NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:197.2k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 9.

"Ya, lusa. Temani saya untuk datang ke pesta ulang tahun perusahaan, jika menolak. Silahkan ganti judul dan cari dosen pembimbing yang lain." Dengan begitu tenang, Fariz mengatakan hal tersebut kepadanya Fio tanpa penawaran.

"Tapi pak, kenapa harus saya? Apa, bapak tidak mempunyai pasangan?" Tanya Fio dengan sangat heran.

"Kirim alamat kamu pada saya, dan pulanglah." Ucap Ferdy yang lalu mengacuhkan orang di hadapannya.

"Tapi pak, saya." Fio tidak ingin terlibat dalam hal-hal yang tidak berhubungan dengan makalahnya.

Apalagi, dengan dosen yang selalu membuatnya kesal dan juga menguras emosinya. Walaupun dengan wajah yang cukup tampan dan berpengetahuan luas, itu tidak membuat Fio terlena.

"Keluarlah."

Dengan emosi yang tidak stabil, Fio memilih tidak berdebat dengan dosennya itu. Membereskan semuanya dan Fio segera keluar dari ruangan tersebut, sungguh hal tidak terduga yang ia dapatkan pada hari ini.

Namun, siapa disangka. Setelah Fio keluar dari ruangan itu, Ferdy segera menekan dadanya dengan telapak tangannya. Dimana, ia merasakan detak jantung itu tidak stabil dan terus berdetak dengan cepat.

"Huh, untung saja tidak ketahuan. Bisa malu ini." Ferdy terus mencoba menetralkan detak jantung itu.

Tanpa diketahui orang yang ia maksud, pria itu menaruh hati kepada lawan bicaranya. Akan tetapi, perasaan itu ia tutupi dengan sikapnya yang terkesan dingin dan sombong.

Disaat pria itu merasakan hal tersebut, berbeda dengan orang yang dituju oleh pria tersebut.

"Apa-apaan ini, kenapa pak Ferdy seperti itu? Mentang-mentang dia dosen, seenaknya saja mengatur. Masa bodo lah, gue juga nggak bilang setuju dengan ucapannya." Mulut Fio terus bergumam, meluapkan rasa kesalnya.

Fio terus melangkahkan kakinya, hingga ia bertemu kembali bersama para Sabahat nya yang masih setia menunggunya.

"Gimana, Fi?" Tanya Vivi dengan sangat penasaran.

Lalu, sahabatnya yang lain juga menajamkan indera pendengaran mereka untuk mendapatkan jawaban. Akan tetapi, orang yang akan menjawab nya itu malah terdiam.

"Lu nggak kesambet kan Fi?" Sovia melambaikan tangannya dihadapan wajah Fio.

"Tidak, kenapa ya. Mau lulus saja, secapek ini?" Keluh Fio dengan menghela nafasnya yang cukup berat.

Atas ucapan itu, membuat semua sahabatnya merasa heran dan terdiam. Mereka semuanya menatap ke arah Fio yang juga terlihat merenung, sesuatu hal yang aneh bagi mereka disana.

Belum saja diantara mereka melemparkan sebuah pertanyaan, ponsel milik Fio bergetar. Terdapat panggilan telepon dari seseorang, namun tidak terdaftar.

"Ya, hallo." Ucap Fio.

"..."

Seketika wajah itu berubah menjadi datar, terlihat jika tangan yang sedang menggenggam ponsel bergetar.

"Fi." Vivi memanggil dan menyentuh bahu Fio.

"Kamu nggak apa-apa, Fi?" Rio juga menjadi khawatir.

"Arsen." Suara lirih dengan disusul air mata yang menetes dari kedua mata indah itu.

Para sahabatnya segera mengetahui, saat Fio menyebutkan nama yang sangat penting dalam kehidupannya.

"Tenang, Fi. Coba, pelan-pelan katakan." Sovia mencoba membuat Fio tidak terlalu tertekan.

"Fi, tenang. Tarik nafas pelan-pelan, tenang ya." Fariz mengambil alih suasana.

Dengan arahan yang dilakukan para sahabatnya, kini Fio mulai merasa tenang.

"Arsen, di rumah sakit. Pihak sekolah membawanya, karena. Karena dia." Kalimat yang tidak selesai, namun para sahabatnya mengetahui arah percakapan tersebut.

"Lu, tahu kan rumah sakit mana dia dibawa?" Vivi menatap Fio.

Anggukan kepala itu sebagai jawaban, lalu mereka semuanya bersiap berangkat menuju tempat tersebut. Dengan mengunakan kendaraan milik Fariz, semuanya ikut menemani kemana Fio pergi.

Setibanya disana, mereka langsung menanyakan keberadaan Arsen. Dengan langkah yang cepat, Fio bersama yang lainnya menuju ruangan itu.

"Arsen!" Fio menegang, ketika ia melihat orang yang dicari dalam keadaan terbaring di atas brankar rumah sakit dan banyak peralatan di tubuhnya.

Tidak bisa menyentuh bahkan menatapnya dalam jarak yang dekat, Fio hanya bisa menatap sang adik dari pembatas kaca yang ada. Ruang isolasi khusus yang kini ditempati Arsen, penyakit itu kini sudah sangat mengkhawatirkan.

Para sahabat Fio sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Arsen, karena mereka saling terbuka dengan apa yang sedang dihadapi para sahabat nya.

"Arsen." Lirih suara itu terdengar, Fio menatap sang adik dengan kedua mata yang sudah berembun.

Sovia dan Vivi merangkul sahabatnya itu, tak lama kemudian. Dokter yang menangani Arsen, datang.

"Fio." Dokter bernama Aurelia itu menghampiri Fio.

"Dokter, bagaimana keadaan Arsen?" Dengan penuh kekhawatiran, Fio menanyakan tentang keadaan adiknya.

"Arsen kelelahan, dia terlalu memforsir tenaganya dan itu membuat jantungnya juga ikut bekerja dengan beban yang besar. Untuk saat ini, ia dipaksa untuk beristirahat panjang. Arsen koma, tubuhnya sudah tidak bisa menangani semuanya." Aurelia, dia adalah dokter yang menangani Arsen sejak awal penyakit itu ada.

Atas hal itu, Fio pun sudah begitu akrab dengan wanita itu. Bahkan, Aurelia sudah menganggap mereka sebagai adiknya sendiri. Berulang kali, dirinya memaksa Fio untuk mengizinkan Arsen ikut bersamanya. Dalam arti, ikut untuk berobat. Namun, keinginan itu juga di tolak oleh Arsen sendiri.

"Kak." Kini Fio sudah tidak dapat menahan air matanya untuk jatuh.

"Ssttt, kali ini. Ikuti perkataan kakak, jangan membantah." Aurelia memeluk Fio yang masih terisak dan bergetar.

"Tapi kak."

"Kali ini, kakak tidak akan mengikuti keinginan kalian berdua. Paham." Kalimat tegas, membuat Fio menganggukkan kepalanya.

Dengan berjalannya waktu, para sahabat Fio pun berpamitan untuk pulang. Mereka saling menguatkan satu sama lain dalam berbagai hal, kini. Aurelia meminta Fio untuk ikut bersama, tingal bersamanya.

"Kak, terima kasih. Untuk ini, aku mohon. Jangan paksa, rumah itu akan semakin kosong jika tidak ada yang menempatinya." Tolak Fio.

Setelah menjelaskan semuanya, akhirnya Fio pulang ke rumahnya. Aurelia mengatakan, akan percuma jika Fio berada di rumah sakit. Ia hanya bisa melihat Arsen hanya dari balik kaca pembatas, Fio pun menuruti apa yang dikatakan Aurelia.

Pukul 5 sini hari, kedua mata Fio baru saja ingin terlelap. Namun, suara ponsel miliknya membuat dirinya harus bergerak.

"Kerja! Jam tujuh, jika aku tidak melihatmu bekerja. Jangan salahkan, jika aku akan membuat hidupmu hancur."

"Kamu siapa?" Suara berat Fio, yang tidak menyadari siapa pemilik suara tersebut.

Dengan mengusap kedua matanya yang masih sangat berat, berulang kali juga Fio menguap menahan rasa kantuk yang ada.

"Ja**ng sialan! Kerja!"

Percakapan pun terhentikan, mendengar umpatan tersebut. Membuat Fio membuka kedua matanya dengan sangat lebar, ia baru menyadari siapa pemilik dari suara yang menghubunginya tadi.

"Tuan Elio!"

1
Mamath Jahra Tea
🤣🤣 ujung" nya buncin ntar kmu
Hennyy Handriani
Makin seru nih
shena
😍😍😍
Delvyana Mirza
Kadar kali Tuan ini baah,vikin gemes aja
Delvyana Mirza
Jangan ketus2 kalau ngomong Tuan Elio ntar jatuh cinta,baru tau,
Delvyana Mirza
Dadat,sidah di bantu kow kasar dich,
Wance Purba
cowoknya terlalu egois thor😄
Ariany Sudjana
Elio siap-siap saja fio akan pergi tinggalkan kamu, kalau kamu masih seperti ini kelakuannya
Wance Purba
ga usah malu akui aja
Wance Purba
hajar Max ga usa pake izin 😃😃😃
Wance Purba
capek ya ngomong sama batu
Wance Purba
Dosen aneh
Wance Purba
keong beracun ya 🤣
Wance Purba
nyimak
Azizah Sby
bagus ceritanya... meski ada kesamaan dikit2 dr novel lain... tp cerita d sini d kemas apik
Azizah Sby
knp terputus y... pdhl lg seru2nya nih... ayo outhor semangat update nya
Yumma Proling
saya gk suka dengan karakter nya Fio Thor terlalu lemot orang nya
Dinda Anggita: Dia ini tukang curi penulisnya makanya kayak gini tulisannya
total 1 replies
Nadiya Puspita sari
#
Dwi Estuning
lanjutkan
Asih S Yekti
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!