Mengisahkan persahabatan ketiga nya dikampus dengan pekerjaaan sambilan mereka yang akhirnya mengantarkan mereka pada jodoh masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diantar Pak Dosen
Malam itu Chesty dan Ayu terpaksa mengerjakan tugas statistik yang disuruh Eric pada mereka yang ketahuan mencontek.
Ketiganya sedang mengerjakan tugas yang diberikan dokter killer itu digelar kost Nita, karena kost Nita termasuk yang paling luas.
"Huftt cape tau. Tangan gue bisa keriting." Umpat Chesty.
"Iya kenapa sih gak suruh ngeprint aja. Kan enak." Cetus Ayu.
"Aww sakit Nita." Seru Ayu kembali saat Nita memuk*l pelan kepalanya pake buku cukup tebal.
"Ya abisnya, gue punya teman dodol amat. Kalo disuruh ngeprint itu bukan hukuman namanya, tapi tugas biasa." Tukas Nita yang kemudian mengeleng pelan.
Ayu pun terkikik. " Iya gue bahkan paling oon ya diantara kalian." Imbuh Ayu.
"Makanya rajin belajar kalian, biar gak dihukum." Peringat Nita.
"Hemm gitu deh songong kalo sekarang dah jadi kesayangan pak Eric." Cicit Chesty.
"Apaan sih Lo chez.....ya karena gue pinter dan nurut aja jadi pak Eric gak marah-marah sama gue." Tukas Nita dengan bangganya.
"Ya wajar sih gue males belajar soalnya sibuk cari duit." Seloroh Chesty.
"Halah paling sibuk ngewe Lo." Lanjut Nita yang kemudian tertawa.
"Sial*n Lo...."
"Udah-udah buruan dilanjut lagi, ntar biar cepet selesainya." Sela Nita.
"Bantuinlah nit...." Pinta Ayu merajuk.
"Ogah, kerjakan sendiri. Ntar malah gue yang dihukum."
Ayu pun mengernyit pada temannya. "Kenapa bisa begitu nit?"
"Mulai lagi kan oon nya di piara. Ya jelas gak mungkin gue bantuin elo dodol. Tulisannya kan beda."
"Hehe iya ya, kok bisa gue oon gitu."
"Udah dari dulu....." Seru Nita dan Chesty berbarengan.
"Salahkan emak bapak gue dong kenapa gue dilahirkan Oneng gini." Tawa Ayu mengaruk kepalanya.
"Kepala Lo kenapa digarukin muluk, kutuan ya?" Canda Chesty.
"Si4l*n Lo, udah chez kita kerjakan lagi." Ajak Ayu.
"Gue meja dulu ya fren, Lo semua kan belum pada makan gue belikan makanan ya?"
"Boleh....boleh, gue mau ayam penyet!!" Seru Chesty.
"Gue mau nasi pecel." Seru Ayu.
"Ckkk Ayu Lo kan tau nasi pecel kalo jualan pagi sampe siang, mana ada yang sore. Gue mau cari makan yang deket aja soalnya." Cetus Nita.
"Udah terserah Lo aja nit, gue apa aja mau. Gak usah Lo gubris kicauan dia." Jawab Chesty yang kemudian menunjuk pada sosok teman yang dikenal paling Oneng teman-temannya itu.
"Iya gue terserah aja deh." Imbuh Ayu yang terkekeh.
"Oke, jaga kost gue. Ayu jangan biarkan Chesty bawa laki-laki kedalam kamar gue." Peringat Nita.
"Siap bos!!" Seru Nita memberi hormat pada kita dengan menaruh tangannya dikening.
"Good...."
"Si4l*n Lo...." Gerutu Chesty karena ucapan temannya yang kerap bercanda.
Nita pun keluar dari kost nya, namun sebelum itu ia izin dulu pada umi Bilqis sapaan pemilik kost, isteri dari ustad Yusa.
"Assalamualaikum umi Bilqis....." Sapa Nita Ramah.
"Walaikumsalam, Eh dek Nita, ada apa ya?" Tanya umi Bilqis yang sedang duduk diteras dengan mengusap perut bucitnya.
Isteri ustad Yusa kini tengah hamil anak kedua, perempuan berusia hampir 30 tahun itu akan melahirkan bulan depan.
Itu pun karna Nita cukup dekat dengan umi Bilqis, sehingga Nita tahu dari umi Bilqis langsung
"Umi, bolehkan Nita cari makan sebentar buat temen Nita." Pamit Nina pada istri ustad Yusa.
"Boleh dek Nita. Tapi tidak lebih dari jam 9 aja ya."
"Oke umi, lagian Nita cuma mau beli penyetan aja, terima kasih izinnya umi." Jawab Nita kemudian.
"Iya dek Nita, hati-hati."
"Oke siap umi."
Setelah mendapat izin, barulah Nita keluar dengan mendapat surat izin dari umi Bilqis yang ia tunjukkan pada penjaga yang biasanya menjaga keamanan anak kost mereka.
Jadi di kost yang ditempati Nita dan Ayu tidak sembarangan orang untuk keluar masuk, dan tidak boleh yang bukan muhrim nya untuk masuk kedalam kamar.
Namun begitu umi Bilqis orang nya enak, dia tidak hanya menerima mahasiswi yang kost ditempatnya yang satu imam. Namun ia universal dan lebih menghormati.
Sehingga yang ngekost ditempat itu merasa nyaman, dan lebih aman juga. Apalagi orang tua dari mereka bisa nyaman meninggalkan puterinya tinggal dikost itu.
Nita pun segera mencari tempat penyetan yang jual berdekatan dengan kost nya, hanya menempuh perjalanan 7 menit saja. Hitung-hitung ia ingin sekalian oleh raga ringan.
"Bang ayam penyet ya 3, sambelnya yang korek ya bang." Titah Nita sesat ia baru sampai diwarung yang cukup ramai pengunjung malam itu.
"Siap neng Nita." Jawab pemilik warung itu yang sudah kenal naik dengan Nita dan Ayu.
Karena mereka cukup sering makan ditempat, maupun dibawa pulang. Terlebih banyak jenis yang dijual selain ayam goreng.
"Sama tahu goreng gak neng?" Ucap pemilik warung itu.
"Boleh bang, tiga ya. Inget sambelnya yang banyak."
"Beres neng."
Akhirnya sembari menunggu Nita duduk di tempat yang tidak ramai, ia berseluncur melihat akun media sosialnya lewat benda pipihnya.
Dan akhirnya setelah ia menunggu entah antrian nomer keberapa pesenannya pun telah ready.
"Neng Nita ini pesenan nya." Ucap pemilik warung pria itu dan menyerahkan langsung pada Nita.
"Berapa ini bang?" Tanya Nita.
"75 ribu neng."
"Ehmm gak 60 ribu aja bang." Tawar Nita.
"Gimana ya neng."
"Ayolah bang kasih Nita diskon, kan sesekali gak apa. Lagian Nita kan sering langganan di warung Abang." Rayu Nita.
Tangan Nita pun membelai punggung tangan abang warung penyet itu, tangan yang putih nan mulus itu membuat si Abang gemetaran.
Siapa yang tidak grogi ketika ia didekati cewek cantik macam Nita yang sempurna. Bahkan kini Nita tersenyum manis pada pemilik warung itu.
"Baiklah karena neng Nita cantik, bayar 50 aja." Jawabnya kemudian.
"Benerin nih bang?" Seru Nita tak percaya namun ia sudah bisa menebak bahwa pemilik warung itu akan tak kuasa menahan rayuannya.
Dan sungguh Nita begitu optimis, kadang ia juga memiliki sifat nakal namun tidak separah Chesty. Namun ia hanya ingin lebih ngirit bayarnya saja.
"Beneran dek Nita." Jawab pemilik warung penyet dengan tersipu malu.
Maklum pemilik warung itu pria yang berstatus duda dan belum menikah lagi, ia cukup lama naksir Nita karena kecantikan dan keramahannya.
Nita yang mengetahui itu malah sering memanfaatkan ketertarikan pria itu untuk meminta diskon.
Dan lagi-lagi pria itu tak tega untuk menolak permintaan Nita, hingga akhirnya ia memberikan kortingan setiap yang dipesan oleh Nita.
"Thank you ya mang?" Cicit Nita.
"Iya neng, jangan lupa kalo saya wa dibalas atuh neng." Rajuk pria itu dengan logat khas sundanya.
"Oke mang siyap, soalnya kemaren-kemaren saya sibuk jadi gak sempet balas pesan mamang." Jawab Nita.
"Asik, janji ya."
"Iya mang, ya udah Nita pulang dulu ya? Kasihan temen Nita nanti pada kelaparan di kost."
"Oh iya silahkan neng."
Nita langsung ngacir kabur saat ia telah membayar uang sebesar 50 ribu pada pemilik warung penyetan.
Akan tetapi saat ia telah cukup berlari tanpa sengaja motor melintas dan menyerempet tubuh ramping Nita hingga ia terjerembab.
"Aww...."
Nita meringis dengan luka di lututnya, namun pengendara motor yang menyerempet Nita malah kabur, meninggalkan Nita yang masih ada di jalanan.
Sebuah mobil berhenti tepat di depan Nita, ia menatap pria yang baru turun dari mobil yang kemudian mendekati Nita.
"Lho pak Eric..." Seru Nita yang terkejut, karena ternyata mobil itu punya dosen statistik nya.
"Kamu kenapa?" Tanya Eric.
"Jatuh pak, tadi ada motor yang nyerempet saya." Jawab Nita.
"Lihat kamu terluka, ayo saya bantu kamu obati."
"Tidak usah pak."
"Jangan membantah saya." Jawab dosen tampan itu.
Nita hanya bisa patuh dan Eric membantu Nita berdiri dan ia bantu untuk duduk di kursi mobil depannya, setelah pintunya Eric buka.
Dosen itu membuka kotak p3k nya yang ia simpan didalam mobil, lalu ia mengambil alkohol dan kapas untuk bersihkan luka Nita.
Nita sempat meringis ketika sapuan lembut berisi alkohol itu mengenai kulit lukanya, untungnya luka Nita tidak parah dan dalam.
"Sakit?" Tanya Eric penuh perhatian.
"Sedikit pak."
"Kamu tadi lagi apa? Kenapa malam-malam begini keluar?" Tanya Eric menatap Nita yang meniup-niupkan lukanya sendiri.
"Tadi saya lagi beli penyetan buat makan malam bareng teman saja, tapi saya malah jadi seperti ini." Jawab Nita.
"Untungnya kamu tidak apa."
Nita pun mengangguk, lalu ia menatap pessenan penyetannya sudah tak berbentuk, terlebih nasi dan ayam serta tahu yang ia pesan tadi sudah kotor.
"Yah penyetan saya jatuh, mana gak bisa dimakan lagi." Sedih Nita menundukan wajahnya.
Eric yang melihat pesanan mahasiswinya berjatuhan dan tidak layak untuk dikonsumsi itu terlihat menghela nafasnya.
Dosen itu terlihat ikut sedih dan kasihan pada Nita.
"Ayo ikut saya, nanti saya akan belikan yang baru." Ucap dosen itu pada Nita.
"Tapi pak seharusnya bapak yang gak harus ganti ini semua, harusnya yang ganti itu yang nyerempet saya." Tukas Nita seakan ia kesal dan protes sendiri.
"Tidak apa, saya yang bayar saja. Ayo tunjukkan dimana penyetan itu." Titah Eric pada Nita.
"Kalo jam segini biasanya sudah habis pak penyetannya, soalnya tadi ramai banget. Kalo minta yang lain boleh tidak?" Ucap Nita dengan menarik sudut bibirnya.
"Apa itu? Katakan saja."
"Nita pengen makan steak itu aja, boleh gak?" Jawab Nita yang menunjuk pada tempat makan steak yang tak jauh dari mereka kini.
"Ya sudah ayo kita pesan."
"Yess...." Batin Nita senang.
Sesampainya di resto kecil itu Nita memesan steak paket double, serta ia juga pesan kentang goreng semuanya masing-masing 3.
"Ini buat kamu semua?" Tanya dosen yang memiliki tinggi 185 cm itu.
"Tidak pak, untuk teman saja juga. Kasihan mereka sudah lama menunggu saya."
"Baiklah, kita duduk dulu sekalian nunggu pesanan kamu datang."
Hanya 10 menit saja pesenan Nita telah datang, dan Eric pun membayar dengan kartu debetnya.
"Terima kasih ya pak atas bantuannya juga makan enaknya ini."
"Iya, ayo saya antar." Ajak Eric.
"Tapi pak saya gak enak...."
"Mau pengen dapat nilai E?" Ancam Eric.
"Jangan pak Eric, baik...baik saya ikut bapak saja." Jawab Nita pada akhirnya menyerah dan patuh.