Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Keluarga
Dua mobil itu berhenti halaman rumah orang tua Nabilla, Nabilla terlihat ke luar dari mobil orang tua Erik. Itu sesuai dengan permintaan Nabilla, ia mengaku enggan satu mobil dengan Erik karena ada teman-teman Erik juga yang ikut disana.
"Kalian sudah datang." Sambut Rosi dan juga Arya.
Nabilla langsung menghambur memeluk Ibu dan Bapaknya bergantian, ah lagi Nabilla menangis sekarang karena rasa rindunya yang akhirnya bisa tersampaikan. Mereka semua mendekat termasuk juga teman-teman Erik, tidak ada Tyas karena kabarnya wanita itu sedang tidak enak badan.
"Ayo mari masuk, ayo sayang." Ajak Rosi.
Arya mempersilahkan mereka untuk masuk, namun sepertinya langkah Ferni tertahan di luar sana. Ferni justru tertarik untuk mengamati rumah orang tua Nabilla, ini lebih dari cukup, rumah dua lantai itu memang tidak besar tapi Ferni melihat rumah ini adalah yang paling menonjol.
"Mami." Panggil Erik yang ternyata kembali ke luar.
"Mami kenapa, jangan bilang kalau Mami berubah pikiran!"
"Tidak, ini hasil kerja keras Nabilla. Dia cukup hebat untuk hasil seperti ini."
"Dia cocok kan jadi Istri aku, gak manja, mandiri, gak boros!"
Ferni tersenyum seraya mengusap kepala putranya itu, Ferni tidak pernah meragukan apa pun langkah Erik sampai detik ini. Sejak dulu bahkan sejak pertama Erik bisa berpikir dengan benar pun Ferni selalu merasa bangga, sepertinya tidak ada hal buruk yang pernah Erik berikan pada orang tuanya.
Keduanya menyusul masuk, mereka semua sudah ada di ruang tamu berkumpul bersama. Rosi mengangguk hormat ketika Arya melihat kedatangannya, bahkan penampilan orang tua Nabilla pun cukup elegan.
"Silahkan diminum Bu Ferni." Titah Rosi.
"Ah iya, terimakasih." Sahut Ferni seraya menikmati minumannya.
Nabilla melihat Erik yang berbincang dengan teman-temannya itu, mereka seperti tidak mengalami hal buruk apa pun bahkan setelah sama-sama babak belur. Nabilla bisa merasa tenang karena mereka datang dalam keadaan baik, tidak ada lagi luka diwajah mereka sekarang sehingga tidak akan mendatangkan pertanyaan apa pun dari orang tua Nabilla.
"Di sini tidak ada yang istimewa, hidangannya tidak sebagus di Kota." Tutur Arya.
"Tidak masalah, orang kota pun banyak yang mencari menu seperti ini." Sahut Farhan.
"Kami ada sesuatu untuk kalian, tapi di mobil. Erik kamu tidak bawa masuk?" Tanya Ferni.
"Biar saya saja Tante." Tawar Nizar cepat.
Lelaki itu lantas pergi untuk membawa sesuatu yang disebutkan Ferni, Nabilla terlihat begitu enggan jauh dari orang tuanya. Sudah berulang kali Nabilla gagal mudik dan baru kali ini bisa terwujud, tentu saja Nabilla tidak akan sia-siakan itu untuk terus bersama orang tuanya.
"Kalian hanya tinggal berdua?" Tanya Farhan.
"Tidak, kami bertiga. Ada Kakaknya Nabilla juga, tapi dia sedang keluar sebentar."
"Nabilla ini berapa bersaudara?"
"Ada Tiga, dan Nabilla ini anak bungsu. Kakak pertamanya sudah menikah, tinggal di Samarinda ikut Suaminya."
Farhan mengangguk paham dengan itu, Erik saja tidak tahu tentang itu karena tidak pernah membahasnya. Nizar tampak kembali dengan cukup banyak barang bawaan, Ferni menganggap itu adalah hadiah lamaran waktu itu yang tidak bisa langsung diberikan.
Hadiah itu bermacam-macam, khas orang lamaran dengan berbagai cindra mata. Arya dan Rosi menerimanya dengan senang hati, itu adalah hadiah istimewa setelah mereka berhasil meyakinkan Arya dan Rosi jika Erik akan mampu membahagiakan Nabilla.
"Semoga bermanfaat ya."
"Terimakasih banyak."
"Asalamualaikum."
Suara itu membuat mereka menoleh kompak, Nabilla langsung bangkit dan memeluk kakaknya yang baru saja datang. Ah rindu sekali dengan teman ributnya itu, entah berapa lama mereka tidak bertemu karena dikepulangan Nabilla yang terakhir kakaknya itu tidak ada.
Salsa melihat mereka semua dan langsung menyalami mereka satu demi satu, kini mereka tahu satu lagi anak dari Arya dan Rosi. Salsa segera pamit mengaku ingin membersihkan diri terlebih dahulu, kepergian Salsa rupanya tak lepas dari perhatian Nizar.
"Itu Kakaknya Nabilla, namanya Salsa."
"Belum menikah?" Tanya Erik.
"Belum, dulu sempat akan menikah hanya saja mungkin belum jodoh. Pernikahan batal karena laki-lakinya memilih wanita lain, dan sampai sekarang Salsa masih enggan berurusan dengan laki-laki." Jelas Rosi.
"Gue yang akan luluhkan dia." Bisik Nizar tepat di telinga Erik.
Sontak saja untuk membuat tangan Erik menggeplak jidat Nizar, omong kosong apa yang diucapkannya itu. Bagaimana dengan Cintya di Kota sana, memang dasar mata keranjang.
Erik akui jika Salsa memang cantik, meski tetap Nabilla lebih cantik dimatanya, tapi sepertinya wanita itu terlalu dingin untuk didekati. Nizar tidak akan tahan jika diabaikan, lelaki itu pasti akan menyerah diawal langkahnya.
"Cantik Bro." Puji Nizar.
Erik hanya menggeleng saja, dari dulu dan ternyata sampai sekarang satu temannya itu belum juga berubah. Nizar selalu saja jadi paling heboh jika ada wanita cantik, Erik melirik Nabilla yang sepertinya paham dengan bercapakan Erik juga Nizar.
Kemudian orang tua Erik mulai membiacarakan maksud dan tujuannya, setelah lamaran malam itu mereka bermaksud untuk melanjutkan niatan mereka. Nabilla sedikit merasa gugup karena itu, bahkan mereka baru saja sampai tapi sudah langsung membahasnya.
"Kami ikut saja gimana baiknya, kalau memang mereka setuju ya kita dukung saja." Tutur Arya.
"Kamu mau kan Billa?" Tanya Rosi.
Nabilla sempat melirik Erik, lelaki itu memang asing tapi Nabilla juga merasakan keseriusannya. Tak perduli dengan setengah hatinya yang masih menolak, Nabilla langsung mengangguk menyetujui pertanyaan Rosi.
Ferni dan Farhan tampak tersenyum kompak, itu adalah jawaban yang sesuai dengan mereka semua. Nabilla sama sekali tidak mempermainkan mereka dengan alasan jika mereka baru saling kenal, Nabilla pasti juga tahu jika Erik tidak main-main.
"Syukurlah, kalau begitu bagaimana kalau pernikahannya kita lakukan lebih awal." Ucap Farhan.
"Lebih awal, tapi sepertinya persiapannya butuh waktu." Sahut Arya.
"Aman Pak, Bapak dan Ibu hanya perlu siapkan data Nabilla saja. Selebihnya aku yang akan uruskan semuanya, mereka semua bisa diandalkan." Jelas Erik seraya melirik teman-temannya itu.
Mereka mengangguk kompak, sesuai percakapan mereka bersama Tyas waktu itu telah mereka sampaikan pada Erik. Dan tentu saja Erik tidak menolak sama sekali meski pun ia mampu sendiri, mereka telah dengan sengaja membuat langkah Erik semakin mudah untuk memperistri Nabilla.
"Kami hanya bisa mendukung saja, selebihnya biar jadi pilihan mereka berdua. Kami percaya Nabilla sudah bisa mengatur hidupnya sendiri, mengukur sejauh mana dia boleh dan tidak boleh melangkah pasti Nabilla bisa."
"Kalau Bapak dan Ibu sudah setuju, sekarang bagaimana dengan Erik. Kapan kamu siap?" Tanya Farhan.
"Jika memang bisa selesai semua yang dibutuhkannya, aku mau akhir bulan ini."
Nabilla sedikit menganga mendengarnya, bagaimana bisa seperti itu bukankah hanya tinggal dua minggu saja di bulan ini. Erik tersenyum melihat ekspresi Nabilla, apa yang salah kan kalau memang bisa lalu kenapa tidak.
"Itu terlalu cepat, persiapannya bahkan dari nol." Ucap Nabilla.
"Aman Bil, kita sudah urus semuanya sejak kemarin." Sahut Revan.
"Seperti yang dikatakan Erik, kalau kalian hanya perlu siapkan saja kelengkapan datangnya." Tambah Ferni.
Rosi tampak menggenggam tangan Nabilla, mengurus data mungkin tidak akan lama jika sudah sesuai persyaratan. Nabilla tidak perlu khawatir karena mereka yang akan memenuhinya, Nabilla bisa tetap fokus pada urusannya sendiri.
Lama percakapan berlangsung selangsung membri akhirnya yang manis, semua disetujui tanpa ada syarat apa pun. Nabilla dan Erik merasa lega dengan itu semua, ternyata keluarga mereka begitu mendukung tanpa ada keraguan apa pun.
"Ayo silahkan, maaf ya masakannya cuma segini adanya." Sesal Rosi.
"Tidak, tidak masalah sama sekali." Sahut Ferni.
Mereka sudah berkumpul di meja makan sekarang, hidangan sederhana itu cukup menggungah selera makan mereka karena aromanya yang nikmat. Mereka segera menyantap makan malamnya sembari terus berbincang kecil, berulang kali Nizar mencuri pandang pada Salsa disana namun meski menyadari itu Salsa tetap acuh.
"Lain kali mari makan di rumah kami." Anak Farhan.
"Sepertinya ide bagus." Sahut Arya.
Mereka tersenyum bersamaan, Nabilla merasa tenang melihat keluarganya dan keluarga Erik begitu akrab. Dipertemuan pertama yang sehangat ini rasanya sangat istimewa, pertemuan yang hanya ada persetujuan itu membuat mereka merasa aman.