NovelToon NovelToon
Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa Fantasi / Time Travel / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:648
Nilai: 5
Nama Author: Wira Yudha Cs

Di kehidupan sebelumnya, Max dan ibunya dihukum pancung karena terjebak sekema jahat yang telah direncanakan oleh Putra Mahkota. Setelah kelahiran kembalinya di masa lalu, Max berencana untuk membalaskan dendam kepada Putra Mahkota sekaligus menjungkirbalikkan Kekaisaran Zenos yang telah membunuhnya.
Dihadapkan dengan probelema serta konflik baru dari kehidupan sebelumnya, mampukah Max mengubah masa depan kelam yang menunggunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wira Yudha Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 KECELAKAAN

Wilayah Utara, Kastil kediaman Duke Froger Seorang wanita muda dengan gaun tidur putih pudar, sedang melihat rembulan dari jendela kamarnya. Rambut panjang wanita itu terurai

begitu indah. Bibir tipisnya sesekali menampakkan senyum kecil yang sangat menawan. Cahaya rembulan yang menyusup melalui kaca jendela membuat kulit wajahnya terlihat pucat

seperti orang berpenyakitan. Meski demikian, aura kebangsawanan wanita itu tetap terpancar melalui kedua sorot mata indah dan tempramennya yang anggun. "Apa kau sudah bertemu dengannya? Tidak, seharusnya bukan itu yang kutanyakan. Apa yang kau pikirkan? Jika kau lengah, maka kita

tak akan punya kesempatan lagi untuk memperbaikinya."

Wanita itu bermonolog seorang diri, sembari menghela napas lelah dan menunduk untuk menatap kedua telapak tangannya. Tangan itu mengepal dan rasa sesak kembali memenuhi dadanya.

"Ini yang terakhir, Aku harap kamu bisa mengubah semuanya. Aku percaya padamu.... Max," Wanita itu mengucapkan sebuah nama di akhir kalimatnya dengan bisikan.

"Nona, apa Anda belum tidur? Tuan Duke memanggil Anda untuk segera ke ruang kerjanya." Suara pelayanan wanita

menginterupsi lamunan wanita cantik di pinggir jendela itu. Segera dia mengusap kasar bulir bening di sudut mata, lalu mencoba tersenyum untuk menghilangkan semua ekspresi

menyedihkan di wajahnya.

"Lakukan apa yang harus kamu lakukan dan aku akan melakukan bagianku di sini. Aku hanya berharap waktu tidak berjalan begitu cepat. Aku selalu mendoakanmu, Max. Semoga di kehidupan kali ini takdir menuntun kita untuk bersama." Wanita itu bergumam di dalam hati, sembari berbalik dari jendela dan melangkah perlahan mendekati pintu.

***

Kekaisaran Zenos. Siang harinya, berita buruk segera menyebar ke seluruh penjuru kekaisaran. Putra Mahkota Julius Navelitan Zenos mengalami kecelakaan yang cukup parah akibat kereta kuda yang dia gunakan lepas kendali, hingga berakhir dengan menabrak binatang suci laba-laba berusia ribuan tahun. Julius mengalami luka cukup parah akibat benturan ketika kecelakaan, ditambah dengan luka fisik akibat serangan laba-laba raksasa. Untungnya, dia berhasil selamat setelah pertarungan yang cukup panjang. Di istana kekaisaran Zenos,

permaisuri Grace, Ibunda dari Putra Mahkota Julius cukup histeris ketika mendengar kabar bahwa anak kesayangannya terluka cukup parah. Wanita berbibir merah merekah itu dengan marah menghukum pancung semua prajurit yang mengawal Julius. Mereka dianggap tidak kompeten karena tidak bisa melindungi putra Mahkota Kekaisaran. Julius sendiri saat ini sedang berbaring di kamarnya dengan perban membalut luka di bagian tangan dan dahinya. Sebelah kaki pemuda itu

terkilir cukup parah. Nyaris lebih sepuluh tabib dikerahkan untuk membantu pemulihannya. Namun, luka yang dialami Julius cukup paralh karena mengandung racun laba-laba.

Sihir penyembuhan bahkan hanya bisa menghilangkan rasa sakitnya untuk sementara waktu.

"Oh Anakku tersayang, siapa yang memberikanmu kereta kuda itu? Dia pasti menginginkan kematianmu." Permaisuri Grace masih histeris di samping tempat tidur anaknya. Julius hanya menatap ibunya dengan tatapan bosan. Telinga pemuda

itu nyaris berdengung keras karena mendengar isak tangis dan raungan sang ibu.

"Julius! Katakan! Siapa yang memberikanmu kereta kuda itu?! Ibu akan menghukumnya?!" Suara Permaisuri Grace semakin meninggi, mendesak Julius untuk segera memberikannya jawaban. Sekali lagi Julius memutar matanya sebelum berkata, "Aku membeli sendiri kuda-kuda itu. Ini hanya kecelakaan. Salah satu kuda itu mungkin terkena sejenis racun hingga menyebabkan hilang kendali."

"Kalau begitu, Ibu akan meminta seseorang untuk memeriksa racun apa yang ada pada kuda itu," ucap Grace dengan tegas sembari mengusap punggung tangan putranya penuh dengan kasih sayang. Julius hanya menanggapinya dengan anggukan

kecil. Baru saja Julius hendak memejamkan mata, sekelebat ingatan tentang tadi malam kembali hadir di benaknya. Saat melewati pasar, Julius sangat yakin merasakan adanya hawa

membunuh begitu kuat yang ditujukan padanya. Apa kecelakaannya ada hubungannya dengan itu? Entahlah, meski sedikit curiga, Julius tidak bisa memastikannya.

***

Sementara itu, Max menyambut hari dengan penuh semangat. Ada sedikit rasa puas ketika dia mendengar kabar angin bahwa Julius mengalami kecelakaan karena salah satu kuda yang

menarik keretanya lepas kendali. Tentu saja Max tidak perlu repot-repot untuk berprasangka siapa yang melakukan hal itu, tentu saja itu ulahnya sendiri yang telah menusukkan jarum beracun pada salah satu kuda bajingan itu. Dari pagi hingga siang hari, Max mengemas semua barang yang ada di rumahnya. Sebagian besar dia simpan pada cincin penyimpanan dan sebagian lainnya dia tempatkan di gerbong

kereta kuda. Perpindahannya ke wilayah Utara tidak dapat ditunda terlalu lama. Max harus bangkit dan mengumpulkan kekuatan untuk menghancurkan Julius beserta Kekaisaran Zenos.

Keringat mengucur di dahi pemuda itu. Otot lengannya tampak menonjol ketika dia melakulkan beberapa peregangan kecil. Meski tubuh Max saat ini masih mnuda. Namun, jiwa yang

menempatinya adalah jiwa pria dewasa yang telah berusia 28 tahun. Beberapa hari ini, Max sering mengalami sedikit

keram pada ototnya saat sedang beraktivitas berlebihan.

Tengah malam nanti, Max berencana memboyong sang ibu

beserta Ansel untuk meninggalkan Kekaisaran Zenos. Max memilih tengah malam karena dia berusalha menghindar dari prajurit Zenos yang bersiaga di perbatasan. Sebenarnya

Max bisa mengambil rute lain selain melewati gerbang perbatasan. Namun, perjalanan ke wilayah Utara alkan

memakan waktu yang sangat lama.

"Max, Ibu ingin bertanya beberapa hal padamu." Max yang sedang mendudukkan diri di teras depan rumah segera mengalihkan pandang ke sumber suara. Riana keluar dari pintu reyot itu mendekati sang putra.

"Apa yang ingin Ibu tanyakan?" tanya Max tanpa mengubah posisinya.

"Jujur pada Ibumu ini, apa pekerjaanmu sebenarnya? Pakaian

yang kamu beli untukku dan kain sutra itu bahkan lebih dari 200 koin emas. Terlebih lagi kereta kuda itu. Ibu yakin harga lebih dari 1000 emas." Max tahu, cepat atau lambat sang

ibu pasti akan curiga dengan pengeluaran besar yang dilakukan. Namun, dia tetap menjawab pertanyaan ibu dengan tenang.

"Aku mengumpulkan banyak uang selama bekerja. Mengenai kepindahan kita ke wilayah Utara, sebenarnya itu sudah aku pikirkan dari jauh-jauh hari, Bu. Maka dari itu aku bekerja keras

untuk mengumpulkan banyak uang." Max berdehem kecil sebelum menambahkan, "seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, pekerjaanku adalah sebagai pemburu binatang suci. Permintaan yang berbeda, berbeda pula hasil yang kudapatkan." Riana masih menaruh curiga pada putranya ini. Dia tahu, sejak Max berusia 12 tahun, anak itu sudah cukup

pandai melakukan beberapa hal. Salah satunya adalah berburu. Baik itu bebruru binatang biasa maupun binatang suci. Namun, untuk mendapatkan koin emas begitu banyak rasanya tidak mungkin kalau hanya sekedar dari hasil perburuan. "Jangan melakukan hal-hal yang membuat Ibu khawatir, Max. Ibu tidak

pernah melihat secara langsung proses perburuanmu. Kamu bisa saja melakukan hal lain selain berburu." Riana menghela napas singkat sembari bersedekap dada.

"Aku tidak melakukan hal-hal berbahaya. Lagipula, berburu binatang suci tidak akan pernah lagi kulakukan. Setelah kita pindah ke Utara, aku akan bekerja di sana. Baik itu sebagai penambang ataupun pedagang. Ibu tidak perlu mengkhawatirkanku." Max berkata dengan nada yang sangat

meyakinkan. Riana pun mengangguk menyetujuinya. Akan lebih baik jika Max memiliki pekerjaan yang biasa saja. "Lalu, kapan kita akan pergi? Ke Utara pasti akan membutuhkan waktu perjalanan yang cukup lama."

"Tengah malam nanti. Kita akan pergi melalui gerbang perbatasan."

"Ayah! Apa roti kukus yang kamu beli masih tersisa? Ukurannya sangat kecil, aku hanya bisa memakannya dalam satu kali gigitan!" Ansel berteriak nyaring dari dalam

rumah. Max tertegun sejenak. Bocah itu benar-benar membuat Max sedikit sakit kepala. Max masih belum terbiasa dengan kehadirannya. Namun, setelah bocah itu ada, rumah rasanya sedikit memiliki warna. Tak berapa lama kemudian, kepala Ansel menyembul dari balik pintu. Dia mengintip ke arah Max yang masih duduk di teras. Riana yang memperhatikan tingkah lucu bocah itu tersenyum kecil dan mendekatinya. "Ingin roti kukus? Nenek akan membuatkan ukuran yang lebih besar."

Riana mengusap puncak kepala bocah itu dengan lembut.

Ansel tersipu. Dia diam-diam merasa malu. Ayah pasti berpikir dia adalah pemakan yang rakus. Buktinya saja, Max tidak berkata apa-apa selain menatapnya dengan tatapan setengah jengkel. Jadi, tanpa sadar bibirnya mencebik diikuti ekspresi sedih yang begitu kentara.

"Max! Kepala anak ini bisa berlubang jika kamu menatapnya

seperti itu!" Riana menegur Max dengan meninggikan suaranya. Max segera melembutkan ekspresi wajah dan tatapannya. "Jangan terlalu banyak memakan roti kukus. Itu tidak baik untuk kesehatanmu." Akhirnya Max hanya bisa

mengatakan hal itu dengan nada lembut. Dia tidak tega membuat bocah itu menangis hanya karena tatapan dan ketidakpeduliannya.

1
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!