Melawan Takdir Penulis

Berawal dari keinginan sederhana: menjalani hidup dengan damai di dunia fantasi. Liangyi tak berharap menjadi tokoh utama—ia hanya ingin hidup tenang sebagai figuran. Tapi semua berubah saat suara nyaring dan menyebalkan itu membelah kesadarannya.

[Misi utama diaktifkan: Taklukkan Xuanwei, sang protagonis!]

Sistem, si makhluk tak berwujud namun punya suara menyebalkan itu, terus-menerus mengacaukan hidupnya. Setiap hari terasa seperti melangkah di jalan setapak yang dipenuhi paku. Baru saja Liangyi ingin bernapas lega, misi lain menyusul:

[Misi sampingan terbuka: Tambahkan Yu Zhan ke dalam daftar ketertarikan. Target: minimal 30% poin daya tarik!]

Liangyi nyaris melempar batu ke udara. Atau kepala sistem, jika bisa disentuh. "Apa ini sebenarnya? Kau ingin aku membangun harem?"

"[Tentu tidak. Kami hanya mengaktifkan dinamika alur. Ketegangan antar karakter diperlukan agar cerita terasa hidup.]"

"Kau menyebalkan."

Liangyi mendengus. Ia tahu. Sistem tidak ingin semuanya berjalan lancar. Ia ingin drama. Konflik. Kekacauan. Dan semua itu harus dibebankan pada satu orang: dirinya.

Hari itu, seluruh murid Akademi dikumpulkan di lapangan latihan untuk pelajaran teknik pedang. Liangyi memutar bola matanya malas-malasan. Belum juga mengangkat pedang, suara sistem menyusup seperti parasit:

[Kesempatan interaksi Xuanwei. Skor ketertarikan 0% Interaksi fisik ringan disarankan.]

Dengan langkah terpaksa, Liangyi mendekat ke arah Xuanwei yang sedang berdiri sendirian di sisi kanan lapangan, tajam seperti patung marmer hidup. Mata pemuda itu sempat melirik ke arah lain—dan Liangyi tahu betul siapa yang ada di sana.

Yu Zhan.

Saat Liangyi mengayunkan pedang untuk pura-pura meminta bantuan Xuanwei, notifikasi lain muncul:

[Peringatan: Daya tarik Yu Zhan -5. Alasannya: kau terlihat terlalu dekat dengan protagonis.]

Liangyi menahan napas.

"Sialan,kenapa kau selalu kejam begitu padaku sistem bajingan!"(gumamnya)

Xuanwei menatapnya, sedikit mengerutkan kening. "Apa kau bilang sesuatu?"

"Aku bilang—sudut seranganmu tadi... agak kaku," elaknya cepat, lalu melanjutkan, "Mungkin aku bisa bantu koreksi sedikit."

Saat jarak mereka hanya tinggal setengah lengan, sorot mata Xuanwei menggelap.

[Peringatan: Daya tarik Xuanwei +2. Namun... Status: gelisah.]

Liangyi mundur satu langkah. Kepalanya penuh angka dan notifikasi. Tapi saat ia melirik Yu Zhan di seberang lapangan—pemuda itu telah berdiri, menatap tajam ke arahnya. Tidak senyum. Tidak acuh. Hanya tatapan yang... menusuk.

[Daya tarik Yu Zhan -3 lagi.]

"Ini bukan salahku,ini kan yang kau mau?kau puas sudah membuat aku bingung mengerjakan 2 misi secara bersamaan?!" gumamnya pelan.

Liangyi benar-benar ingin menyumpal telinganya dengan tanah.

Dalam hati, ia bergumam: Lalu... siapa yang harus kupilih? Prioritaskan yang mana? Jika aku terlalu dekat pada satu, yang lain akan pergi. Tapi jika aku menjaga jarak... tak satu pun akan tinggal.

Dan seperti biasa, sistem hanya tertawa—dalam bentuk notifikasi.

[Selamat! Ketegangan berhasil dibangun. Cerita semakin hidup. Silakan lanjutkan penderitaanmu!]

Liangyi mengangkat pedangnya. Tapi yang terasa berat bukanlah bilahnya—melainkan beban misi yang menusuk dari dua arah. Seperti pedang bermata dua, dan dirinya berdiri tepat di tengah-tengahnya.

Dia bersimpati pada Yu Zhan tapi satu sisi misi utamanya penting untuk dia mengumpulkan poin dan kembali ke dunia asalnya.

Liangyi mulai menetapkan tujuan utamanya.

Dia memiliki informasi tentang alur yang akan terjadi.

meski dia membacanya sampai akhir bab dia ingat jelas bab yang ia baca.

Saat Yu Zhan menemui kematian di bab 30 dia akan berusaha melakukan sesuatu untuk mencegahnya .