Mbak Kinanti melahirkan.”

David langsung membalikkan badan dan membuka pintu kamar besar yang kosong di lantai atas, dulunya itu kamar Kinanti dan David, tapi semenjak Kinanti hamil besar, mereka memilih pindah ke kamar yang ada di lantai satu saja.

"Masuk. Istirahatlah. Kamu pasti capek”

Naura melangkah masuk dengan gaya angkuh dan menang. Sebelum pintu ditutup, ia sempat berkata, “Aki nggak capek kok Mas, aku hanya merasa capek setelah keluar dari Villa waktu itu."

David menutup pintu dengan mata bergetar. Ia kembali ke dapur dengan wajah muram. David Tidka yakin Naura bisa mengontrol dirinya.

Kinanti yang tengah menyusun cucian piring menatap suaminya. “Kamu kenapa Mas? Cemberut terus, nggak enak badan?”

David tersenyum tipis. “Nggak, cuma agak pusing aja. Banyak pikiran.”

Kinanti menghampirinya dan memeluk pinggang David, lalu menyandarkan kepalanya di dada suaminya. “Istirahat aja, Mas. Aku tahu kamu capek. Tapi aku senang kamu tetap perhatian.”

David mengangguk, memeluk Kinanti lebih erat dari biasanya. Seolah dalam pelukan itu, ia ingin menghapus semua kesalahan, semua luka yang tak terucap. Tapi kenyataan sudah telanjur rusak. Dan kini, bom waktu sudah masuk ke rumah ini.

"Ehm." Naura berdehem saat melihat Kinanti dan Davit berpelukan.

"Dek, kamu sudah selesai menata bajunya."

"Iya Mbak, aku haus nie, belum ada air di kamar atas." Naura menenteng teko kosong.

"Iya, soalnya kamarnya udah lama nggak Mbak Kinan dan Mas Davit tempati, jadi semua dibersihkan. seprei nya nanti kamu ambil saja di lemari besar, ada kelambu dan juga korden, semua masih baru.

"Iya Mbak, pake yang bekas Mbak pakai juga gak apa-apa." lirih Naura sambil melirik David.

David menelan ludah, sekali lagi kata-kata Naura menyentil hatinya.

David memilih pergi dari kakak beradik yang memiliki rupa sangat mirip itu, tapi Naura saat ini masih sangat seksi, seperti tubuh Kinanti saat masih gadis dulu, sedangkan Kinanti yang mengandung sembilan bulan tentu perutnya sangat buncit dan jauh sekali dari kata seksi.

1
Rahmi
Lanjutttt
Rian Moontero
lanjuuuuttt/Determined//Determined/
Yunia Spm
keren
Yunia Spm
definisi ipar adalah maut sebenarnya....
watini
badai besar siap menghancurkan davit naura.karna kebusukan tak kan kekal tersimpan.moga Yusuf ga jadi nikahin Naura,dan mendapatkan jodoh terbaik.
watini
suka cerita yg tokoh utamanya wanita kuat dan tegar.semangat thor,lanjut
Isti Arisandi.: terimakasih komentar pertamanya
total 1 replies
Isti Arisandi.
Selamat membaca, dan jangan lupa beri like, vote, dan hadiah
Isti Arisandi.: jangan lupa tinggalkan komentar dan like tiap babnya ya...😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!