Seraphine Grey meminta ibu dari Damien Knox untuk menjodohkan mereka berdua karena ia tahu Damien tidak bisa menolak permintaan ibunya. Dari dulu Sera sudah mencintai Damien, namun bahkan hingga tiga tahun pernikahan mereka perasaannya tidak terbalas sedikitpun.
Damien hanya mencintai satu wanita. Saat wanita itu kembali, Damien dengan tega membawanya ke dalam rumah pernikahan mereka. Sera meninggal tragis saat mencoba menjauhkan wanita itu dari Damien.
Tuhan memberinya kesempatan kedua. Sera kembali ke malam pertama pernikahan mereka. Rasa sakit yang Sera dapatkan selama menikah dengan Damien membuat Sera tidak lagi mengemis cintanya. Sera ingin secepatnya pergi namun fakta baru yang didapatkan tentang benang kusut antara Sera, Damien, dan mantan kekasih Damien yang tak pernah terurai membuatnya ragu. Apakah Sera akan tetap pergi atau mengurai misteri yang ada bersama Damien?
✯
Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Sebelum menyusul Damien ke kamar, Sera pergi ke ruang penyimpanan untuk mengambil obat herbal yang sudah tersedia. Ia memilih salah satu obat oles yang akan ia gunakan untuk memijat punggung Damien yang terluka.
Saat masuk ke kamar, Damien yang setengah telanjang sudah berbaring menelungkup di ranjang. Matanya yang menghadap pintu terpejam damai. Sera melangkah dengan suara seminim mungkin, takut mengganggu ketenangan pria itu.
Sera duduk di bagian ranjang yang kosong, setelah berkali-kali menelan ludah dan menekan tangannya agar tidak gemetaran, Sera menatap sebentar punggung Damien yang memerah.
Jika dulu, Sera tidak akan punya kesempatan untuk bersentuhan fisik dengan Damien. Karena dia tidak akan membiarkan itu terjadi, Damien mengancam akan memotong tangannya jika berani menyentuhnya. Kehidupan dulu yang menyedihkan. Sera menyesalinya sekarang.
“Sampai kapan kamu akan melamun?” Tanya Damien tanpa membuka mata, suara beratnya mengalun tenang memenuhi kamar.
Sera tersentak, lalu buru-buru menjawab. “A-aku mulai.”
Sera duduk dengan posisi kaku, seolah takut membuat kesalahan lagi. Ia menuang minyak herbal terlalu banyak, membuat punggung Damien sedikit terlalu licin.
“Astaga, kebanyakan…” gumam Sera panik. Damien mendengus, tapi tidak berkata apa-apa. Ia memijat perlahan meski gerakannya tampak kaku, namun setiap tekanan menunjukkan usaha sungguh-sungguh.
“Gimana? Masih sakit?”
“Ya jelas masih,” jawab Damien datar. “tapi… lanjut aja.”
Sera melanjutkan dengan jantungnya yang semakin berisik. Meski sudah mendapatkan banyak luka selama kehidupan dulunya, mengapa perasaannya tak kunjung hilang. Bahkan setelah ia kembali, rasa itu masih sama.
Rasanya seperti berdiri diatas batu rapuh di atas jurang dalam, ia akan langsung jatuh jika salah langkah. Tapi melupakan Damien tidak mudah, mungkin tidak akan pernah bisa.
Lima belas menit kemudian Sera selesai memijat punggung Damien. Damien mengubah posisinya menjadi duduk, mata Sera langsung salah fokus ke perutnya yang begitu menggoda.
'dia pasti rajin olahraga.’ pikir Sera dalam hati, menatap perut Damien tanpa berkedip.
Damien sadar sedang di perhatikan pun menoleh. “Apa yang kamu lihat?”
Untuk mengalihkan perhatian, Sera buru-buru mengambil botol obat. Membuka-tutup botol tersebut, tapi wajahnya memerah.
“Ambilkan bajuku,” kata Damien, bersandar ke kepala tempat tidur. Ia mengambil kacamatanya dan fokus ke ponselnya.
Sera segera pergi ke walk in closet, mengambil baju kaos rumahan yang biasa dipakai Damien.
“Damie, ini bajunya.” Sera memberikan baju itu pada Damien.
Damien mengambilnya tanpa berkata apa-apa. Ia masih fokus ke ponselnya ketika memakai bajunya. Ia bahkan tidak melirik Sera sedikitpun.
“Damie,”
“Hm?”
“Apa sekarang kamu membenciku?”
Damien seketika berhenti menatap layar ponsel. Untuk sesaat hanya ada keheningan, ia menatap Sera mencoba membaca ekspresinya terlebih dahulu. Lalu di dalam kepala, ia menyusun kalimat yang sekiranya paling aman dan paling jujur. Hanya setelah yakin, ia mulai berbicara.
“Aku nggak benci. Aku hanya kecewa karena kamu merusak hubunganku, memaksa mama untuk menjodohkan kita. Aku tidak tahu kenapa kamu melakukan ini, apa karena perasaanmu atau karena keegoisan semata.”
Udara di kamar itu tiba-tiba terasa dingin, perkataan Damien barusan terdengar sangat jujur. Lalu apakah kekecewaan bisa berubah menjadi kebencian yang mendalam?
Kenapa dulu Damien sangat membencinya? Sera tidak salah menilai, ia bisa melihat betapa dalam kebencian Damien untuknya.
“Kamu sangat mencintai Aurel, ya?” Tanya Sera lirih.
“Ya, sangat.”
Bahkan tanpa bertanya pun seharusnya Sera sudah tahu jawabannya.
“apakah… apakah selama menjalin hubungan kalian sudah pernah tidur bersama?” Akhirnya Sera tidak bisa lagi menahan diri untuk menanyakan pertanyaan yang paling mengganggu pikirannya.
Damien langsung menatapnya tajam, rahangnya mengeras. “Jangan samakan aku denganmu, aku tidak akan melakukannya jika aku tidak menikahinya. Aku menjaga kehormatannya, melindunginya. Jaga ucapanmu, sekali lagi kamu bicara seperti itu. Aku pastikan kamu tidak akan bisa lagi berbicara.”
Setelah itu, Damien turun dari tempat tidur. Ia melangkah lebar ke pintu, dan—
BRAK!
Damien menutup pintu dengan bantingan keras yang membuat Sera terlonjak kaget.
“Aduh… tuhkan dia marah.” Sera memukul-mukul pelan bibirnya, hanya sebentar, karena setelahnya ia terdiam menatap pintu yang baru saja di banting Damien.
Sera melompat turun ke lantai, menatap pantulan dirinya di kaca besar.
“Kalau mereka nggak pernah melakukannya, berarti anak itu bukan anak Damien. Wah… Aurel benar-benar luar biasa.” Monolog Sera berjalan mondar-mandir di depan kaca.
“Benar. Tuhan nggak akan memberiku kesempatan ini kalau dia hanya ingin memperlihatkan semua kebodohanku. Tapi, pasti ada lebih dari itu. Seperti Aurel yang hamil, dan dulu aku nggak pernah tahu. Damien yang awalnya hanya kecewa lalu tiba-tiba sangat membenciku.” Sera mulai menemukan sesuatu yang selama ini tidak pernah terlihat, atau karena ia terlalu sibuk menarik perhatian Damien sehingga mengabaikan hal-hal lain di sekitarnya.
Aurel adalah keluarga Guapo, bisa saja dia disuruh keluarganya untuk mendekati Damien lalu menyingkirkan orang-orang di sekitar Damien satu-persatu.
“Jangan-jangan kematian mama Adelin dua tahun lagi ada hubungannya juga dengan keluarga mereka.” Gumam Sera, tangannya mengepal kuat. Jika memang benar, ia tidak akan membiarkan itu terjadi.
Karena sepertinya keluarga Damien dan keluarga Aurel berselisih karena sesuatu.
“Lihat saja, aku akan bongkar kebusukanmu, Aurelia.”
...✯✯✯...
...like, komen dan vote 💗...
kyanya Sera dijebak..😩