Rupanya salah masuk kamar hotel saat liburan membuat Gia Adrian harus rela terjebak dalam sebuah pernikahan konyol dengan pria asing dan begitu juga dengan Gio Hadikusumo terpaksa menerima pernikahan tersebut padahal dirinya merasa tak melakukan apapun.
"Aku tidak mau menikah dengan gadis manja dan liar sepertinya," ucap pria tampan nan macho dengan pandangan sedingin es gunung himalaya tersebut.
"Ck, kamu kira aku juga mau menikah dengan pria dingin dan kolot sepertimu? hidupku pasti akan penuh sial nanti," umpat Gia menolak mentah-mentah pernikahannya. Ia masih sangat muda dan masih ingin bersenang-senang.
"Pokoknya kami tidak ingin menikah, kami hanya salah masuk kamar!" ucap mereka bersamaan saat kedua orangtuanya memaksakan sebuah pernikahan demi menjaga nama baik keluarga masing-masing.
Gia anak gaul metropolitan, kaya raya dan manja serta gemar hang out bisakah bersatu dengan Gio pria kepulauan yang dingin dan serius yang selalu menjunjung tinggi adat istiadat keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peraturan keluarga Hadikusumo
Kini di ruang keluarga hanya tersisa Gia dan juga nyonya Nala yang masih duduk diatas kursinya dengan tatapan kearah Gia yang berdiri tak jauh dari hadapannya tersebut, pandangannya menelisik gadis itu dari ujung kaki hingga ujung rambut. Rambutnya yang panjang bergelombang nampak berwarna kecokelatan, wajahnya bersih dan beberapa tindikan menghiasi telinganya hingga membuat wanita paruh baya itu langsung menggeleng kecil lalu pandangannya kembali beralih kearah pakaiannya sebuah sweater rajut dipadukan dengan celana jeans.
Kemudian pandangan wanita itu tertuju kearah tangan maupun kaki gadis itu dimana terlihat semua kukunya panjang dan bercat.
Ehm
Tiba-tiba wanita itu sedikit berdehem sebelum mengeluarkan suaranya. "Pertama, dikeluarga ini tidak boleh ada yang menggunakan pewarna rambut." ucapnya kemudian.
"Ini rambut asli," sahut Gia menanggapi seraya memegang rambutnya yang indah itu. Warna rambutnya memang asli mengingat ayahnya adalah pria keturunan.
"Oh ya?" Nyonya Nala segera beranjak dari duduknya lantas melangkah mendekat, saat hendak mengulurkan tangannya untuk memegang rambut gadis itu tiba-tiba tangannya ditahan.
"Bibi mau apa?" ucap Gia dengan wajah penuh tanya.
"Tentu saja mengeceknya," sahut wanita paruh baya tersebut seraya mencoba menarik tangannya yang berada dalam cekalan gadis itu namun gagal dan itu membuatnya langsung melotot tajam.
"Rambutku tak biasa dipegang oleh orang asing kecuali bibi adalah pelayan salon mungkin aku bisa mempertimbangkannya," tukas Gia dengan mengulas senyumnya namun itu justru terlihat seperti sebuah ejekan di mata nyonya Nala.
"Kau?" ucap wanita itu dan Gia pun segera menjauhkan tangannya tanpa menyurutkan senyumannya.
Ehm
Nyonya Nala kembali berdehem untuk menetralkan emosinya yang mulai terpancing. "Kedua," ucapnya lantas sedikit memberikannya jeda.
"Dilarang mengecat kuku maupun menindik telinga dengan berbagai perhiasan dan kuku setiap hari harus selalu pendek," ucapnya kembali memberitahu peraturan rumahnya tersebut.
Gia sontak melirik kukunya yang terlihat panjang lalu pandangannya beralih kearah wanita paruh baya tersebut dimana semua kukunya memang pendek.
"Bibi, sejak kapan ada peraturan tidak boleh memanjangkan kuku?" ucapnya menanggapi.
"Itu adalah peraturan rumah kami dan sebagai anggota baru disini tentu saja kamu harus mematuhinya," tegas wanita itu menjelaskan.
"Bi please, ini sudah 2025 masa ada peraturan seperti itu," Gia merasa heran dengan hal tersebut.
"Lagipula aku tak biasa dan tak bisa memotong kuku jadi apa disini ada salon yang bisa membantuku?" imbuhnya lagi, ia akan mengalah untuk sementara waktu sampai mendapatkan cara pergi dari sini.
"Apa? tak bisa memotong kuku?" tentu saja nyonya Nala terkejut mendengarnya, gadis macam apa yang diperistri oleh keponakannya tersebut karena hal sepele seperti itu tak bisa mengerjakannya sendiri. Benar-benar menantu tak berguna pikirnya.
"Hm, apa Bibi mau membantuku memotongnya?" Gia mengulurkan kedua punggung tangannya dengan kuku-kuku yang lentik tersebut dan tak lupa melirik kuku kakinya juga, tak apa ia potong toh nanti juga pasti bisa tumbuh lagi atau ia bawa ke salon kecantikan saja pasti kembali bagus.
Ngomong-ngomong selama ini ia kurang bisa memotong kuku jadi tak masalah kan meminta bibi mertuanya itu untuk membantu memotongkan nya?
"Kau? dasar tidak punya sopan santun, mintalah pada suamimu untuk melakukannya meskipun itu juga kurang sopan karena sebagai istri sudah menjadi kewajiban mu untuk menghormati dan melayaninya jadi mulai sekarang belajarlah." tukas wanita paruh baya tersebut yang langsung membuat Gia kembali menarik tangannya dengan senyuman mulai menyurut di bibirnya, suaminya mana mau membantunya potong kuku menatapnya saja enggan.
"Oke, jadi apa cuma itu saja peraturannya? baiklah kalau begitu aku akan pergi ke kamarku, dimana kamarku aku sangat lelah, oh ya apa disini ada kolam jacuzzi atau minimal bathtub lah karena aku ingin berendam dengan minyak terapi." Gia segera melangkah pergi meninggalkan wanita itu.
"A-apa?"
Mendengar itu pun nyonya Nala nampak syok, sombong sekali sekali gadis itu mencari sesuatu yang tak mungkin ada di rumah ini bahkan kampung ini. Kemudian ia pun kembali memanggil gadis yang sudah melangkah pergi itu.
"Siapa yang menyuruhmu pergi? aku belum selesai bicara." tegasnya dan mau tak mau itu membuat Gia kembali menatapnya.
"Bi ini sudah petang waktunya beristirahat bagaimana jika esok saja kita lanjutkan bicaranya, oh ya aku juga belum makan malam apa Bibi bisa siapkan untukku? aku ingin makan 250gram daging sapi khas dalam dengan kematangan medium, 3 butir telur rebus dan juga semangkuk buah pepaya jangan lupa berikan ku sedikit rebusan sayur brokoli juga!" perintahnya menatap wanita paruh baya tersebut.
"A-apa?" tentu saja itu membuat nyonya Nala nampak terkejut mendengarnya, berani sekali gadis itu memerintahnya.
Saat hendak memarahinya tiba-tiba terdengar suara tongkat tuan Hadikusumo mendekat dan benar saja pria yang sedang melangkah mendekat menggunakan tongkatnya itu langsung menggeleng kecil menatap sang putri.
"Nak Gia apa kamu lapar?" ucapnya kepada cucu menantunya tersebut.
Gia mengangguk kecil. "Apa makanannya sudah siap?" ucapnya ingin tahu.
"Nak Gia sebenarnya seluruh keluarga kami bahkan kampung ini adalah vegetarian tapi jika kamu ingin makan apa yang kamu inginkan akan kakek pesankan dari kota tapi akan membutuhkan waktu sedikit lama mengingat jarak yang lumayan jauh." terang kakek Hadikusumo menjelaskan.
"Vegetarian?" Gia benar-benar tak mengerti keluarga macam apa yang ia masuki ini, bagaimana mungkin ia hanya makan sayur saja sepanjang hidupnya nanti.
"Kami biasanya menggunakan kacang-kacangan sebagai pengganti proteinnya jadi jangan khawatir jika akan kekurangan gizi," terang pria tua itu lagi.
Gia nampak menghela napas panjangnya dan akhirnya gadis itu pun terpaksa memakan apa yang dihidangkan oleh keluarga mertuanya tersebut mengingat hari sudah malam jadi ia tak mungkin memesan makanan dari kota.
Kini mereka semua nampak makan bersama dalam satu meja, tak ada suara selain dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Gia yang biasanya menikmati makan malam dengan suasana hangat keluarganya kini seperti berada di dunia lain.
"Apa setiap hari kalian makan makanan seperti ini?" ucapnya tak tahan untuk tak berbicara, mereka benar-benar seperti patung hidup dan hanya pandangan mata yang seakan menjadi alat komunikasi.
"Peraturan ketiga, dilarang berbicara saat makan, Tuhan sudah sangat baik memberikan kita makanan jadi berterima kasihlah dengan cara menikmatinya sebaik mungkin." tegas nyonya Nala yang sejak tadi menahan emosi menghadapi gadis itu.
Gia merasa semua mata tertuju kepadanya terlebih pria yang baru beberapa jam menjadi suaminya tersebut menatapnya dengan pandangan dingin seakan ia adalah makhluk aneh di mata mereka.
"Oh Tuhan keluarga macam apa yang ku masuki ini," gumamnya mulai kembali frustrasi.
hayo loh siapa yang duluan jg atuh cinta ni🤭🤭
Wah wah wah benar2 yaa Gio seorang suami idaman...
Perlu dikarungin jangan sampai lepas /Drool/, bahaya kalau sampai jatuh ke dalam pelukan wanita yang ngga bener..
Anugrah terindah lho Gia kamu punya suami yang seperti itu...
Satu point plus sudah dimiliki oleh Gio sebagai seorang suami...
Jangan sampai positive vibes ini menjadi ternoda ya Gio..
Awas saja kalau kamu masih gagal move on dari mantan...
jordi buaya...bru nikah aja liat istri orang kek gtu apa lgi kalau udah lama
apa yg dtuggu" gi 🤣
wkwk.../Facepalm//Facepalm//Facepalm/