NovelToon NovelToon
OBSESI BOS MAFIA

OBSESI BOS MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Dark Romance
Popularitas:33.8k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi_Gusriyeni

Cinta seharusnya menyembuhkan, bukan mengurung. Namun bagi seorang bos mafia ini, cinta berarti memiliki sepenuhnya— tanpa ruang untuk lari, tanpa jeda untuk bernapas.
Dalam genggaman bos mafia yang berkuasa, obsesi berubah menjadi candu, dan cinta menjadi kutukan yang manis.

Ketika dunia gelap bersinggungan dengan rasa yang tak semestinya, batas antara cinta dan penjara pun mengabur.
Ia menginginkan segalanya— termasuk hati yang bukan miliknya. Dan bagi pria sepertinya, kehilangan bukan pilihan. Hanya ada dua kemungkinan dalam prinsip hidupnya yaitu menjadi miliknya atau mati.

_Obsesi Bos Mafia_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 : Emosi yang Tersulut

Butik yang ada di Indonesia ditutup permanen oleh Marchel, dia tidak ingin istrinya kembali ke sana dan bertemu dengan Aarav lagi. Marchel memberikan sebuah butik besar di pusat kota New York untuk Hulya, sehingga wanita itu bisa menjalankan bisnis sesuai dengan keinginannya.

Malam hari, Hulya duduk termenung di tepi kolam renang, kakinya mengayun di dalam air dengan tatapan kosong ke depan. Marchel menghampiri istrinya dan berjongkok di samping Hulya.

“Jangan terlalu lama merendam kakimu di air, nanti kamu masuk angin. Ini juga sudah malam,” tegur Marchel yang langsung ditatap oleh Hulya namun hanya sekilas. Dia mengeluarkan kaki dari air kolam— kaki itu terlihat pucat karena kelamaan di dalam air.

“Kamu sedang memikirkan apa? Dari tadi aku perhatikan kamu murung seperti memikirkan sesuatu.”

“Tidak ada, aku hanya ingin sendiri.”

“Jangan bohong Hulya, aku tahu kamu sedang memikirkan sesuatu.” Hulya memang tidak bisa berbohong pada Marchel.

“Jangan dibahas lagi, aku mau istirahat.” Hulya berdiri dan hendak pergi, lengannya dicekal oleh Marchel karena masih penasaran atas apa yang dipikirkan oleh Hulya.

“Kau memikirkan pria bajingan itu?” tebak Marchel.

Hulya menatap tajam suaminya— merasa tidak terima ketika Aarav dikatakan seorang bajingan.

“Dia bukan pria bajingan, dia pria yang baik dan penyayang, kau tidak bisa seenaknya begitu mencerca orang, Marchel,” bentak Hulya dengan sorot mata penuh amarah.

“Kau berani membentakku hanya karena dia? Wah, hebat sekali.” Marchel tertawa namun tersirat rasa tidak terima.

“Kau yang mulai duluan, kenapa bilang Aarav begitu? Kau tidak mengenalnya, jadi jangan menilai dia sehina itu. Aarav itu pria baik, lembut, penyayang dan juga sangat mencintaiku, aku sangat bersalah padanya karena sudah meninggalkan dia tanpa sepatah kata pun. Kau tidak mengerti akan hal itu karena kau tidak pernah berada di posisiku.” Hulya melepaskan cengkraman tangan Marchel lalu menghentakkan kaki menuju kamarnya.

Apa yang dia tahan selama ini akhirnya bisa dia ungkapkan setelah beberapa hari menjadi istri Marchel.

Marchel yang sudah tersulut emosi langsung mengejar Hulya dan menahan Hulya di tangga, mereka kembali ribut di sana.

“Aku suamimu, Hulya dan kau berani memuji pria lain di depanku,” murka Marchel dengan wajah yang sudah merah padam.

“Aku hanya tidak suka kau menghina Aarav, itu saja.” Kali ini Hulya sudah mulai merendahkan suaranya, tapi tidak mengubah sedikit pun emosi Marchel.

“Sialan.”

Plak!

Hulya kaget, dia memegang pipi kirinya yang terasa begitu panas karena tamparan Marchel, tubuhnya sedikit terhuyung. Pria itu menjambak kuat rambut Hulya dan berdesis tepat di telinganya.

“Jadi bagimu yang lembut dan penyayang hanyalah Aarav hm? Kau sudah membangunkan sisi burukku, Hulya. Kau tidak pernah bisa melihat apa yang telah aku lakukan dan apa yang aku berikan padamu sialan.” Hulya menahan egonya, mencoba untuk tidak takut pada Marchel karena dia paling benci dikasari dan ditekan begini.

“Lalu kau mau apa? Membunuhku? Membunuh Aarav? Silakan, aku tidak peduli, kau hanya pecundang rendahan yang suka memanipulasi keadaan. Kau itu bukan seorang pria Marchel, kau banci, kau brengsek dan kau pembunuh,” tekan Hulya dengan suara menggelegar, Marchel semakin murka, ia kemudian mendorong tubuh Hulya ke lantai dasar sehingga tubuh itu menggelinding ke bawah melalui sepuluh lebih anak tangga.

Aakkhh... Hulya mengerang sakit ketika dirinya sampai di lantai dasar sambil memegangi kepalanya yang berdarah karena terbentur, tangan serta kakinya juga terkilir.

Marchel dengan tenang menghampiri Hulya tanpa rasa bersalah, lalu menekan wajah Hulya dengan lututnya sehingga wanita itu kembali mengerang kesakitan, dia menangis saat ini tapi tidak dipedulikan oleh Marchel.

“Kau bilang apa hah? Aku bukan pria? Aku akan tunjukkan padamu bagaimana seorang pria.” Marchel berdiri lalu menyeret tubuh Hulya ke lantai atas dengan menarik kuat rambutnya, kepala Hulya terasa sangat sakit ketika mendapatkan tarikan itu.

“Sakit Marchel, kau ini sudah gila ya, lepaskan aku,” teriak Hulya sambil meronta dari pegangan suaminya.

Marchel mendorong Hulya ke dalam kamar lalu mengunci pintu dan berjalan mendekati wanita itu.

Marchel kembali menarik Hulya dengan kasar dan mendorong istrinya ke tempat tidur, mengoyak pakaian yang dikenakan istrinya hingga pakaian itu sobek tak berbentuk, menampakkan tubuh Hulya yang sempurna.

Marchel membuka pakaiannya juga lalu mencumbu Hulya dengan kasar, tidak peduli dengan kondisi Hulya yang sedang sakit saat ini.

“Marchel sakit,” jerit Hulya ketika pria itu menggigit dadanya dengan kuat sehingga meninggalkan bekas memar, Marchel yang sudah gelap mata menampar kuat kedua pipi dan dada Hulya.

“Berani kau menghinaku, hah? Kau pikir kau ini siapa? Aku sudah berlaku baik padamu tapi kau malah membandingkan aku dengan pria sialan itu,” geram Marchel.

Hulya hanya bisa menangis menahan rasa sakit yang diberikan oleh suaminya.

Marchel yang kepalang emosi langsung menyetubuhi Hulya dengan kasar tanpa peduli teriakan kesakitan Hulya. Dia terus menghujamkan miliknya dengan brutal dan liar sehingga Hulya begitu menderita, sekitar setengah jam Marchel melakukan seks kasar pada istrinya, lalu dia meninggalkan Hulya begitu saja.

Hulya terisak dengan pakaian yang robek, dia meringkuk menahan sakit di selangkangan serta dada yang memar akibat digigit dan diremas kuat oleh Marchel tadi.

Pria itu keluar dari kamar mandi tanpa mempedulikan Hulya, mengenakan pakaian lalu menarik kuat istrinya ke kamar mandi.

“Marchel, lepas, ini sakit,” teriak Hulya ketika Marchel menarik dan mendorongnya ke bathub.

Tanpa peduli dengan kesakitan itu, Marchel membenamkan kepala istrinya ke dalam bathub yang penuh dengan air. Kemudian mengangkat kepala istrinya, lalu membenamkannya lagi hingga berkali-kali sampai Hulya hampir kehabisan oksigen di paru-parunya.

“Sekali lagi kau menghinaku, nyawamu tidak akan selamat brengsek,” geram Marchel lalu memaksa Hulya untuk berdiri, dengan kejamnya Marchel memukulkan ikat pinggang ke punggung istrinya.

“Ampun, sakit.”

Marchel berhenti ketika punggung itu sudah memerah. Dia keluar dari kamar mandi tersebut dan menyambar kunci mobil— pergi begitu saja dengan penuh amarah tanpa pamit.

Setelah Marchel pergi, Hulya membuka seluruh kain yang menempel di tubuhnya, menatap tubuh itu dengan air mata berlinang.

Kening, pelipis, rahang serta dadanya memar, punggungnya luka. Lengan dan kakinya sakit akibat jatuh dari tangga tadi— sepertinya terkilir, dengan terpincang dia berjalan ke arah shower. Hulya menyiram tubuhnya— merenung di bawah kucuran air dan kembali terisak.

Ada rasa bersalah menyeruak di hatinya pada Marchel, selama ini pria itu memang menyayangi dan meratukan dia tapi terkadang dia malah menyulut emosi Marchel seperti tadi.

Memuji Aarav di depan Marchel memang bukan hal yang benar. Hulya sadar itu.

“Aku yang salah, coba saja kalau tadi aku tidak membela Aarav di depan dia, bodoh,” sesal Hulya sambil terisak.

Selesai mandi, Hulya mengenakan piyama tidur dan membaringkan tubuhnya, mengabaikan rasa sakit di kaki dan tangannya itu.

...***...

Marchel datang ke markas utamanya, dia akan melampiaskan kekesalannya hari ini pada tawanan yang telah mencuranginya dalam bertransaksi minggu lalu.

“Di mana bajingan itu?” tanya Marchel pada anak buahnya.

“Di ruang penyiksaan, Bos. Bersama dengan anak dan istrinya juga.” Marchel bergegas ke sana.

...🪞Bersambung🪞...

1
Wiwit Widia
Kerasa banger nih mual di atas mobil begini🤭
Wiwit Widia
Nah bakalan kagak ada saingan juga si Hulya, dia nerapin sikap posesif si marchel 🤣
Adira
secara gak langsung, hubungan mereka membaik karena rencana justin juga kan.
Adira
antisipasi sejak dini si hulya💪
Caterine Selyn
Masih ada malu dia, coba kalo gak ada pelayan, bakalan diterkam tuh di meja makan🤣
Caterine Selyn
Emang ya ni org kagak bisa kontrol diri banget🤣
Juwita
Dia kalo lagi mode waras ingat semuanya, coba kalo emosi, lupa diri
Juwita
Elu udh diterima sama hulya lagi, perbaiki sikap lu chel, jgn sampe ini kandungan gugur lagi gara2 elu yaaa
Rissa Squad
Sabar napa baaanggg🤣
Rissa Squad
pintar banget hulya bikin syaratnya💪👍
Alle
emang kadang mual bakalan ilang kalo di bawah kucuran air
Alle
Bakalan diintilin kemana2 si marchel🤣
Alda Fatimah
Jangan emosian lagi lu chel, jgn sampe ini anak kagak lahir gara2 elu yeeee
Alda Fatimah
Emang si marchel kudu diginiin biar insap
ISMI PRADIPTA
sultan mah bebas mau dekor kapan aja
ISMI PRADIPTA
Udh dikasih kesempatan rujuk jangan disia2in lagi marchel
Kakak Echa
Dia ini bikin baper maksimal kalo lagi gak emosi, tpi kalo udh emosi kek setan
Kakak Echa
Jangan sia2in lagi si hulya, kadang lu rada2 ya chel
Helena Hivoshi
Marchel kalo lagi mode baik bikin baper tpi kalo mode emosi pengen gue tendang jauh jauh
Helena Hivoshi
Berat amat tapi keren syaratnya, meminimalisir perselingkuhan🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!