Istri Simpanan Pemuas Tuan Eden
Ditengah hujan deras yang mengguyur sore itu, tampak seorang gadis berusia 20 tahun berlari dalam keadaan menyedihkan. Dia menangis, memikirkan keadaan ibunya yang saat ini terbaring tak berdaya dirumah sakit.
Kata-kata dokter terus terngiang ditelinganya. Dokter mengatakan bahwa ibunya harus segera melakukan transplantasi sumsum tulang belakang karena penyakit kanker darah yang dideritanya sudah semakin parah. Jika tidak segera dilakukan, akan berakibat fatal dan bisa menyebabkan kematian pada sang ibu.
Tanpa pikir panjang gadis itu menyetujui agar sang ibu dioperasi. Akan tetapi, untuk melakukan tindakan tersebut ternyata memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Gadis itu bingung. Jelas dia tidak memiliki uang. Bahkan gajinya sebagai kasir disebuah mini market kecil pun jelas tidak akan cukup walau hanya untuk membayar uang mukanya saja.
Itulah mengapa dia menangis. Bingung dan sedih bercampur menjadi satu. Kemana dia harus mencari pinjaman? Dia sudah berusaha menghubungi kekasihnya untuk meminta bantuan, tetapi sama sekali tidak ada jawaban. Hingga akhirnya nama sang bibi melintas dikepalanya.
Dengan penuh harap, gadis itu pulang kerumah bibinya. Tempat dimana dia juga tinggal disana. Berbekal uang seadanya, gadis itu pulang menggunakan kendaraan umum.
Sayangnya ditengah jalan, angkutan yang ditumpanginya mengalami mogok hingga memaksanya untuk turun dan berlari ditengah derasnya hujan karena dia tak memiliki banyak waktu.
*
*
Didalam sebuah rumah sederhana.
"Tentu saja kami menerima lamaranmu Nak Gio, iya kan Yah?" seorang wanita paruh baya berusia 48 tahun menoleh kearah sang suami yang duduk disampingnya sembari tersenyum lebar.
Sang suami yang usianya hanya berbeda dua tahun lebih tua dari sang istri membalas senyuman itu dan mengangguk.
"Ya, kami menerimanya." pandangan lelaki itu kini beralih pada dua sejoli yang duduk didepannya. "Jadi kapan rencana kalian akan menikah?"
Dua sejoli yang dimaksud itu pun tersenyum malu-malu dengan posisi sang wanita bergelendot manja dilengan sang lelaki.
"Secepatnya Paman. Karena Keisha sepertinya sudah tidak sabar untuk menjadi nyonya Giovani Albert." lelaki bernama Gio itu pun tersenyum nakal kearah sang kekasih bernama Keisha.
Keisha tersipu malu, dia memukul pelan pundak Gio. Kedua orang tua Keisha tertawa melihat tingkah putrinya tersebut.
"Kalau begitu, bagaimana jika bulan depan saja?" usul Rena yang tak lain ibu Keisha.
Gio tampak berpikir.
"Jika minggu depan bagaimana Bi? Karena bulan depan Ayah dan Ibu akan pergi keluar kota untuk urusan bisnis dan akan sangat lama disana. Saya takut jika ditunda-tunda Keisha akan dilamar oleh lelaki lain. Bagaimana menurutmu sayang? Tidak masalah bukan?" kini Gio bertanya pada Keisha.
"Ya, tidak masalah. Bukankah lebih cepat lebih baik?" jawab Keisha dengan enteng.
Rena dan Hendrik, ayah Keisha, saling menatap lalu tak lama keduanya mengangguk setuju sembari tersenyum lebar.
Kapan lagi putri semata wayang mereka dilamar oleh anak orang kaya pengusaha batu bara yang tentunya bisa mengangkat derajat mereka? Jelas mereka tak akan menyia-nyiakannya.
"Baiklah kalau begitu, minggu depan kita adakan resepsi besar-besaran!" seru Rena penuh semangat. Ekspresi Hendrik dan Keisha pun tak kalah semangatnya.
Sementara Gio hanya tersenyum tipis penuh arti.
*
*
"Bibi! Bibi Rena!"
Disaat keluarga bahagia itu sedang sibuk membicarakan tentang rencana pernikahan Gio dan Keisha, tiba-tiba dari luar rumah terdengar suara teriakan samar-samar seorang gadis yang mereka kenali, lalu tak lama gadis itu pun muncul diambang pintu dengan kondisi basah kuyup dan napas tersengal-sengal.
Siapa lagi jika bukan Elara. Gadis yang ibunya saat ini sedang dirawat dirumah sakit dan harus segera dioperasi.
Ketika Elara sampai didepan pintu, betapa terkejutnya dia saat mendapati kekasihnya disana.
"Gio?"
Gio sontak menegang kaku. Berbeda dengan Keisha dan orang tuanya yang tampak sinis menatap Elara.
"Elara."
Gio yang duduk disebelah Keisha bangkit berdiri, diikuti oleh Keisha.
"Gio kau disini? Apa kau tidak tahu sejak tadi aku menghubungimu?" tanya Elara.
"Jaga bicaramu Elara! Sekarang Gio adalah calon suamiku!" ketus Keisha. "Jadi jangan pernah menghubunginya lagi, mengerti?!"
Elara tampak shock mendengar ucapan sepupunya itu.
"Calon suami?" lirih Elara.
"Ya, Gio baru saja melamar Keisha! Mereka akan menikah minggu depan. Apa kau senang mendengarnya?" kini Bibi Rena yang menimpali seraya tersenyum sinis.
"Tidak. Tidak mungkin."
"Apanya yang tidak mungkin?!" Keisha menyahut. "Kau pikir, kau lebih baik dariku sehingga Gio tidak mungkin memilihku, eh?"
Pandangan Elara kini beralih pada Gio.
"Gio! Apa benar yang dikatakan mereka?!" Elara mencoba untuk tidak percaya sebelum dia mendengar langsung dari mulut lelaki itu.
"Maafkan aku Elara, tapi aku lebih memilih Keisha! Dia lebih cantik dan lebih segalanya darimu." jawab Gio lantang setengah berbohong.
Ya, pasalnya jika soal kecantikan jelas Elara jauh lebih unggul dari Keisha. Hanya saja alasan Gio meninggalkan Elara adalah karena Elara tak memiliki apapun. Tempat tinggal saja dia menumpang pada Bibinya.
Elara yang sakit hati atas pengakuan Gio, jelas tak bisa berbuat banyak. Saat ini ada hal yang jauh lebih penting dari pada harus memperebutkan lelaki murahan seperti Gio.
"Baiklah terserah padamu."
Elara memilih berjalan masuk kearah Bibinya. Tak peduli dengan pakaiannya yang basah dengan air menetes-netes kelantai.
"Bi, bisakah Bibi Rena membantuku? Sakit Ibu semakin parah Bi, dan secepatnya Ibu harus melakukan operasi transplantasi tulang sum-sum untuk menyelamatkan nyawanya. Aku tidak memiliki uang Bi. Bisakah Bibi meminjamkan uang dulu padaku? Aku janji akan menggantinya dengan mencicil dari gajiku Bi." lirih Elara seraya menggenggam tangan Bibinya.
Namun sayang, reaksi sang Bibi tak sesuai harapan. Rena menepis tangan Elara lalu mendorong tubuh keponakannya itu hingga jatuh terduduk.
"Akh!" Elara memekik sakit.
"Pinjam uang katamu?!" hardik Rena. "Mau berapa lama kau akan melunasinya, hah?! Untuk makan saja susah! Biarkan saja Ibumu mati, toh itu sudah takdirnya. Menyusahkan saja!"
"Bi!"
"Apa?!"
"Aku mohon Bi! Sekali ini saja, tolong aku, Bi! Aku janji akan membayarnya!" pinta Elara sambil memeluk kaki Rena.
Keisha yang melihat pemandangan itu tiba-tiba mendapatkan ide cemerlang. Dia menyeringai dan berjalan kearah sang ibu lalu berbisik.
Rena yang mendengar rencana putrinya ikut menyeringai.
"Baiklah aku akan membantumu. Tapi bukan aku yang akan meminjamkan uang padamu, melainkan temanku! Sekarang gantilah bajumu, kita akan pergi kesana."
*
*
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Kimo Miko
maaf ya thor agak lama mampir mampir dulu ke temen lainnya. semoga menguras energi dan emosi ada lucunya ya thor biar gak darting🤭😁
2025-09-23
0
vj'z tri
hei tapok sisan cangkem mu 🤬🤬🤬🤬,heran loh baru baca langsung buat emosi ni mahkluk astral 😤😤😤😤
2025-09-28
0
Ana Akhwat
Mampir menyimak cerita awal yang mulai memancing emosi😅
2025-09-24
1