NovelToon NovelToon
Menikahi Adik Sang Mafia

Menikahi Adik Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ericka Kano

Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.

Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.

Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?

ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?

Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 : Carmen

"Berpura-pura pingsanlah," ujar Lukas ketika tiba di mansion Vergara.

Ivy yang berada di kursi belakang memajukan tubuhnya agar mendengar apa yang dikatakan Lukas.

"Maksudmu bagaimana?,"

"Kamu berpura-pura pingsan agar Ibu tidak meluapkan amarahnya. Dia bisa saja membunuhmu saat ini," ujar Lukas.

"Tapi..,"

"Apakah kamu memang sekeras kepala ini, Ivy?," suara Lukas meninggi. Tanpa berpikir panjang Ivy langsung rebah di kursi belakang, tepat ketika pintu utama di buka dan Nyonya Christina keluar dengan wajah marah.

Lukas keluar dari mobil dan membuka pintu belakang.

"Maya, tolong ambil Aiden," Maya bergegas menghampiri mobil.

Lukas mengangkat tubuh Ivy dan memikul Ivy seperti memikul karung beras.

"Kenapa wanita ini?,"

"Dia pingsan, Ibu," jawab Lukas sambil berjalan terus.

"Oh cucuku kamu baik-baik saja," Nyonya Christina segera mengambil Aiden dari gendongan Maya.

Lukas membawa Ivy terus ke lantai dua menuju kamar dan membaringkan Ivy.

Ivy membuka mata sebelahnya dan dia agak terkejut melihat wajah Lukas sudah sangat dekat dengan wajahnya.

"Tetaplah berpura-pura pingsan hingga ibu lupa peristiwa ini,"

"Sampai kapan?," Ivy bergumam

"Tidak tahu. Kalau perlu sampai sebulan berbaring terus seperti ini,"

Mata Ivy terbelalak. Belum sempat protes, Lukas sudah berdiri dan meninggalkan kamar dengan menutup pintu dengan keras.

**

Lukas membasuh tangannya dengan air panas dan mengelapnya dengan handuk. Dia terlihat hanya mengenakan kaos dalaman dan celana panjang jeans. Rahangnya terlihat terkatup, keningnya hampir menyatu, menandakan dia sedang memikirkan sesuatu.

"Tuan, dia sudah di halaman samping," terdengar suara dari luar

"Aku segera turun,"

**

Ivy mendengar suara seperti ada yang memohon-mohon dari arah halaman samping tepat di bawah jendelanya. Dia berdiri perlahan menuju jendela. Tepat di bawah kamarnya dia melihat Lukas yang sedang memegang cambuk. Di sampingnya berdiri Damon dan seorang yang Ivy kenal sebagai sekretaris pribadi Lukas dan seorang pria yang sedang berlutut di hadapan Lukas.

"Ampuni kelalaian saya, Tuan. Saya tidak bermaksud membiarkan Nyonya Ivy," pria itu memohon.

Ivy menatap pria itu dengan seksama. Dia mengenali pria itu sebagai supir yang mengantar mereka ke makam tadi. Di detik selanjutnya Lukas mulai mencabuk supir itu beberapa kali.

Ivy merasa sangat bersalah. Karena sikapnya supir itu mendapat hukuman padahal dia tidak salah sama sekali.

"Gajimu dipotong setengah untuk bulan ini," ujar Lukas dengan suara yang kedengaran hingga kamar Ivy.

"Terima kasih untuk kemurahan hati Tuan," supir menundukan wajahnya ke tanah

Apa? Dipotong gaji malah berterima kasih. Semua ini benar-benar aneh dan edan, batin Ivy.

Tak lama, adegan itu selesai. Lukas dan kedua orang lainnya masuk ke dalam rumah dan meninggalkan supir tergeletak kelelahan selesai dicambuk beberapa kali oleh Lukas.

Ivy menangis. Dia sangat merasa bersalah sekaligus kecewa harus terjebak di situasi ini.

Lukas melewati kamar Ivy. Sayup-sayup terdengar suara tangisan Ivy. Lukas tersenyum kecut dan berlalu.

Tiga hari kemudian...

Ivy sama sekali belum bertemu Aiden. Nyonya Christina tidak mengizinkan Aiden ke kamar Ivy.

Hanya Sofia yang datang menjenguk Ivy sepulang kuliah. Lukas memerintahkan pelayan untuk membawa makanan Ivy ke kamar.

Hari itu sudah petang, biasanya Sofia sudah datang ke kamarnya. Tapi kali ini Sofia belum muncul. Ivy benar-benar sangat bosan terkurung di kamar seperti ini. Sesekali dia melihat dari jendela aktivitas halaman samping. Namun kebanyakan aktivitas yang dia lihat adalah Lukas yang sedang berolahraga. Tapi kali ini Lukas tidak terlihat sama sekali beraktivitas di halaman samping.

Sementara itu di ruang keluarga,

"Aku sangat yakin. Mereka penyebab nya," Nyonya Christina berujar. Masih menggunakan pakaian serba hitam, dia duduk di kursi kebesarannya. Sementara Lukas duduk di kursi seberangnya.

"Target mereka selanjutnya membunuh Aiden. Yang tersisa dari Rafael hanyalah Aiden. Jadi Tuan Fernando de La Cruz sangat terobsesi membunuh Aiden," Lukas menuturkan

"Gila ! Langkahi dulu mayatku kalau mereka berani ingin menyentuh Aiden. Tidak akan kubiarkan. Perketat penjagaan seluruh pintu keluar Lukas,"

"Sudah dilakukan, Ibu,"

"Dan satu lagi, Aiden belum boleh bertemu wanitai itu. Aku tidak ingin tindakan bodohnya mencelakakan Aiden,"

Lukas mengangguk.

"Bagaimana dengan proyek jembatan Santiago sudah mulai berjalan?,"

"Sudah, Ibu. Namun ada sedikit gangguan kecil dari de La Cruz karena aku memukuli Benjamin. Tapi semua sudah diurus,"

"Untung kamu masih bisa menahan diri tidak membunuh Benjamin. Jika tidak, aku tidak bisa membayangkan perang yang akan terjadi,"

"Aku tidak akan segegabah itu, Ibu,"

Nyonya Christina tiba menatap Lukas dengan lekat.

"Kamu tidak membunuh Benjamin karena masih mengingat Carmen?,"

Lukas tertawa sinis tidak menjawab.

"Apakah seumur hidupmu hanya untuk mencintainya? Apa wanita di dunia ini sudah punah?," sindir nyonya Christina

"Berbagai cara sudah aku lakukan supaya kamu melupakan wanita itu. Tapi lihat, cincin pemberiannya saja masih kamu kenakan. Orang bisa salah paham dengan cincin mu itu. Para wanita akan berpikir kamu sudah menikah," lanjut Nyonya Christina.

Lukas membuang napas tetap tidak menjawab.

"Aku tahu cinta pertama itu sulit dilupakan. Tapi ingat, mereka adalah pembunuh kakek dan kakakmu Rafael. Apa kamu pikir ibu sudi bersanding dengan Fernando sebagai orang tua dalam pernikahanmu? Cih !,"

"Aku pikir dulu membuatmu kuliah di Canada bisa membuatmu melupakan wanita itu. Ternyata tidak,"

"Demi Tuhan Lukas, carilah wanita lain. Bukalah hatimu. Dari orang biasa bukan anak mafia juga bisa. Bahkan menikahi janda pun tidak masalah. Asal jangan keturunan de La Cruz,"

"Kenapa harus membahas ini, Ibu,"

"Karena besok ada perayaan ulang tahun putra Tuan Abe. Kita diundang. De La Cruz juga pasti diundang. Dan Carmen pasti ada di sana. Aku hanya tidak ingin kamu menemuinya. Lupakan dia Lukas,"

Sampai selesai obrolan Lukas tidak menanggapi pembahasan soal Carmen. Dia dan Carmen berpacaran sejak sekolah di bangku menengah pertama. Mereka sekolah di tempat yang sama. Begitu di menengah atas, mereka sengaja memilih sekolah yang sama. Bahkan ketika Lukas kuliah di Canada, Carmen pun memilih kuliah di Canada meskipun berbeda universitas. Ibunya sudah bersumpah atas nama mendiang kakek Lukas bahwa tidak akan membiarkan keturunan Vergara menikah dengan keturunan de La Cruz. Sejak peristiwa terbunuhnya kakak Carmen, Armando de La Cruz, yang belakangan diketahui dibunuh oleh Rafael, hubungan Lukas dan Carmen menjadi dingin. Lukas menjauhi Carmen. Namun Carmen selalu berusaha menarik perhatian Lukas. Sepertinya Carmen tidak ingin kehilangan Lukas.

Lukas beranjak menuju kamarnya dan berpapasan dengan Sofia yang juga hendak ke lantai dua ke kamar Ivy.

"Kenapa baru pulang?," tanya Lukas

"Tadi macet kak. Sepertinya penambang dari Santiago sedang berdemo," jawab Sofia sambil menaiki tangga.

"Sofia, apakah tiga hari ini dia memakan makanannya?," Lukas memberi kode dengan mata kalau yang dimaksud adalah Ivy.

"Aman. Kak Ivy akan makan kalau aku ada. Makanya aku ke atas dulu. Dia pasti belum makan,"

Lukas mengangguk.

**

Malam itu Lukas memilih duduk di balkon sambil mengerjakan beberapa pekerjaan dari laptopnya.

Pikirannya membawanya pada percakapan dia dan ibunya tadi.

Carmen. Nama itu sepertinya masih terukir di hati Lukas. Dia memandang cincin pemberian Carmen yang melingkar di jari manis kirinya.

Besok di perayaan ulang tahun anak Tuan Abe pasti Carmen ada. Dia sangat menyukai pesta dan semua hal yang glamor. Tidak mungkin dia melewatkan acara itu. Dan pasti dia juga akan menggoda Lukas. Kalau Lukas tidak hadir, dia merasa tidak enak hati pada Tuan Abe.

Lukas menyeruput kopinya. Dia sudah lama ingin bebas dari Carmen. Tapi entah kenapa dia tidak bisa menolak Carmen. Yang sangat dia syukuri, dia belum sampai meniduri Carmen. Jika tidak, itu akan menjadi skandal besar. Walaupun beberapa kali Carmen ingin menjebaknya tapi Lukas masih bisa menguasai dirinya.

"Kakak belum tidur?," Sofia muncul sambil memeluk boneka beruangnya. Meskipun sudah kuliah, kelakuan Sofia masih sangat polos dan manja.

"Belum. Kamu sendiri?,"

"Aku sepertinya kena insomnia, huftt," Sofia bersandar di pundak Lukas.

"Bacalah buku atau dengarkan musik pasti kamu bisa tidur atau..,"

"Atau apa?,"

"Mengobrol dengan Ivy mungkin,"

"Kan tadi sudah. Kak Ivy juga butuh istirahat. Lagian dia lagi tidak semangat hari ini,"

"Kenapa?," Lukas mendongak ke arah Sofia. Sofia berpindah ke depan Lukas.

"Begitulah seorang ibu yang dipisahkan dari anaknya. Pasti dia akan kehilangan semangat hidup,"

Lukas menyeruput kembali kopinya.

"Itu untuk kebaikan bersama,"

"Tapi tidak baik untuk Kak Ivy. Semoga dia tidak sakit karena merindukan Aiden," Sofia cemberut.

"Nanti juga akan ketemu. Dia hanya dikurung sampai amarah ibu reda,"

"Hmmmm,"

"Kamu sudah terima undangan Tuan Abe?,"

"Iya sudah. Aku malas ke sana. Lagian besok ada kelas malam juga,"

"Kalau kamu tidak datang, artinya aku wajib datang,"

"Iya. Kakak harus datang. Hubungan kita dan Tuan Abe kan baik-baik saja,"

"Di sana ada Carmen," Lukas membuang pandangannya ke luar

"Kakak masih mencintainya?,"

"Aku tidak mengerti Sof. Tapi hatiku sudah lama menolaknya. Hidupnya terlalu glamor. Dan saat di Canada, dia sering hang out dengan beberapa teman prianya,"

"Ya sudah kalau kakak menolaknya, anggap saja tidak saling kenal kalau besok ketemu. Oh tapi, kakak takut kalau dia menggoda kakak lagi ya seperti waktu lalu?,"

Lukas membuang napas dengan kasar.

"Kakak harus bawa teman cewek. Biar dia tahu kakak tidak sendiri lagi," Sofia memberi ide

"Siapa? Kamu tahu sendiri pergaulanku bagaimana,"

"Iya ya. Kakak sewa teman aja,"

"Akan jadi skandal Sof. Tahu kan sekarang medsos begitu gampang diakses,"

Sofia mengetuk-ngetuk pipinya mencari ide.

"Bagaimana kalau ajak Kak Ivy? Kita dandani dia supaya tampil beda. Selama ini kan dia baru sekali muncul di depan banyak orang saat pemakaman saja,"

"Ivy?,"

"Iya. Lagian juga Benjamin belum akan hadir besok. Wajahnya pasti masih babak belur karena kakak pukuli. Jadi kemungkinan tidak ada yang akan mengenali kak Ivy" Sofia tersenyum

"Bagaimana kalau orang tahu bahwa itu adalah istri mendiang Rafael?,"

"Ya jawab saja, kita kan mengikuti tradisi pendahulu kita. Kalau kakaknya meninggal dan ada adik cowoknya maka istri si kakak harus menikah dengan adik si kakak. Begitu"

Lukas menyeruput kopinya lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!