 
                            Sepuluh tahun menikah bukan menjadi jaminan untuk terus bersama. gimana rasanya rumah tangga yang terlihat adem-adem saja harus berakhir karena sang istri tidak kunjung mempunyai anak lantas apakah Aisy sanggup di madu hanya untuk mendapatkan keturunan?? saksikan kisahnya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Keesokan harinya
Suara subuh terdengar sayup-sayup di telinga, sedari tadi wanita cantik itu tengah mengaji melantunkan ayat-ayat suci dengan suaranya yang merdu dan lembut, setiap hari Aisy tidak pernah meninggalkan shalat malamnya, wanita itu selalu Istiqomah meskipun ujian selalu menerpa biduk rumah tangganya.
Selesai mengaji ia membangunkan sang suami untuk diajak shalat berjamaah, namun untuk kali ini raut sang suami sedikit berbeda, entah kenapa setelah perdebatan kecil semalam, hati Reyhan masih belum bersahabat.
”Mas, ayo bangun, kita shalat subuh berjamaah,” ucap Aisy dengan nada lembut.
”Heeeemb,” Reyhan berdehem sedikit ketus. “Aku masih ngantuk,” sahutnya kembali dengan nada dingin.
Namun Aisy, tetap berbaik sangka dengan sikap suami yang sedikit ketus. “Baiklah Mas kalau begitu aku shalat dulu ya sendiri,” ucapnya tanpa ada sedikit kemarahan sedikitpun.
Aisy segera menjalankan kewajiban fardhu yang dua rakaat itu, meskipun tanpa suaminya, karena sebagai istri ia tidak bisa memaksakan kehendak, apalagi urusan dengan Tuhan.
Selesai shalat wanita cantik itu langsung melangkah ke dapur, di pagi buta ini tangan kecilnya sudah terbiasa dan terlatih menyiapkan segala keperluan perut suaminya.
Bumbu ayam pedas manis sudah di iris tipis-tipis setelah itu dimasukkan ke kuali yang sudah panas, asap tipis mengepul bersama dengan bumbu-bumbu yang susah di tumis, menimbulkan aroma semerbak di dapur besarnya yang sedikit sunyi.
”Alhamdulillah ayam asam pedasnya susah matang, semoga saja Mas Reyhan suka.
Matahari sudah mulai memancarkan sinarnya, pukul enam, Rayhan sudah turun dengan wajah yang begitu lusuh meskipun tubuhnya sudah dibalut dengan kemeja putih yang rapih.
Di sini Aisy menyapa suaminya dengan dengan senyuman dan sapaan lembut. “Mas, pagi ini aku masakan kamu ayam pedas manis, kamu pasti suka.”
Reyhan tak bergeming ia langsung menarik kursi lalu duduk, sementara Aisy masih membiarkan suaminya menyantap makanannya meskipun tanpa suara dan kata.
Beberapa menit setelah sarapan selesai Reyhan langsung beranjak dari kursinya akan tetapi tangan Aisi langsung mencekal pergelangan tangannya.
”Duduk dulu Mas,” suara Aisy terdengar lembut namun penuh larangan.
Reyhan menatap wajah teduh istrinya sebentar, lalu duduk kembali. “Ada apa?” tanyanya datar.
”Dari semalam kau mendiamkan aku,” sahut Aisy.
”Aku hanya lelah,” ucap Reyhan.
”Itu bukan jawaban yang ingin aku dengar,” sahut Aisy.
Suasana hening sejenak, Reyhan menunduk tidak mungkin ia menceritakan masalah ini terhadap istrinya. “Ais, di kantor sedang banyak kerjaan, jadi aku mohon, kau harus ngerti,” ucap Reyhan beralasan.
”Tapi bukan itu jawaban yang aku mau, akhir-akhir ini kamu mulai menyembunyikan sesuatu dariku, Mas,” tekan Aisy.
”Sesuatu yang bagaimana? Aku hanya lelah dan banyak kerjaan itu saja,” lanjut Reyhan.
Aisy sedikit menarik nafas, ia tahu suaminya itu sedang menyembunyikan masalah besar, tapi kenapa dari kemarin-kemarin Reyhan tidak mau jujur.
”Baiklah jika kamu tidak mau bercerita akan aku cari tahu sendiri,” sahutnya sedikit mendengus.
”Terserah,” ucap Reyhan dengan datar.
Aisy menatap wajah suaminya, meskipun dalam hati ingin marah namun wanita yang memiliki wajah teduh ini mencoba untuk menepisnya.
”Aku di sini juga berjuang Mas, kalau memang masalah yang kamu hadapi itu menyangkut diriku, seharusnya kamu terbuka dan kita bisa bicarakan itu dengan baik-baik,” ucap Aisy datar.
Reyhan hanya terdiam, dan tidak ingin melanjutkan perdebatan ini, akhirnya tanpa sepatah kata pun ia meninggalkan Aisy dalam keadaan hati yang tidak baik-baik saja.
Air mata jatuh membasahi pipinya sepeninggalan Reyhan, selama bertahun-tahun ini kenapa yang menjadi kendala hanya kehadiran sang anak, bahkan Aisy pun tidak meminta posisi seperti ini , ia hanya seorang wanita biasa yang hanya bisa menengadahkan tangannya, bahkan ia tidak tahu sampai kapan takdir akan berpihak kepadanya.
☘️☘️☘️☘️
Di tempat lain mentari sudah naik keatas, saat ini keluarga Firmansyah sedang berkumpul untuk membicarakan perihal calon istri kedua Reyhan yang memang sudah disiapkan oleh Lusi.
“Mami, gimana apa sudah kau temukan calon kedua untuk anak kita?” tanya Rifat.
Lusi tersenyum sambil melirik ke arah Yani. “Itu masalah gampang, dan Alhamdulillah wanita yang Mami suka dari dulu begitu gampang ditaklukkan,” ucap Lusi dengan seringai di wajahnya.
“Siapa kira-kira wanita yang Mama pilih?” tanya Rifat penasaran.
“Yang jelas ia terlahir dari keluarga yang setara dengan kita, Pi,” sahut Lusi.
“Itu akan jauh lebih baik, jika kita mempunyai menantu yang setara, maka anak kita pun bisa mempunyai bibit unggul,” timpal Rifat dengan tatapan yang begitu puas.
Lusi pun tersenyum dengan bangga karena memang menantu keduanya dari segi penampilan dan keturunan lebih pantas mendampingi anaknya dari pada istri pertamanya, yang Lusi anggap kurang pantas.
“Bener banget Pi dan calon menantu kita kali ini anak dari Tuan Nugroho, dia cantik memiliki pendidikan yang cukup tinggi, dan anaknya penurut, ketika Nyonya Nugroho berkata harus mau, anaknya itu pun langsung menyahuti,” jelas Lusi.
“Wah, kamu memang istri cerdas, kalau dengan Tuan Nugroho aku pasti setuju karena memang beliau sudah berkecimpung di dunia bisnis ini, semoga anak kita bisa belajar banyak dengan Tuan Nugroho,” sahut Rifat dengan raut penuh kebahagiaan.
☘️☘️☘️☘️☘️
Satu Minggu kemudian, saat ini Aisy begitu sibuk di dapur, karena nanti malam akan ada keluarga suaminya yang akan datang ke rumahnya, entah apa yang akan mereka bahas, namun Aisy mengira seperti pertemuan biasa, dan pastinya mereka selalu suka dengan masakannya.
Wanita cantik itu memang cenderung polos dan selalu beranggapan semua orang baik kepadanya, apalagi keluarga suaminya, dia selalu mengira ibu mertuanya itu baik dan sayang kepadanya, tanpa tahu rencana apa yang sebenarnya mereka rancang.
Tangan mungil itu mulai memasak berbagai masakan dan olahan kue yang memang sudah menjadi keahliannya, meskipun dirinya masih berselisih paham dengan sang suami namun Aisy tidak mau mencampur adykan urusannya dengan keluarga sang suami.
Perlahan olahan demi olahan sudah terhidang diatas meja, dan perlahan matahari mulai tenggelam meninggalkan jejak keemasan yang terlihat begitu indah dari kendala dapur.
“Alhamdulillah semua sudah terhidang. Mbak Nina, tolong lanjutkan ini dulu ya, aku mau mandi dulu,” pamit Ais.
“Baik Bu,” sahut Nina asisten rumah tangganya.
Aisy segera meninggalkan dapur lalu kembali ke kamarnya di dalam kamar ternyata suaminya itu sudah pulang dari kerja. “Mas, loh kok sudah datang?” tanya Aisy dengan nada terkejut.
“Heeeeemb ....,” hanya itu yang didengar Aisi.
“Mas ... mau sampai kapan kau mendiamkan aku seperti ini, bahkan aku sendiri tidak tahu letak kesalahanku,” ucap Aisy.
Sementara Reyhan menatap sedikit dingin kepada istrinya, tatapan yang seharusnya tidak ditunjukkan kepada sang istri. “Kau memang tidak bersalah, tapi ... keadaan lah yang harus membuatku seperti ini,” sahutnya datar.
“Aku tidak mengerti keadaan yang seperti apa yang kamu maksud,” balas Aisy.
“Cukup ... aku lagi gak mau berdebat denganmu!” sentak Reyhan.
Ais sedikit tersentak, hatinya bergetar mendengar sentakan Reyhan yang tidak seperti biasanya.
“Mas ....”
“Sudah stop,” ucap Reyhan.
Reyhan mulai beranjak ke kamar mandi untuk menghilangkan amarahnya, entah kenapa desakan dari kedua orang tuanya membuatnya marah tak jelas.
“Maafkan aku Aisy. Maaf ...” ucapnya penuh sesal.
Bersambung ....
Maaf ya sebelumnya buku ini sudah pernah up dan dapat tujuh Bab. Namun kerena ketertarikan pembaca baru sedikit, dan aku memutuskan untuk hapus buku ini dari Aplikasi. Tapi setelah itu langsung aku ulangi lagi up nya dengan tujuan semoga lebih rame dari sebelumnya. Untuk pembaca lamaku mohon maaf ya, tenang saja buku ini sudah kembali lagi 😂😂😂🙏🙏🙏🥰🥰🥰
 
                     
                     
                    