NovelToon NovelToon
Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Uwais menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Stela, setelah memergokinya pergi bersama sahabat karib Stela, Ravi, tanpa mau mendengarkan penjelasan. Setelah perpisahan itu, Uwais menyesal dan ingin kembali kepada Stela.
Stela memberitahu Uwais bahwa agar mereka bisa menikah kembali, Stela harus menikah dulu dengan pria lain.
Uwais lantas meminta sahabat karibnya, Mehmet, untuk menikahi Stela dan menjadi Muhallil.
Uwais yakin Stela akan segera kembali karena Mehmet dikenal tidak menyukai wanita, meskipun Mehmet mempunyai kekasih bernama Tasya.
Apakah Stela akan kembali ke pelukan Uwais atau memilih mempertahankan pernikahannya dengan Mehmet?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Jam menunjukkan pukul sebelas malam dan Mehmet membuka pintu ruang perawatan istrinya.

"Dari mana saja kamu? Masih ingat kalau kamu sudah menikah dengan Stela?" tanya Ravi dengan wajah penuh emosi.

Mehmet tersenyum sinis saat mendengar perkataan dari Ravi.

"Apa hakmu untuk bertanya seperti itu? Kamu bukan siapa-siapanya?".

Ravi yang sudah menahan amarahnya dari tadi langsung melayangkan pukulannya.

Bugh!

Bugh!

Ravi menggeret tangan Mehmet dan mengajaknya keluar.

"Lepaskan tangamu!"

Mehmet membersihkan luka yang ada di sudut bibirnya.

Mehmet menatap Ravi dengan pandangan tajam dan napasnya masih tersengal setelah menerima pukulan yang dilayangkan oleh Ravi.

Suasana koridor rumah sakit yang sepi kini hanya dipenuhi suara langkah kaki mereka berdua dan dengusan napas berat dari keduanya.

"Benar kata Uwais kalau kamu tidak hanya sahabatnya saja. Melati kekasih gelap Stela!"

Ravi kembali maju dan menghajar Mehmet yang sudah keterlaluan.

"Dia sahabatku! Dan jangan kamu ulangi lagi kesalahan yang sama seperti apa yang dilakukan oleh Uwais."

Ravi menatap wajah Mehmet dengan tatapan tajam dan setelah itu ia meninggalkan rumah sakit.

Mehmet mengambil sapu tangan dan membersihkan darahnya.

"Aku akan membalasmu, Ravi. Dan aku membalasnya lewat wanita yang kamu lindungi!"

Ravi kembali masuk dan melihat Stela yang tertidur pulas.

Keesokan paginya matahari sudah bersinar terang.

Stela membuka matanya dan melihat Mehmet yang sedang duduk.

Ia juga melihat wajah Mehmet yang terluka parah.

"Wajah kamu kenapa? Apa kamu berkelahi dengan Tasya?" tanya Stela.

Mehmet bangkit dari duduknya sambil tangannya membawa segelas air.

BYUR!

Stela langsung gelagapan saat Mehmet menyiram air itu ke wajah istrinya.

"Apa yang kamu lakukan, Mehmet?!"

Mehmet mendekat ke arah wajah istrinya sambil tersenyum sinis.

"Itu balasan dari apa yang dilakukan oleh kekasihmu dan mulai hari ini aku melarang kamu menghubungi Ravi atau kedua orang tuamu." jawab Ravi yang kemudian menghancurkan ponsel Stela.

Stela menatap ponselnya yang kini hancur di lantai.

Air matanya langsung menetes, tubuhnya gemetar menahan amarah dan ketakutan.

“Mehmet! Kamu sudah gila?! Apa salahku sampai kamu harus memperlakukan aku seperti ini?” teriak Stela dengan suara bergetar.

Mehmet berdiri tegak di hadapan Stela, napasnya kasar, matanya memancarkan kemarahan yang dalam.

“Kesalahanmu adalah membiarkan laki-laki lain ikut campur dalam rumah tangga kita. Kamu pikir aku nggak tahu, Stel? Kamu pikir aku buta?”

Stela berusaha menenangkan dirinya, menatap Mehmet dengan mata basah.

“Ravi cuma sahabat, Met! Sahabat yang peduli waktu kamu ninggalin aku di ruangan ini sendirian! Kamu bahkan nggak pernah tanya apa aku baik-baik saja! Kemarin aku pingsan kamu kemana?"

Mehmet berdiri mematung saat mendengar perkataan dari istrinya.

Aku punya alasan, Stela!” suaranya meninggi, penuh ledakan emosi yang selama ini ia tahan.

“Aku datang semalam, dan aku melihat Ravi ada di sini, menggenggam tanganmu! Di depan mataku sendiri!”

Stela menatap Mehmet tak percaya, air matanya mulai mengalir deras.

“Kamu pikir aku minta Ravi datang? Aku bahkan memanggilmu, Met! Tapi kamu sibuk dengan perempuan itu!”

Nada suaranya pecah di akhir kalimat.

Mehmet memejamkan mata, mencoba menahan amarah dan rasa bersalah yang bercampur jadi satu.

“Jangan bawa Tasya ke dalam urusan ini, Stela.”

Ia berusaha menahan nada suaranya, tapi tangannya yang mengepal menunjukkan sebaliknya.

Stela menggeleng pelan, matanya menatap kosong.

“Kamu yang bawa dia, Met. Kamu yang hancurkan semuanya.”

Ceklek!

Terdengar suara pintu yang dibuka oleh sosok wanita cantik yang masuk ke ruang perawatan.

"Tasya, kenapa kamu disini? Seharusnya kamu masih ada di ruang perawatan." ucap Mehmet sambil menggenggam tangan Tasya.

Tasya tersenyum dan melihat wanita yang dinikahi oleh kekasihnya.

Tasya melangkah pelan ke dalam ruangan, menunduk dengan ekspresi menyesal.

“Aku cuma mau minta maaf, Stela. Semuanya jadi kacau karena aku. Aku nggak bermaksud bikin kamu terluka.” ucap Tasya.

Stela menatap Tasya tajam, matanya masih basah.

"Maaf? Untuk apa? Bukankan kalian memang sepasang kekasih?"

Tasya langsung terdiam saat mendengar perkataan dari Stela.

"Tidak usah pura-pura menjadi malaikat untuk menghiburku, Tasya. Lekas bawa kekasihmu dan suruh dia menceraikan aku."

"STELA!!" bentak Mehmet.

Tasya tersenyum sinis dan ia sangat suka dengan pertengkaran mereka berdua.

"Mehmet, tolong antar aku kembali ke ruangan ku. Kepalaku pusing lagi," ucap Tasya.

Mehmet yang melihatnya langsung membopong tubuh Tasya.

"Kita belum selesai, Stela."

Mehmet keluar dan meninggalkan ruangan perawatan istrinya.

Stela tertawa kecil dengan air matanya yang mengalir saat melihat suaminya yang memilih membopong tubuh Tasya.

"Baiklah kalau begitu, aku juga bisa mengurus diriku sendiri." ucap Tasya yang langsung melepas selang infusnya.

Ia keluar dari kamar walaupun dengan jalan yang masih sempoyongan.

Taksi…” panggilnya pelan sambil melambaikan tangan.

Sebuah taksi berhenti di depannya, dan sopir menatapnya lewat kaca spion dengan raut cemas melihat tubuh Stela yang tampak pucat.

“Ke mana, Bu?” tanya sopir.

“Ke Jalan Merpati No. 19,” jawab Stela dengan suara lemah namun tegas.

Sopir menganggukkan kepalanya dan segera melajukan mobil.

Sepanjang perjalanan, Stela hanya menatap kosong ke luar jendela.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, taksi berhenti di depan rumah besar milik Mehmet.

“Sudah sampai, Bu,” ucap sopir sopan.

Stela mengangguk dan menyerahkan beberapa lembar uang.

“Terima kasih, Pak,” ucap Stela lirih sebelum turun dari mobil.

Ia membuka kunci dengan tangan gemetar, lalu mendorong pintu perlahan.

Begitu pintu terbuka, Mbak Rini yang sedang membereskan ruang tamu langsung terkejut.

“Bu Stela? Astaghfirullah, Ibu kenapa keluar rumah sakit? Lihat Ibu, pucat sekali! Saya panggil Tuan Mehmet dulu, ya—”

Stela segera mengangkat tangannya, menghentikan langkah Mbak Rini.

“Tidak usah, Mbak. Jangan hubungi dia. Dia sedang bersenang-senang dengan kekasihnya.”

Nada suaranya datar, tapi di balik itu tersimpan kepedihan yang berat.

Mbak Rini menatap majikannya dengan tatapan tidak tega.

“Tapi, Bu. Ibu masih sakit. Setidaknya biar saya bantu—”

“Tidak usah, Mbak Rini. Aku cuma ingin istirahat,” potong Stela lembut.

Tanpa menunggu jawaban, Stela berjalan menuju kamarnya.

Klik.

Ia membuka pintu dan segera menutupnya kembali dengan perlahan.

Begitu pintu tertutup, Stela langsung merebahkan tubuhnya.

“Mulai hari ini, aku nggak akan menunggu kamu lagi, Mehmet,” gumamnya pelan.

Ia berjalan ke arah tempat tidur, berbaring perlahan sambil menatap langit-langit kamar yang gelap.

Sementara di rumah sakit dimana Mehmet masih berada di ruang perawatan Tasya.

Tasya menggenggam erat tangan Mehmet dan memintanya untuk duduk.

"Met, ceraikan wanita itu. Dan ayo kita menikah saja." ucap Tasya.

Mehmet terdiam saat mendengar perkataan dari kekasihnya.

Ia masih ingat kalau Papa Yunisa melarangnya untuk bercerai dengan Stela.

"Aku tidak bisa menceraikannya, Tasya. Dan sekarang istirahatlah. Stela juga butuh aku." ucap Mehmet yang langsung keluar dari ruang perawatan Tasya.

Ia segera berlari menuju ke ruang perawatan Stela.

Sesampainya di sana, ia melihat selang infus yang sudah terlepas dari tangan istrinya.

"Stela, dimana kamu?"

Mehmet memanggil perawat yang berada diluar ruangan.

"Apakah anda melihat istri saya?" tanya Mehmet.

Perawat itu menggelengkan kepalanya dan tidak tahu dimana keberadaan Stela.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!