Aleya adalah seorang wanita muda yang hidup dalam dunia glamor dan penuh rahasia. Ia secara tak terduga terjerat dalam hubungan rumit dengan seorang presdir perusahaan ternama, yang menjadikannya gadis simpanan. Meski awalnya Aleya menganggap hubungan ini sebagai jalan pintas untuk memperbaiki hidupnya, lambat laun ia menyadari bahwa cinta dan kekuasaan membawa konsekuensi yang tak pernah ia bayangkan. Di tengah konflik batin, ambisi bisnis, serta tekanan sosial, Aleya berjuang menemukan jati dirinya dan menentukan pilihan antara hati dan harga diri. Akankah Aleya mundur dari kenyataan yang ia ketahui? Atau ia akan tetap melanjutkan hidupnya sebagai Gadis simpanan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Aprilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemesraan Aleya dan Arga
“Apa kau psikopat? mengerikan sekali,”
“Memangnya ada, Psikopat setampan diriku?” celetuk Arga.
“Tuan, kenapa kau narsis sekali?” kesal Aleya.
Arga pun terkekeh pelan.
“Hampir waktunya jam makan siang. Mau makan bersama?” tanya Aleya.
Arga pun melirik kearah Arloji yang melingkar ditangannya. “Aku ada urusan. Kau pergilah makan makanan yang kau mau,” ucap Arga.
Pria itu kemudian mengeluarkan dompetnya dan mengambil sebuah kartu dan menyodorkannya pada Aleya.
“Ini adalah credit card milikku. Limitnya tak terbatas. Gunakan untuk membeli apapun yang kau mau,” ujar Arga.
Aleya yang mendengar itu langsung membulatkan matanya. “T-tidak perlu Tuan. Ini terlalu berlebihan,” tolak Aleya.
“Uang darimu tadi itu sudah lebih dari cukup,” lanjut Aleya.
Arga yang tak menerima penolakan pun langsung menyelipkan kartu itu kedalam tas Aleya. “Pinnya 181800. Pakai sesuka hatimu, ini adalah hadiah untukmu,” ucap Arga.
“T-tapi ini-“
Perkataan Aleya terputus karena Arga langsung mencium bibir gadis itu. Aleya pun hanya membulatkan matanya dan mencoba mencerna situasi yang terjadi saat itu. Tiba-tiba, pintu kembali terbuka dan melihatkan Dave yang berdiri sempurna didepan ruangan.
Melihat itu, Aleya langsung berdiri dan menjauh dari Arga.
“M-maaf Tuan,” ucap Dave gugup kemudian segera keluar dan menutup pintu.
Melihat reaksi Aleya yang sangat terkejut, Arga pun terkekeh. “Aku ada urusan. Pergilah makan siang. Aku akan menemuimu nanti malam,” ucap Arga kemudian mengecup pucuk kepala dan bibir Aleya.
Pria itu kemudian pergi meninggalkan ruangan dan meninggalkan Aleya yang masih berdiri mematung. “A-apakah aku mimpi?” batin Aleya.
\~\~
“Anggaran untuk proyek ini terlalu melonjak. Saya tidak mau tahu, ini adalah tugas kalian untuk menekan anggaran semaksimal mungkin,” jelas Arga.
“Apa semuanya paham?”
“Paham, Tuan.”
“Kalau begitu, rapat sampai disini. Selalu laporkan perkembangan proyek ini padaku setiap hari!” ujar Arga kemudian beranjak dan pergi meninggalkan ruangan rapat.
Ia kemudian melirik arloji nya yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.
“Apa wanita itu mengamuk lagi?” tanya Arga.
“Tidak Tuan. Nyonya sedang keluar bersama teman-temannya,” ujar Dave.
“Begitu lebih baik daripada harus membuat onar setiap hari,” ucap Arga.
“Kau pulanglah terlebih dahulu. Aku masih ada urusan. Jika Wanita itu bertanya, bilang saja aku sedang lembur,” ucap Arga.
“Baik Tuan,” ucap Dave.
Sementara itu disisi lain, Aleya tengah memasak untuk makan malamnya. Ia terlihat sangat sibuk didapur sembari mengeksekusi setiap bahan yang berada di dapur itu.
“Apakah dia akan datang?” gumam Aleya sembari sesekali melirik kearah pintu.
“Argh, Aleya. Apa kau sudah terpikat dengannya? Kenapa kau memikirkan Pria itu terus?” kesal Aleya.
Beberapa saat kemudian, makanan pun siap. Ia langsung menyajikan makanan itu dimeja makan kecilnya. Setelah itu, ia langsung membereskan dapur dan membersihkan dirinya untuk menyambut kedatangan Arga.
Dan benar saja, saat ia tengah bersolek didepan cermin, bel berbunyi. Tak berselang lama, pintu pun terbuka.
“Aleya?” seru Arga sembari mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan dirumah itu.
“Ya. Aku disini,” sahut Aleya dari arah kamar.
Arga yang mendengar itu pun tersenyum dan langsung bergegas kearah kamar Aleya yang terletak tak jauh dari pintu masuk.
“Kau sudah datang?” sapa Aleya dengan senyuman manisnya.
Arga yang melihat itu langsung memeluk tubuh gadis itu dari belakang dan mengecup pipi Aleya hingga membuat sang pemilik pipi menjadi salah tingkah.
“A-aku sudah menyiapkan makan malam untukmu. Cucilah tanganmu lalu kita makan,” ucap Aleya.
Arga pun mengangguk cepat. Mereka pun langsung menuju ruang makan yang cukup kecil itu tapi sangat nyaman.
“Apa kau memasak semuanya sendiri?” tanya Arga saat melihat beberapa hidangan yang menurutnya sangat menarik dimatanya.
Aleya mengangguk cepat. “Cobalah. Ini adalah resep dari mendiang Ibuku. Semoga kau suka,” ucap Aleya sembari mengambilkan daging dan menaruhnya dimangkok milik Arga.
Arga pun mulai mencicipi masakan Aleya. “Kau sangat berbakat, Aleya,” puji Arga.
“Apakah enak?” tanya Aleya.
“Sangat enak,” ucap Arga.
Aleya pun tersenyum manis. Gadis itu sangat senang jika masakannya dipuji oleh orang. Itu akan membuatnya semakin semangat untuk mempelajari setiap menu baru yang belum bisa ia buat. Setelah selesai makan, Aleya segera membereskan dan mencuci piring kotor. Sementara Arga, ia memilih untuk membersihkan dirinya.
“Tuan, ini baju ganti untukmu,” ucap Aleya sembari mengetuk pintu kamar mandi.
“Darimana kau mendapat baju Pria?” tanya Arga dengan matanya yang menyipit.
“A-ah, tadi aku sengaja membelinya untukmu. Jaga-jaga jika kau akan menginap disini,” ucap Aleya.
“Kau ingin aku menginap?” tanya Arga.
“B-bukan begitu, i-itu untuk berjaga jaga saja,” elak Aleya.
Cup.
Arga kembali mengecup bibir mungil milik Gadis kecil dihadapannya itu.
“Aku akan menginap dan menemanimu,” bisik Arga.
