Menurut Kalian apa itu Cinta? apakah kasih sayang antara manusia? atau suatu perasaan yang sangat besar sehingga tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata?.
Tapi menurut "Dia" Cinta itu suatu perasaan yang berjalan searah dengan Logika, karena tidak semua cinta harus di tunjukan dengan kata-kata, tetapi dengan Menatap teduh Matanya, Memegang tangannya dan bertindak sesuai dengan makna cinta sesungguh nya yang berjalan ke arah yang benar dan Realistis, karena menurutnya Jika kamu mencinta kekasih mu maka "jagalah dia seperti harta berharga, lindungi dia bukan merusaknya".
maka di Novel akan menceritakan bagaimana "Dia" akan membuktikan apa itu cinta versi dirinya, yang di kemas dalam diam penuh plot twist.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNFLWR17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa mereka?
Semua kegiatan telah usai dan para siswa-siswi sudah kembali ke rumah masing-masing, ya walaupun ada yang nongkrong sebelum pulang.
Seperti Alena dengan sang pacar, mereka sedang berada di sebuah kafe kekinian.
"Gimana keadaannya, Ay?" tanya Alena melihat ke arah sang pacar yang sedang bermain ponsel.
"Biasa saja, walaupun sedikit menjengkelkan," jawab sang pacar, yang langsung menaruh ponselnya di atas meja.
"Oh, oke deh, habis ini mau ke mana?" ucap Alena.
Sang pacar yang sedang menatap intens ke arah Alena, hanya diam tanpa menjawab pertanyaan dari Alena.
"Ay? Kamu dengar aku enggak?"
"Dengar kok, sayang, aku mau langsung pulang ke rumah Papa dan Mama dulu, mungkin menginap beberapa hari di sana, jadi kamu balik ke apartemen sendiri dulu ya."
Alena yang mendengar itu, hanya menampilkan raut sedih.
"Haa! Berarti aku sendiri dong di sana," ujar kesal Alena.
"Hanya 2 hari kok, sayang."
Sang pacar menyakinkan Alena, yang semakin sedih jika ditinggalkan sendiri di apartemen. Ya, walaupun mereka pisah unit, tapi kan dua hari ke depannya tidak makan malam dan sarapan bareng.
"Ya sudah, habis ini aku langsung pulang ya, kebetulan kasihan supir aku sudah nunggu lama di sana," jelas sang pacar.
"Lah, ada Pak Supir? Kok bisa? Perasaan tadi pagi kamu sendiri," Alena yang semakin heran, kenapa tiba-tiba sudah pakai supir.
"Oke, aku duluan ya. Kamu langsung balik, enggak usah ke mana-mana." Sang pacar langsung berdiri pelan dan mengusap sebentar kepalanya Alena, dan langsung pergi dari kafe.
Tidak tunggu lama, Alena pun menyusul keluar dari kafe, yang juga akan pulang.
•Skip
Di satu tempat, ada seorang pria yang masih menggunakan seragam sekolah, yang sedang duduk, sambil melakukan panggilan video dengan seseorang.
Saat asik ngobrol, tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah perempuan yang juga masih pakai rok sekolah dengan kemeja sekolah sudah diganti dengan crop-top ketat.
Si perempuan itu melangkah masuk dengan senyuman yang senantiasa terukir di wajahnya.
Sang pria yang melihat itu, hanya menghembuskan napas pelan. Dia berdiri dari duduknya tanpa mematikan panggilan video tersebut.
Sedangkan si perempuan itu sudah duduk di sofa sambil menyilangkan kaki sebelahnya, tersenyum ke arah si pria itu.
"Kenapa? Kalau enggak penting, lebih baik lo pergi dari sini." Sang pria itu langsung duduk kembali di sofa, sedangkan sang perempuan mendengar kata yang terucap dari pria di sebelahnya ini langsung menatap datar.
"Santai saja kenapa sih? Gue kemari mau bilang kalau rencana besar gue bakal berjalan bulan depan, karena untuk saat ini gue ingin dia menikmati hari-hari bahagianya dulu, habis itu boomm!! Kebahagiaan itu langsung hilang dengan sekejap," ucap si perempuan itu dengan wajah bahagia.
"Emang rencana apa yang lo maksud?" tanya si pria menatap penasaran dengan isi otak si perempuan yang agak gila itu.
"Lo bakal tahu nanti, untuk sekarang belum saatnya lo tahu." Si perempuan itu tersenyum manis, tapi mengandung sesuatu yang berbahaya.
Sedangkan si pria, hanya mengangkat bahunya tanda tidak peduli, dan dia mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya. Bukankah sangat menyenangkan jika dia tidak perlu melakukan apa-apa, seperti membunuh tanpa menyentuh? Lalu dia menghembuskan asap rokok itu.
(Tidak untuk ditiru ya, yang masih sekolah)
Tidak lama kemudian, si perempuan ini berdiri, lalu duduk di pangkuan si pria, lalu mengalungkan tangannya di leher lawan jenis di depannya. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah si pria itu penuh nafsu, tapi saat beberapa senti lagi, yang di mana bibir mereka hampir menyentuh.
Si pria itu menghembuskan asap rokok tepat di wajah si perempuan yang sedang berada di pangkuannya ini. Si perempuan yang tidak siap dengan asap rokok itu, langsung terbatuk-batuk akibat menghirup asap rokok.
Dia langsung berdiri dengan wajah memerah yang masih terbatuk.
"Sialan lo!!!" bentak si perempuan itu.
Sedangkan si pria hanya tersenyum mengejek melihat tingkah perempuan di depan ini.
"Kenapa? Marah?" tanya si pria dengan wajah angkuhnya.
"Haah.. Ingat! Kita berdua di perahu yang sama, jika gue jatuh maka lo juga jatuh. Jadi jangan anggap remeh soal ini, ingat itu." Setelah mengucapkan kata itu, dia langsung pergi dengan perasaan yang malu.
Braaakk..!
Pintu tertutup dengan keras.
"Bukankah dia sedikit gila?" tanya si pria itu yang melihat kepergian si perempuan tadi.
"Yaaps, gue rasa begitu, hahaha tapi sangat lucu melihat tingkahnya tadi." Seseorang di balik panggilan video itu hanya tertawa.
Sejak tadi dia menyaksikan langsung bagaimana nekatnya si perempuan duduk di pangkuan sahabatnya.
Hey! Apakah dia tidak melihat dirinya yang terpampang jelas di layar laptop di atas meja depan sofa?
Perempuan zaman sekarang sangat agresif ya?
Tapi tidak ada tanggapan lebih lanjut dari si pria itu.
"Aisss, lo enggak dengar gue bilang apa? Hmm, by the way lo enggak apa-apa bekerja sama dengan si perempuan tidak terlalu waras tadi?"
"Kesempatan bagus tidak boleh dilewatkan, dan dia menjadi pion utama gue. Dan tentang satu perahu dengannya, gue rasa bakal berbeda, yang di mana gue punya perahu cadangan yang bakal datang menolongku jika gue jatuh tenggelam, sedangkan dia?"
Ujarnya sambil menghisap dan menghembuskan rokok yang sedari tadi diapitnya.
"Tewas tenggelam sendirian?"
Jawab si pria di layar laptop.
"That's right," ujar si pria dengan senyum penuh arti.
Sedangkan si pria di layar panggilan video itu hanya menggeleng kepalanya saja, melihat tingkah sahabatnya ini.
Dia tahu jika sahabatnya ini sangat manipulatif sekali dengan otak liciknya itu. Haa, dia sangat kasihan dengan korban dari rencana licik sahabatnya dan si perempuan tadi.
"Oke, gue matiin dulu panggilannya, gue mau siap-siap healing dulu di club." Lalu dia mematikan panggilan video itu, sedangkan si pria itu hanya duduk diam sambil melihat ke arah depan, terdapat satu bingkai foto keluarga yang terlihat bahagia.
"Lo siap-siap dengan kejutan dari gue. Apa yang lo sembunyikan selama ini bakal gue ambil dengan paksa. Akan gue buat lo merasakan bagaimana kebahagiaan direnggut paksa oleh orang ketiga."
Haa, dia benar-benar tidak sabar rencana besar itu terjadi, dan berharap jika pionnya ini tidak melakukan kesalahan.
Jika dia melakukan kesalahan, apa harus dihilangkan?
Ingat, barang cacat harus dibuang atau dilenyapkan agar menjadi barang yang baik.
Bukankah begitu?
Si pria itu langsung berdiri dan mengambil ponselnya, lalu menelfon seseorang.
"datang ke sini! Gue tunggu." Setelah mengucapkan itu, dia langsung mematikan panggilan.
Lalu dia berjalan menuju ke arah balkon apartemen dan melihat ke depan, di satu titik yang selama ini dia perhatikan.
15 menit kemudian, seseorang masuk dan langsung menunduk hormat.
"Tuan muda memanggil saya?" tanya paruh baya itu yang belum mengangkat kepalanya.
"Gue butuh sesuatu dan tolong temukan ini secepatnya," pinta si pria itu dengan nada tegas.
"Baik, Tuan muda."
Pria itu langsung berjalan ke arah meja di sudut ruangan dan membuka laci meja dan mengambil satu amplop coklat yang agak tebal, entah apa isinya.
Setelah dia membuka isi amplop itu untuk mengeceknya, lalu dia memasukan kembali beberapa lembar kertas ke dalam amplop dan berjalan menuju si pria paruh baya itu yang merupakan tangan kanan daddy-nya.
"Ini, ambillah, dan cepat berikan hasilnya secepat mungkin, dan jangan memberitahukan daddy tentang ini, mengerti?"
Pinta si pria itu. Langsung diambillah amplop itu oleh sang tangan kanan. Lalu berjalan keluar dari ruangan ini, yang menurutnya agak sesak oleh aura dari sang tuan muda.
Pria yang dipanggil Tuan Muda itu, hanya menatap diam ke arah pintu keluar. Ada sorot mata kesepian di sana.
🌻🌻🌻🌻🌻