Luna Aurora Abraham rela meninggalkan nama belakang dan keluarganya demi menikah dengan lelaki yang dicintainya yaitu Bima Pratama. Seorang pria dari kalangan biasa yang dianggap Luna sebagai dewa penyelamat saat dirinya hampir saja diperkosa preman.
Dianggap gila oleh suami dan Ibu mertuanya setelah mengalami keguguran. Dengan tega, Bima memasukkannya ke Rumah Sakit jiwa setelah menguasai seluruh harta kekayaan yang dimilikinya.
Tidak cukup sampai di situ, Bima juga membayar orang-orang di RSJ untuk memberikan obat pelumpuh syaraf. Luna harus hidup dengan para orang gila yang tidak jarang sengaja ingin membunuhnya.
Hingga suatu hari, Bima datang berkunjung dengan menggandeng wanita hamil yang ternyata adalah kekasih barunya.
"Aku akan menikah dengan Maya karena dia sedang mengandung anakku."
Bagaimana kelanjutan kisah Luna setelah Tuhan memberinya kesempatan kedua kembali pada waktu satu hari sebelum acara pernikahan.
Update setiap hari hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Persatu Mendapatkan Karma
Setelah meratapi penyesalan, Atlas menatap kosong langit-langit. Dirinya sadar sudah 2 minggu meninggalkan istri yang baru dinikahinya. Apakah Atlas masih layak disebut seorang suami?
Di saat bersamaan, Ervan datang menatap Atlas dengan pandangan rumit. Pria yang biasanya bersikap konyol sekarang terlihat sangat menyedihkan. Duduk tertunduk di antara sampah kotor.
"Apa kamu akan terus diam di sini? Lupa jika punya istri yang kamu nikahi 2 minggu yang lalu?" Tanya Ervan.
"Tidak lupa, hanya saja aku malu untuk kembali. Aku bukan pria baik yang pantas bersanding dengan Luna." Ucap Atlas nanar.
"Lalu, kamu tidak ingin berjuang sekali lagi Atlas?" Tanya Ervan.
"Apa aku masih pantas? Sedangkan aku sudah bukan Atlas yang dulu selalu penuh percaya diri menyatakan cintanya. Aku hanya lelaki yang penuh dosa." Ucap Atlas.
"Buktikan bahka kamu pantas, Luna menunggumu datang. Dan berikan dia bukti jika kamu tidak pernah meniduri Melani. Tapi, Luna juga bilang pernah melihatmu mencium Melani."
"Sebelumnya kamu mengejar Luna, tapi di waktu bersamaan kamu juga mencium dan memeluk mesra Melani. Itu yang membuat adikku membencimu. Sadari kesalahanmu, dan perjuangkan Luna."
"Di mana Luna berada saat ini? Tolong katakan, aku akan meminta maaf padanya." Ucap Atlas.
"Cari sendiri, jadikan itu sebagai bentuk pembuktian diri atas perjuanganmu."
Sementara itu Luna sedang menulis di buku diarynya. Dia sedang mengingat kisah masa lalunya di kehidupan pertamanya. Luna bingung, kenapa alurnya langsung berubah setelah dia kembali hidup setelah kematian menjemputnya. Seolah Tuhan memberinya jalan berbeda untuk memperbaiki takdir hidupnya. Bima dan keluarganya sudah menerima karmanya. Sekarang datang Atlas dengan kesalahannya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Membalas dendam hanya akan mengotori hatiku. Mungkin lebih baik aku pasrah, lalu sibuk memperbaiki diri. Supaya tidak ada lagi yang akan menyakitiku." Gumam Luna.
Keesokan harinya, Luna sudah bersiap berangkat ke perusahaannya. Dengan setelan kerja yang elegan, Luna berjalan kaki menuju halte menunggu taxi."
"Pagi-pagi sudah rapi Luna, kamu mau berangkat kerja?" Tanya Bima.
"Iya mas, mulai hari ini perusahaanku akan kembali beroperasi. Dan tidak lama lagi aku akan menikah. Undangannya nanti akan aku kirim ke rumah kamu."
"Kamu serius? Kamu tidak mau memberikan aku kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan kita? Tanya Bima.
"Tidak ada kesempatan kedua untuk pengkhianat mas, kemarin sebelum mas tahu jika aku kembali memegang kendali perusahaan mas Bima enggan menemuiku. Malah asik berbagi peluh dengan selingkuhan mas." Ucap Luna.
"Itu... Aku hanya khilaf Luna."
"Khilaf kok sampai bunting, gak lucu mas bercandanya. Sudah ya taxiku sudah sampai." Ucap Luna.
"Sial... Ini semua karena Maya." Bima kembali masuk ke rumahnya.
"Huek... Huek... Huek..." Suara orang muntah-muntah membuat Bima jijik.
"Bu... Ibu... Siapa sih yang muntah-muntah di rumah ini?" Teriak Bima. Ibu Ratna yang sedang mencuci baju tidak mendengar lantara suara air keran yang mengalir di ember menghalangi pendengarannya.
Brak...
Terlihat Elina adek Bima sudah terkapar lemas di samping kamar mandi dekat dengan dapur.
"Jadi kamu yang muntah-muntah tadi, kamu sakit kenapa belum berangkat ke Sekolah?" Cecar Bima.
"Iya mas, badanku lemas sekali." Ucap Elina dengan wajah pucatnya.
"Kalau gitu, tunggu mas antar kamu ke klinik." Ucap Bima.
Tak butuh waktu lama, karena kondisi klinik yang sedang sepi pengunjung. Nama Elina sudah dipanggil, dan Bima dengan telaten menuntun adiknya masuk ke ruang pemeriksaan.
"Ada yang bisa saya bantu? Keluhan sakitnya apa?" Tanya Dokter.
"Adek saya muntah-muntah sejak pagi sehingga membuat badannya lemas." Ucap Bima mewakili menjawab Dokter.
"Baiklah, Nona bisa tiduran dulu. Saya akan periksa." Ucap Dokter.
Beberapa saat kemudian, dokter itu nampak mengernyitkan kening. Tapi dia harus tetap bersikap profesional bukan.
"Ini gunakan di kamar mandi, saya harus memastikan sesuatu. Ikuti pentunjuknya di tulisan belakang kemasan."
"Ini, Dokter ada muncul dua garis merah." Jawab Elina biasa.
"Apa Nona sudah menikah?" Tanya Dokter menatap dalam arah Elina.
"Adek saya baru kelas 2 SMA dokter, apa hubungannya penyakitnya dengan status pernikahan?" Sengit Bima.
"Karena Nona ini sedang mengandung, dan muntah itu adalah gejala kehamilan muda." Jawab Dokter tenang.
"Tidak mungkin adek saya hamil di luar nikah." Teriak Bima.
"Tolong jangan berteriak di ruangan saya. Silahkan Anda datangi dokter spesialis kandungan untuk lebih jelasnya."
Tanpa berpamitan, Bima menarik paksa tangan adiknya membuat Elina meringis. Dengan langkap tegap, Ervan mendatangi ruang poli kandungan yang kebetulan tersedia di klinik yang sama.
"Selamat ya, kandungan istrinya sudah berumur 6 minggu." Ucap Dokter.
"Terima kasih Dokter, kalau begitu kami pergi dulu." Ucap Bima.
PLAK
Di luar klinik, Bima langsung menampar keras pipi adiknya hingga berdarah ujung bibir Elina.
"6 minggu, itu artinya setelah kita tinggal bersama Luna di rumahnya. Kamu jarang pulang dengan alasan belajar kelompok, ternyata ini maksudnya. Kamu belajar membuat bayi."
"Katakan, siapa yang telah menghamili kamu Elina? Aku akan membunuhnya." Ucap lantang Bima tanpa takut suaranya di dengar banyak orang.
"Seno Saputra" Ucap Elina lirih.
Deg
Nama itu adalah nama teman Bima yang pernah disuruh untuk pura-pura memperkosa Luna dulu. Sekarang menjadi ayah dari bayi yang dikandung adiknya sendiri.
Inilah karma yang sesungguhnya dari Tuhan tanpa Luna turun tangan. Karena Tuhan sedang menunjukkan kekuasaan Nya. Bahwa memberikan kehidupan kedua bukan berarti memberi kesempatan manusia untuk membalas dendam. Tapi menyuruh manusia itu sendiri merubah takdir menjadi lebih baik dari sebelumnya.
"Ayo pulang, dan kamu harus meminta pertanggung jawaban dari Seno."
"Aku dan Seno tidak pernah menjalin kasih mas Bima. Aku hanya bermain-main saja dengannya. Lagian, dia sudah punya kekasih yang akan dia nikahi bulan depan." Jawaban jujur dari Elina.
"Dasar bodoh, kalau tidak saling cinta kenapa tidur bersama hingga hamil. Berapa kali Seno menye tubuhi mu?" Tanya Bima geram.
"Setiap hari sepulang sekolah, dan setelah aku melayaninya dia akan memberiku uang 250 ribu sebagai uang jajan." Jawab Elina lagi.
"Astaga, kamu sadar tidak jika kamu sudah dianggap sebagai wanita pemuas nafsunya?" Ucap Bima marah.
"Tapi aku juga menikmatinya mas, aku selalu merasa puas dengan hubungan di atas ranjang kami."
"Terserah, aku bingung kenapa bisa punya adek perempuan bodoh sekali."
"Aku dan kamu tidak ada bedanya kan mas? Aku tahu mas Bima juga sudah menghamili Maya. Seorang wanita murahan yang sering menjajakan dirinya di perempatan."
"Tapi aku laki-laki Elina, sedangkan kamu perempuan yang masih sekolah. Sekarang bagaimana nasib pendidikanmu."
"Buat apa sekolah tinggi jika tetap miskin, sedangkan aku bisa mendapatkan uang dengan mudah hanya dengan tidur bersama para lelaki."
Bima mengusap wajahnya kasar, ternyata adiknya begitu bodoh. Tidak ingin lagi banyak bicara, Bima langsung menyalakan motornya dan mengajak adiknya pulang. Dalam perjalanan, ingatan tentang Luna kembali mengusik pikiran Bima.
Bima dulu hanya seorang pengangguran karena baru saja terkena phk. Setiap hari saat dia nongkrong selalu melihat Luna yang masih muda tapi sudah bekerja di perusahaan skin care brand terkenal. Usut punya usut ternyata perusahaan itu milik gadis yang baru lulus kuliah tapi sudah sukses. Jadilah Bima membuat skenario pemerkosaan.
Di rumahnya kedatangan Bima dan Elina sudah ditunggu oleh Ibunya.
"Bagaimana hasil pemeriksaan adekmu Bima, dia sakit apa?" Tanya Ibu Ratna terlihat begitu mengkhawatirkan anaknya.
"Elina tidak sakit, tapi dia sedang hamil." Ucap datar Bima.
"Kamu jangan sembarangan menuduh adikmu Bima. Dia gadis baik-baik yang rajin pergi ke sekolah."
"Iya, dia rajin pergi ke sekolah dan pulangnya bilang sibuk belajar kelompok. Yang aslinya dia belajar membuat bayi bersama Seno."
"APA Seno preman pasar temanmu?"
"Iya, dia ayah dari bayi yang dikandung putri kesayangan ibu."
"Tapi Ibunya Seno bilang, dia akan mantu bulan depan dengan Wulan Anjani putrinya pak RT."
"Ya memang, mereka pasangan kekasih sudah sejak lama. Sedangkan Elina hanya wanita pemuas nafsu yang dibayar 250 ribu sekali main."
"Astaga, dosa apa yang sudah aku lakukan hingga mendapatkan karma seburuk ini." Gumam Ibu Ratna.
Sebelum waktu terulang, Elina memang hamil bersama Seno. Tapi kejadiannya seharusnya masih beberapa bulan lagi.
yg jadi atlas matanya biru/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Suka awal yg menarik
jangan jangan cuma Rekasi sebentar dah mau masuk sarang letoy lagi wkwkwkkw
itu adik ma KK kandung kan Thor
keren bisa dalam itu curhat nya