“Anak? Aku tak pernah berharap memiliki seorang anak denganmu!”
Dunia seolah berhenti kala kalimat tajam itu keluar dari mulut suaminya.
.
.
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Chapter 7
Airin menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. “Ops! Pak Niko tidak tahu, ya?” ucapnya pelan, gelagatnya sengaja memancing amarah bosnya.
Niko menyunggingkan senyum remeh. “Mantan pacar?”
Kayuna meremas erat selimut di pangkuannya, sementara Adrian masih berdiri dengan tatapan bingung.
“Mas … aku bisa jelaskan,” lirih Kayuna. Suaranya pelan nyaris tenggelam oleh detak jantungnya yang kian mengencang.
“Diam!” bentak Niko.
Laki-laki bengis itu lekas melangkah mendekati Adrian. Tatapan sengitnya menusuk, tapi Adrian masih berdiri tegak, tenang, suara lantang Niko tak sedikitpun membuatnya goyah.
“Aku ingin mendengar langsung penjelasan dari mulutmu, Dokter Adrian,” desis Niko pelan, tapi penuh tekanan.
Adrian sesaat merasa terpojok. Tertangkap basah karena sudah berbohong, tapi netranya segera beraksi membaca situasi.
Airin berdiri dengan raut liciknya, sementara Kayuna tampak tertekan — terus meremas ujung selimutnya.
‘Kamu takut, Yuna?’ Sorot matanya getir, Adrian pun segera kembali menatap Niko lalu menjawab rasa penasarannya.
“Ya, benar. Kami alumni saat SMA,” jelas Adrian dengan suara datar.
“Alumni?” Niko masih dengan tatapan sengitnya, ia terkekeh mendengar ucapan Adrian.
“Seorang dokter dengan jas putihnya,” bisik Niko, jemarinya perlahan mengusap pundak Adrian. “Bisa-bisanya berbohong di depan keluarga pasien. Saya curiga, diagnosis tentang istri saya itu hanya akal-akalan Anda … demi bisa lebih lama bertemu dengan mantan?”
“Bukan, Pak,” sela Ridho cepat sambil melangkah mendekat ke arah Niko. “Diagnosis Bu Kayuna murni dari saya. Dokter Adrian adalah psikiater — saya yang bertanggung jawab penuh atas perawatan istri Anda. Beliau hanya sedikit membantu.”
Ridho menarik tangan Adrian pelan, memberi isyarat agar rekannya itu mundur selangkah.
Niko mengalihkan pandangannya ke arah Ridho. “Apa ini? Kalian bersekongkol?”
“Maaf, Pak. Sepertinya ada kesalahpahaman,” ujar Ridho.
“Rumah sakit macam apa ini? Isinya komplotan penipu!” cetus Niko, rautnya berubah dingin urat di lehernya tampak menegang.
Mendengar itu Adrian jelas kesal, ia mengepalkan tangan di sisi tubuh — berusaha sekuat mungkin menahan amarahnya.
Melihat ketegangan para pria di sana, Kayuna lekas turun dari bangsal. “Mas, dengarkan aku,” ucapnya pelan pada suaminya.
Niko menoleh. “Kau diam,” desisnya membuat Kayuna seketika tertegun.
Kayuna mendadak merasa panas dingin. Napasnya tertahan, tatapannya getir diliputi ketakutan kalau-kalau sang suami terbawa emosi. Ia tahu betul bagaimana Niko ketika sudah berada di puncak kemarahan.
Adrian menyadari kegelisahan Kayuna. Ia lalu kembali menatap Niko. “Anda bisa dengarkan dulu? Saya sama sekali tidak bermaksud untuk berbohong.”
“Saya tidak butuh penjelasan lagi, silakan urus secepatnya kepulangan istri saya!” Niko meninggikan suaranya.
Kayuna semakin tercekat, jantungnya berpacu hebat. ‘Apa yang akan Niko lakukan? Ya Allah …!’ pekiknya dalam hati.
Airin tersenyum tipis, kehadiran Adrian di luar rencananya — tapi justru melancarkan niat buruknya.
Ridho menelan ludah, melihat tekad keluarga pasiennya, ia merasa sudah tak ada lagi celah untuk menahannya.
“Baiklah, Pak. Kami akan mengurus kepulangannya,” ujarnya akhirnya.
Adrian masih berdiri di sana, ia enggan meninggalkan Kayuna bersama pria yang tatapannya sudah nyalang bak singa siap menerkam.
“Ayo keluar, Dokter Adrian,” bisik Ridho seraya menarik pelan lengan Adrian.
“Tapi ….”
“Jangan ikut campur, ini urusan rumah tangga — di luar kendali kita,” jelas Ridho.
Dengan berat hati, Adrian akhirnya melangkah pergi. Ridho benar, seorang dokter tak punya wewenang mencampuri urusan pribadi pasien. Namun, kegelisahan tetap menggelayut di benaknya. Bukan hanya karena tatapan tajam Niko, tapi juga wajah Kayuna yang jelas-jelas diliputi ketakutan.
“Bagaimana jika suaminya menyakitinya?” gumam Adrian.
Ridho sontak menghentikan langkahnya. “Pasienku bukan anak-anak, dia akan meminta tolong kalau memang benar-benar butuh pertolongan. Lagipula kita belum memiliki bukti atas kecurigaan kita selama ini, bagaimana kalau ini hanya spekulasi tak mendasar? Kau dan aku akan berakhir dipecat, Boy!”
“Aku tidak peduli,” sahut Adrian.
“Aku … aku sangat peduli Adrian,” bisik Ridho pelan. “Kau putra pemilik rumah sakit, sedangkan aku hanya staf rendahan.”
Adrian hanya bisa menghela napas berat.
***
Brak!
Niko menutup pintu kamar dengan kasar.
Ia berhasil membawa pulang istrinya, meski jelas-jelas Kayuna masih butuh perawatan medis.
Wanita malang itu sudah terpojok di sudut dinding, pelipisnya berpeluh.
“Kau akan terus berbohong?” ucap Niko tajam, tangannya sudah mencengkram leher istrinya.
“Mas … aku dan Adrian —”
“Adrian?!” potong Niko cepat. “Tampaknya panggilan kalian masih terdengar akrab.”
“B-bukan, Mas ….”
Niko semakin mengeratkan cengkeramannya — mencekik leher Kayuna hingga wanita itu nyaris kehabisan napas.
“Kau semakin berani, Kayuna,” dengusnya.
“Ahk …. A-akh!” suara Kayuna tersendat — tercekik di tenggorokan.
“Wanita sepertimu … sangat tak tahu malu! Kau sudah bersuami, tapi masih menebar pesona kepada mantanmu? Sadarlah, Kayuna!” Niko terus menyerang seputar Adrian.
“Kau b-benar, Niko.” Kayuna tersengal, namun ucapannya terdengar di telinga Niko.
Niko lekas melepas cekikannya. “Apa kau bilang?!”
Kayuna terbatuk-batuk, tangannya menepuk pelan dadanya. Lalu mendongak menatap nyalang suaminya.
“Memangnya kenapa kalau aku menebar pesona di depan pria lain?“ tanya Kayuna sinis. “Lagipula aku sudah sangat muak denganmu. Aku muak!” teriaknya di depan Niko.
Plak! Satu tamparan menggema di ruangan, Niko kembali meraih dagu istrinya.
“Wanita jalang! Kau berani membentakku sekarang?!”
Kayuna meronta sekuat tenaga, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Niko. Tapi, tenaga pria itu terlalu kuat. Putus asa, akhirnya ia mengangkat kakinya — menendang perkutut suaminya.
Bugh!
“Aakkhh!” pekik Niko. Ia meringis tajam, urat di lehernya menegang. Tubuhnya terhentak, napasnya tertahan kala perkutut berharganya dihantam keras oleh istrinya.
Kayuna membeliak sesaat, tapi segera bergerak melarikan diri. Nahas, tangan Niko sigap meraih rambutnya.
“Mau ke mana kau, Wanita sialan?!” hardik Niko sambil mengerang kesakitan.
Kayuna nyaris terjatuh ke belakang saat Niko dengan erat menjambak rambutnya. “Akh! Lepas!”
“Teriaklah … kau berharap mantan pacarmu itu akan menolong?!” Niko menajamkan suaranya. “Jangan harap, Kayuna.”
“Sudah kubilang, aku dan Adrian tidak memiliki hubungan apapun! Berhenti mengganggunya,” ucap Kayuna memperingatkan suaminya.
Niko tertawa sinis. “Kau berharap aku percaya?” Laki-laki itu pun melayangkan tangannya di udara, siap menghantam kembali wajah istrinya.
Kayuna pun bersiap menghalau dengan kedua tangan yang bertumpu — melindungi wajahnya.
Tring!
Suara ponsel membuat Niko mengurungkan niatnya, ia menurunkan tangannya. “Sial, siapa menelepon di saat seperti ini?!” dengusnya.
Dia melepas cengkeramannya. Tapi tangan satunya masih menggenggam baju Kayuna.
“Kevin?” Alisnya terangkat kala melihat nama orang kepercayaannya di layar ponsel. Lalu segera mengangkat panggilannya.
“Izin melapor, Pak.” Suara Kevin terdengar serius dari seberang. “Tentang penyelidikan yang Anda minta, saya sudah mendapat informasi akuratnya.”
“Bagus, kita bertemu sekarang,” balas Niko dengan tajam. Lalu menutup panggilan.
Niko pun melanjutkan aksinya mengintimidasi Kayuna, sementara perempuan itu mundur dengan langkah gemetar.
“Kau beruntung hari ini. Dengar, kita belum selesai,” bisiknya pelan. “Kita akan melanjutkannya lagi nanti,” tekan Niko sambil meremas bahu istrinya, kemudian mendorongnya hingga tubuh wanita itu menghantam besi ranjang.
Kayuna pun tersungkur ke lantai.
Dengan senyum sinis, laki-laki itu pun melangkah pergi.
Saat pintu terbuka, Mbok Surti segera berlari masuk. Ia langsung menghampiri Kayuna yang sudah bersimpuh tak berdaya.
“Nyonya! Ya Allah …,” ucapnya dengan suara bergetar seraya memeluk erat Kayuna.
Dengan langkah terhuyung, wanita baya itu berusaha membantu Kayuna bangkit, lalu menggeletakkannya di ranjang.
“Nyonya … mau sampai kapan penderitaanmu ini …?” lirih Mbok Surti sambil menangis.
Sementara Kayuna hanya berdiam, ia kehabisan tenaga, tubuhnya lunglai — bersandar di bantal, air matanya pun jatuh tak tertahan.
*
*
Bersambung.