Aylin Buana pergi ke klub malam untuk pertama kalinya karena ajakan dari sahabatnya setelah dia melihat tunangannya berciuman dengan seorang wanita di ruang kerja. Di meja bar ada seorang pria botak yang tertarik akan kecantikannya Aylin dan memasukkan obat ke minumannya Aylin. Namun, ada seorang pria ganteng yang berhasil menyelamatkan Aylin dari niat busuk pria botak hidung belang itu. Keesokan harinya Aylin membuka mata dan menemukan dirinya tidur di atas lengan kokoh dan dirinya memakai jubah mandi lalu dia bersitatap dengan senyuman seorang cowok ganteng. Aylin awalnya benci dengan cowok ganteng itu tapi kemudian menjalin kasih dengan cowok ganteng itu. Sayangnya pada akhirnya mereka berpisah karena ego masing-masing. Lalu Aylin dinikahkan dengan cowok pilihan mamanya. Aylin memiliki suami yang sempurna. Namun, Aylin tidak bahagia. Aylin selalu merindukan mantannya, si cowok ganteng itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I Miss You Sayang
Gionatan mengangkat tangannya ingin menyentuh pipi Aylin tapi telepon genggamnya tiba-tiba bergetar.
Gionatan berdecak kesal saat dia tahu telepon yang masuk dari gadis yang sedang dijodohkan oleh mamanya Gionatan dengan dirinya.
Suara mamanya yang cempreng saat tengah menyemburkan, "Kamu tuh ya udah dua puluh sembilan tahun tapi belum punya pacar. Kamu normal, kan?" Kembali terngiang di telinga Gionatan.
"Pokoknya Mama nggak mau tahu! Mulai besok Gladys harus selalu kamu ajak kencan sampai ortunya Gladys balik ke Indonesia. Kita akan gelar acara lamaran saat ortunya Gladys sudah balik ke Indonesia" Semburan versi lain dari mamanya kembali terngiang di telinga Gionatan.
Gionatan mengabaikan panggilan dari gadis yang bernama Gladys. Dia memasukkan telepon genggamnya kembali ke dalam kantong kemejanya dengan helaan napas berat. Pria tampan itu kemudian mengambil note kecil yang selalu ada di dalam kantong baju dinas putih kebanggaannya. Gionatan menulis, "Kamu mengigau memanggil namaku, Ay. Kamu ngigau, Gio jangan pergi!Aku butuh penjelasan tapi aku ada keperluan mendadak. Telepon aku besok, nomerku masih sama. Kalau kamu tidak telepon aku, aku akan pergi ke rumah suami kamu untuk bertamu" Setelah menulis pesan panjang dan lebar itu di atas kertas mungil, Gionatan merobek kertas itu lalu menjejalkannya pelan ke dalam tangan Aylin.
Gionatan bergegas berdiri di saya telepon genggamnya kembali bergetar. Pria tampan itu kemudian berlari kecil ke pintu dan menutup pintu tanpa mengeluarkan suara.
"Halo?" Gionatan akhirnya mengangkat panggilan telepon yang kelima dari Gladys sebelum gadis itu lapor ke mamanya dan dia bakalan kena Omelan mamanya sepanjang malam.
"Kak Tan Tan kenapa lama banget terima telponnya? Aku sudah menunggu setengah jam di restorannya Mama Alula!"
"Berhenti memanggilku seperti itu dan jangan memanggil Mamaku dengan sebutan Mama! Mamaku bukan Mama kamu!" Geram Gionatan.
Gionatan terpana mendengar panggilan Tan Tan di saat perjumpaan pertamanya dengan Gladys. Di makan malam pertamanya dengan Gladys. Karena dulu hanya Aylin yang memanggilnya seperti itu. Untuk itulah sejak pertemuan pertamanya dengan Gladys, Gionatan selalu mengajak Gladys makan malam sepulang kerja hanya demi untuk mendengar panggilan itu, Tan Tan. Dia sungguh amat sangat merindukan Aylin.
"Kenapa? Mama Kakak yang meminta aku memanggilnya Mama karena sebentar lagi kita akan bertunangan lalu menikah. Kak Tan Tan selama ini juga tidak keberatan aku panggil seperti itu?"
Gionatan mengusap wajah tampannya yang sangat lelah lalu pria itu menghela napas panjang menahan emosinya. Kalau dia berteriak kencang di area rumah sakit, dia bisa langsung diseret ke bangsal penyakit saraf karena dikira gila.
"Lalu, aku harus manggil Kakak apa?"
"Panggil Gio saja! Aku biasa dipanggil Gio" Dengus Gio kesal lalu pria tampan itu mematikan begitu saja panggilan telepon dari gadis yang bernama Gladys.
Gionatan lalu menelepon dokter Bram.
"Halo, ada apa Dokter Gionatan?"
"Emm, pasien kamu yang bernama Langit Buana Herlambang oper ke aku, ya?"
Dokter Bram sontak mengerutkan kening mendengar atasannya berkata seperti itu. "Tapi, kenapa, Dok? Apa ada masalah besar terjadi sama pasien itu? Apa saya bikin kesalahan atau......"
"Tidak! Tidak ada masalah apapun" Potong Gionatan.
"Lalu, kenapa Anda meminta saya melimpahkan pasien itu ke Anda?"
"Itu keputusan pribadiku. Jangan banyak nanya!"
"Ah, iya, baiklah, Dok. Saya akan telepon bagian administrasi untuk melimpahkan pasien itu ke Anda"
"Terima kasih" Gionatan mematikan ponselnya lalu menjejalkan ponsel itu ke dalam saku celananya dengan senyum lebar.
Aylin terbangun di jam sebelas malam dan terkejut saat dia merasakan ada sesuatu di dalam genggaman tangannya.
"Apa ini?" Aylin bergumam dan mengerutkan kening sambil membuka kertas kecil di genggaman tangannya.
"Kamu mengigau memanggil namaku, Ay. Kamu ngigau, Gio jangan pergi!Aku butuh penjelasan tapi aku ada keperluan mendadak. Telepon aku besok, nomerku masih sama. Kalau kamu tidak telepon aku, aku akan pergi ke rumah suami kamu untuk bertamu" Aylin meremas kertas kecil itu dengan helaan napas panjang. "Ini tulisannya Gio. Dia ada di sini tadi dan bisa-bisanya aku ngigau di depan dia! Bodoh!" Aylin menepuk sendiri keningnya.
Aylin membuang kertas kecil itu ke tempat sampah lalu dia mengambil obat sakit kepala andalannya. Obat sakit kepala bergambar laki-laki yang sedang memijat kepalanya. Aylin mendengus geli saya dia ingat kembali ucapannya Gionatan Wibisana di masa lalu. "Kenapa obat pusing gambarnya selalu laki-laki?"
"Kenapa?" Tanya Aylin dengan wajah serius kala itu.
"Karena kalau perempuan sakit kepala itu obatnya cuma uang" Jawab Gionatan dan Aylin sontak tertawa ngakak kala itu.
Aylin menenggak cepat obat sakit kepala itu lalu mengusap bibirnya dengan punggung tangan kemudian bergumam kesal, "Kenapa aku ingat lagi si brengsek itu, tzk!"
Aylin naik duduk di kursi yang menghadap ke ranjang lalu dia menggenggam tangan mungil anaknya, menciumi tangan mungil itu dan berkata, "Cepat sembuh, ya, jagoannya Mama"
Sementara itu, Gionatan sedang mendengus kesal ke gadis cantik di depannya. Kemudian pria tampan itu kembali berkata untuk yang ke ribuan kali lebih ke gadis cantik di depannya, gadis yang lebih muda lima tahun darinya, "Aku hanya menganggap kamu adikku tidak lebih"
Dan untuk yang ke ribuan kali lebih gadis cantik itu menatap Gionatan dengan genangan airmata di kedua pelupuk mata cantiknya.
"Tapi, aku sungguh-sungguh mencintaimu, Kak. Kalau aku manggil kamu Kak Gio, kamu nggak marah lagi dan mau mencintai aku?"
Gionatan menarik napas panjang lalu menghembuskannya cepat. "Sampai kapan pun aku hanya bisa menganggap kamu adikku.
Tes! Airmata menetes di pipi Gladys.
"Jangan nangis! Meskipun kamu nangis ribuan kali di depanku, aku tetap tidak bisa mengganggap kamu lebih dari seorang adik. Ayo aku antar pulang!"
Setelah sampai di rumahnya, Gionatan berlari ke kamarnya dan langsung menghempaskan badan lelahnya ke ranjang. Dengan kaki yang masih menekuk di pinggir ranjang, Gionatan mengetik pesan teks, "Ngetes nomer kamu untuk yang ke sekian kalinya. Apakah nomer kamu masih sama? Dan untuk yang ke sekian kalinya aku berharap dapat balasan darimu. Ikan hiu makan bawang, i miss you sayang" Lalu, pria tampan itu mengirimkan pesan teks yang dia ketik dengan penuh kerinduan ke mantan terindahnya.
Aylin tersentak kaget saat merasakan ponsel yang ada di atas nakas bergetar.
Dengan malas perempuan cantik itu mengambil ponselnya setelah dia mencium pipi putra tampannya.
Deg! Jantung Aylin berdebar hebat saat dia membaca pesan text dari Gionatan dan entah untuk yang ke berapa juta kali Aylin kembali menghapus pesan text dari Gionatan, Wibisana tanpa membalasnya.
Gionatan tersenyum pedih lalu bergumam, "Aku yakin nomer kamu masih sama meskipun kamu nggak pernah membalasnya at least kamu membacanya dan aku akan menunggu penjelasan kamu besok kenapa kamu ngigau manggil namaku, Ay?"
☕️ dulu buat ka author