Seharusnya, dengan seorang Kakak Kaisar sebagai pendukung dan empat suami yang melayani, Chunhua menjadi pemenang dalam hidup. Namun, kenyataannya berbanding terbalik.
Tubuh barunya ini telah dirusak oleh racun sejak bertahun-tahun lalu dan telah ditakdirkan mati di bawah pedang salah satu suaminya, An Changyi.
Mati lagi?
Tidak, terima kasih!
Dia sudah pernah mati dua kali dan tidak ingin mati lagi!
Tapi, oh!
Kenapa An Changyi ini memiliki penampilan yang sama dengan orang yang membunuhnya di kehidupan lalu?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miaomiao26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Dekrit
Pagi itu, rumah keluarga An diselimuti ketenangan yang langka.
Matahari menembus kisi-kisi dengan sinar hangat, memantul di lantai marmer yang dipoles mengkilap.
Para pelayan lalu-lalang mengerjakan pekerjaan mereka.
Angin sepoi-sepoi membawa aroma rempah dari dapur, dan seluruh halaman tampak tenang, seolah dunia menahan napas menunggu sesuatu yang penting.
Di tengah kesunyian itu, seorang kasim kekaisaran muncul di gerbang, membawa gulungan dekrit yang dibungkus kain emas.
Langkahnya mantap, wajahnya serius, seperti membawa sebuah keputusan yang akan mengguncang seluruh keluarga.
An Yuanzhen yang duduk di ruang belakang menoleh pada istrinya saat pengurus rumah menyampaikan berita kedatangan kasim dari istana kekaisaran.
"Suamiku, kenapa kasim istana mengunjungi rumah kita?" Nyonya An bertanya ragu.
Jenderal An menggeleng, rautnya tampak berat. "Kita akan tahu sebentar lagi," ujarnya, kemudian menoleh pada pengurus rumah tangga. "Biarkan An Changyi dan An Minghao datang."
"Ya, Tuan."
Raut An Yuanzhen semakin berat saat melihat kasim yang sedang duduk di ruang utama.
Wei Qiu, sang kepala kasim.
Dia bergegas menghampiri.
Kasim itu meletakkan tehnya dan bangkit. "Jenderal An," sapanya dengan penghormatan yang pantas.
Kening An Minghao mengerut, secara halus ia bertanya, “Kasim Wei… apa yang kau bawa?”
Kasim membungkuk hormat. “Jenderal An, dekrit ini… sesuatu yang baik.” Suaranya resmi, tetapi ada sedikit ketegangan yang tak bisa disembunyikan.
An Minghao yang baru saja datang mendengar ucapan kasim. Dia melihat raut khawatir ibunya, kemudian ayahnya.
Mereka menyadari bahwa sesuatu akan terjadi, mungkin bukan hal yang terlalu baik.
"Di mana Tuan muda kedua An?" tanya Kasim melihat hanya ada An Minghao di sana.
"Changyi sudah diberi tahu," jawab Jenderal An, "apakah ini berhubungan dengan Changyi?"
Kasim Wei hanya tersenyum dan mengangguk singkat.
Tidak lama kemudian, An Changyi yang terlihat baru bangun datang. Dia menyapa semua tetua dan berdiri diam, seperti pemuda bijaksana.
Kasim Wei mengangguk puas. "Karena Tuan muda kedua An sudah hadir, mari kita mulai."
Gulungan emas itu dibuka dan kasim Wei mulai membacakan dengan suara yang lantang dan jelas.
Seluruh keluarga otomatis berlutut. Kesunyian yang sempurna menyelimuti ruangan, hanya suara kasim yang bergema, membacakan setiap kata titah Kaisar dengan cermat.
“Dengan titah langit dan perintah Kaisar, Putra kedua Jenderal An Yuanzhen, An Changyi. Tampan dan berbakat. Telah memperoleh kehormatan dan persetujuan Kaisar untuk bersatu dalam ikatan suci pernikahan dengan Yang Mulia Putri Agung Murong Chunhua pada hari keempat bulan kedua, tahun kelima Tianyun. Semoga pernikahan ini membawa kebahagiaan dan kejayaan bagi Daliang.”
An Changyi menegang. Terkejut dengan isi dekrit itu, keningnya berkerut saat ia mendengarkan setiap kata dari awal hingga akhir.
Mata tajamnya menyapu ruangan, mencoba mencerna kenyataan bahwa ia tiba-tiba menikah dengan Putri Agung Murong Fangsu—seorang wanita yang ia hanya lihat sekilas kemarin.
An Changyi melirik Kasim Wei yang mengambil gulungan emas lain dari kasim muda yang menyertainya.
"Atas perintah Kaisar Murong Xuan. Demi kelangsungan pemerintahan dan kesejahteraan Kerajaan Daliang,
Ditetapkan bahwa An Changyi, Putra Jenderal An Yuanzhen, Jenderal Agung Daliang, diangkat sebagai Asisten Menteri Pekerjaan Umum, Pejabat Tingkat Empat. Dengan dekrit ini, segala hak, kewajiban dan kehormatan yang melekat pada Pejabat Tingkat Empat kini resmi menjadi milik An Changyi dan seluruh pejabat serta pengawal kerajaan diwajibkan untuk menghormati dan menaatinya."
Ketika dekrit selesai dibacakan, kasim menyerahkan gulungan emas itu kepada An Changyi. “Mohon terima dekrit ini, Menteri An.”
An Changyi menerima dengan hormat, suaranya tenang namun formal. “Saya berterima kasih kepada Kaisar… Panjang umur Kaisar.”
Sebelum para kamis beranjak pergi, An Minghao menyelipkan kantung berisi perak ke tangan kasim yang membacakan dekrit, menatap dengan maksud halus. "Semoga kasim tidak menganggap rendah rumah An."
Kasim menimbang kantung itu sebentar, merasakan beratnya, lalu mengingat kebaikan dan loyalitas keluarga Jenderal An yang sudah menahun menjaga negara. Dia mengembalikan kantung itu. “Pernikahan ini diminta oleh Sang Putri sendiri, Tuan. Jadi sebaiknya tidak menolak atau memprovokasi.”
Setelah itu, kasim menunduk kepada Jenderal An. “Selamat atas pernikahan Tuan Muda kedua dan selamat atas pengangkatan Menteri An.”
Jenderal An membalas dengan anggukan hormat. Kasim Wei kemudian meninggalkan ruangan dan suasana kembali tertutup hanya untuk keluarga inti.
Ibu An tampak paling gelisah. Matanya berkedip, penuh kekhawatiran. “Suamiku, apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba Yang Mulia menganugerahkan pernikahan?"
"Ini, aku juga tidak tahu," jawab Jenderal An, ragu.
"Kasim Wei bilang, pernikahan ini adalah permintaan Putri Agung," ujarnya, kemudian melihat ayahnya. "Apakah ayah pernah mendengarnya?"
An Yuanzhen mengangguk, "akhir-akhir ini memang ada rumor diistana. Katanya, Yang Mulia dibuat pusing oleh permintaan Putri Agung," jelasnya, "aku hanya tidak menyangka ini berhubungan dengan Changyi."
Nyonya An menggenggam lengan suaminya. "Suamiku, masih ada waktu sebelum musim semi, bisakah pernikahan ini dibatalkan?"
Kening Jenderal An mengerut dalam. Dia terdiam sejenak, kemudian menggeleng. “Tidak mungkin menolak dekrit yang dianugerahkan Kaisar."
"Da Lang, pikirkan sesuatu. Kita tidak mungkin membiarkan Er Lang menikahi Putri Agung!" Nyonya An berbalik, menatap putra sulungnya."
An Minghao tertunduk. "Dekrit sudah diterima, kecuali karena alasan yang sah, pernikahan tidak bisa dibatalkan."
Nyonya An menghempaskan dirinya ke kursi. Dia menatap gulungan emas yang terbuka. "Bagaimana nasib Er Lang?" desahnya, "menikahi wanita kejam dan bernafsu."
Tatapan An Changyi masih terpaku pada gulungan emas itu, keningnya berkerut. Dia masih tidak tahu bagaimana dia sanggup menarik minat wanita berkuasa ini. Mereka tidak pernah bersinggungan—atau pernah.
Hanya sekali.
Mungkinkah Putri Agung mengenalinya dari pandangan singkat itu?
Akan tetapi, apapun alasannya dan bagaimanapun keadaannya, kakak dan ayahnya benar, pernikahan ini memang tidak bisa dibatalkan.
An Changyi menghela napas, kemudian setengah berlutut di depan ibunya. Dia mengenggam tangan ibunya. "Ibu, itu salah. Yang benar adalah Putri Agung menikahiku."
Nyonya mengetuk kening An Changyi, wajah cantiknya cemberut. "Bagaimana kamu masih bisa bercanda?" tegurnya, "ini tentang pernikahanmu!"
An Changyi meraih tangan ibunya, mengenggamnya erat. “Bu, kamu tenang saja. Tidak ada yang akan merugikanku," bujuknya, "kemarin Putri melihatku sekali dan hari ini dekrit datang, itu pasti Putri yang jatuh cinta padaku." An Changyi tersenyum percaya diri, membuatnya mendapat hadiah tamparan bahu yang cukup kuat dari An Minghao.
“Ini bukan permainan, jangan meremehkannya," tegur An Minghao.
An Changyi meringis, dia mengusap bekas tepukan beberapa kali sambil berkata, "Sebenarnya, penikahan ini bukan hal paling berbahaya."
Seperti diingatkan, wajah jenderal An seketika berubah muram.
"Aku baru saja diangkat menjadi pejabat tingkat empat, Kakak memegang posisi Kapten pengawal kekaisaran dan Ayah memegang setengah pasukan Daliang," ujar An Changyi, "takutnya, Yang Di sana tidak akan tenang."
Nyonya An tidak berasal dari keluarga bangsawan dan tidak begitu mengerti intrik rumit di dalamnya, tetapi dia masih memiliki akal sehat untuk mencerna ucapan putra bungsunya.
Keluarga mereka memegang terlalu banyak kekuasaan dan Kaisar tidak akan membiarkannya.
"Suamiku, Da Lang.... "
Jenderal An melihat kekhawatiran di wajah istrinya. Dia menarik wanita itu mendekat, mengusap rambutnya. "Tidak akan ada masalah, Yang Mulia ... bukan penguasa yang tidak masuk akal."
"Itu benar, tetapi tidak ada salahnya untuk lebih berhati-hati."
An Minghao menyetujui ucapan An Changyi dan berkata, "Kamu juga harus berhati-hati. Setelah ini, berhentilah mengunjungi rumah bordil."
An Changyi hanya berdecak sekali, kemudian pergi dengan senyum dan senandung kecil.
Entah kenapa, An Minghao merasa adiknya sedang merencanakan sesuatu.
Sementara itu, ketika Istana Jenderal diaduk oleh datangnya dekrit, Istana Putri masih sangat tenang.
Bunga-bunga yang seharusnya mekar masih mekar, para pelayan masih bekerja dengan tertib, seolah dekrit pernikahan tidak lebih dari menambah satu sumpit di meja makan.
Dengan kata lain, tidak ada yang istimewa.
Chunhua duduk di dipan dengan posisi setengah berbaring. Gulungan dekrit masih tergeletak di meja kecil samping dipan.
Di depannya, Jing Zimo sedang berlutut dengan punggung tegak.
Chunhua mengamati paras tampan pria itu dan harus mengakui bahwa selera Murong Chunhua benar-benar sama dengannya.
Dulu, saat lapar, dia juga akan mencari pria-pria seperti ini.
Tanpa sadar Chunhua menjilat taringnya yang kecil.
Di dalam buku, pria ini adalah orang yang mengkhianati Murong Chunhua.