Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ranti Kalah Jumlah
Ranti sadar bahwa ulasan buruk dari Pak Aldi memang ditujukan kepada dirinya, apalagi Pak Aldi juga terang-terangan menyebut nama dirinya sebagai pelayan yang paling buruk di dalam ulasan tersebut. Namun, itu bukan sepenuhnya salah Ranti, tentu saja itu kesalahan Tisya.
“Pas balik ke hotel nanti, aku bakal tunjukin rekaman cctv Pak Aldi ke Tuan Arion. Semoga dia mau cabut hukuman ini dari aku,” do’a Ranti dalam hati.
Begitu masuk ke dalam lobi utama, kesan pertama yang tampak hanyalah kemegahan. Di benak Ranti, Hotel Phoenix saja sudah sangat mewah, tetapi di sini sungguh luar biasa.
Beberapa orang pria dengan setelan jas hitam menyambut mereka berdua, kening Ranti mengernyit, kemunculan mereka tampak berlebihan karena ada sekitar enam orang berdiri berjejer di kiri dan kanan Ranti dan Arion lalu mengarahkan keduanya memasuki lift.
Ranti melirik Arion, lelaki itu tampak santai dan biasa saja. Wajah datar dan pembawaan tenang seperti yang biasa Ranti lihat. Di Hotel Phoenix, Arion bahkan tidak pernah didampingi oleh pengawal, dia sering berjalan seorang diri tetapi tidak ada satu karyawan pun yang berani mendekatinya.
Saat pintu bergerak menutup, Ranti menatap ke depan dan barulah menyadari bahwa tatapan dari banyaknya karyawan di sana mengarah pada dirinya.
Arion sama sekali tak melepas pegangan tangan mereka, sepertinya dia benar-benar totalitas dalam perannya membuat Ranti mendengus kesal, sebab telapak tangannya yang berada dalam genggaman Arion itu sudah mulai berkeringat.
Satu menit kemudian pintu besi itu terbuka, namun sebelum mereka keluar, Ranti bertanya dengan ragu.
“Tuan, aku harus apa nanti?”
Arion menjawab santai, “Bersikap seperti biasa saja, acara ini juga tidak penting, asal kamu tidak buka mulut.”
Ancaman terakhir Arion membuat Ranti merasa jengkel.
Keduanya mulai berjalan beriringan, sosok Ranti yang mungil di samping Arion terlihat begitu menggemaskan.
Beberapa pria berpakaian serba hitam seperti di bawah tadi muncul lagi di sana, namun wajah-wajahnya tampak berbeda. Mereka dengan sigap memberikan pengarahan ke tempat pertemuan.
Saat itu Ranti di bawa masuk ke sebuah ruangan dengan sepasang daun pintu yang sangat besar, pintu itu dibuka oleh dua orang pria besar kemudian mereka masuk ke dalamnya.
Begitu masuk, pemandangan serupa ketika pertama kali Ranti datang ke pertemuan keluarga Arion di hotel kini terasa lagi. Seperti de ja vu. Kemunculan Ranti memancing tatapan dari semua orang yang ada di dalamnya.
Namun pandangan mata Ranti jatuh pada temannya, Tisya, yang saat itu tampak terkejut melihat Ranti dan Arion saling bergandengan tangan. Ranti langsung menjadi semakin gugup, bagaimana dia menjelaskan kepada Tisya? Sedangkan Arion mengancamnya agar tutup mulut. Masalahnya Tisya adalah teman dekatnya, sekaligus adik dari Arion sendiri. Apa Ranti bisa membohonginya?
Menyikapi tatapan dingin dari semua orang yang ada di ruangan itu, Arion sama sekali tak terpengaruh. Dengan lembut, dia menuntun Ranti untuk duduk di sebuah kursi. Sialnya saat Ranti duduk, sebuah tatapan tajam menyambutnya tepat dari arah seberang, Sofia.
Ranti menelan ludah dengan susah payah, kemudian kembali melirik ke arah Tisya yang masih menatapnya dengan tatapan bertanya.
Agar suasananya dengan Tisya tidak menjadi canggung, Ranti langsung mengetikkan sebuah pesan singkat kepada Tisya.
“Sya, nanti aku jelaskan, ya!”
Ranti melihat Tisya mengecek ponselnya yang berdenting satu kali, namun gadis itu tidak membalasnya. Ranti cukup mengerti, nanti dia akan menjelaskan semuanya, itu sudah dia putuskan. Mencari musuh itu mudah, tetapi mempertahankan pertemanan sangat lah sulit. Untuk itu Ranti tak ingin Tisya menjauhinya karena salah paham nantinya.
Arion masih berdiri, ada seorang pria tua yang masih tampak gagah dan prima sedang berbicara pelan di telinganya. Ranti menduga bahwa pria itu pasti adalah Tuan Ferdinand, sebab wajahnya mirip dengan Arion.
Di saat Ranti kembali menghadap depan, Sofia masih menatapnya sinis, kemudian meminum air di gelasnya hingga habis. “Terima kasih sudah bawa pacarku kesini,” ujarnya pelan, tapi dapat didengar jelas oleh Ranti.
Ranti tak menjawabnya, karena di kiri dan kanan Sofia duduk dua orang wanita yang tertawa kecil mendengar ucapannya, jadi Ranti tak ingin mencari masalah karena jelas sekali dia kalah jumlah.
huh emang plot twist
jika sekeluarga demanding harta dan martabat
sampai harus merekrut semua Teman
😃😃 semangaat bang Arion semoga ranti cepet jinak
sampai kapan
/Determined/
semangat ranti
pasti ada Alasan dibalik semua itu,, hemm
mungkkn Arion Akan terus memintamu sebagai kekasih sungguhan
kenapa gak di iklanin aja di novel sebelah yg sudah banyak pengikutnya
Kan Makin seruu ni
sebentar lgi pasti tau siapa pelakunya
semangaat Ranti
alur cerita yg bagus
berarti pelakunya adalah Arion fix
berarti anak genderuwo/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Jadi bener Arion yg bermalam sama Ranti, pasti manusia kutub itu tersinggung sebab dikatai Gay,
makanya dia langsung membuktikan pada ranti klo dia bukan Gay/Joyful//Joyful/
gak bilang juga binging, semanga Ranti semoga segera hamil agar tau siapa pelakunya