NovelToon NovelToon
Lewat Semesta

Lewat Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia risti

Anara adalah siswi SMA berusia 18 tahun yang memiliki kehidupan biasa seperti pada umumnya. Dia cantik dan memiliki senyum yang manis. Hobinya adalah tersenyum karena ia suka sekali tersenyum. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan Fino, laki-laki dingin yang digosipkan sebagai pembawa sial. Dia adalah atlet panah hebat, tetapi suatu hari dia kehilangan kepercayaan dirinya dan mimpinya karena sebuah kejadian. Kehadiran Anara perlahan mengubah hidup Fino, membuatnya menemukan kembali arti keberanian, mimpi, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia risti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Besok hari, setelah pulang sekolah. Anara berdiri canggung di barisan peserta baru, mengenakan seragam olahraga lengkap dengan pelindung lengan yang sedikit longgar. Busur di tangannya terasa asing, dan anak panah pertama bahkan nyaris jatuh sebelum sempat ia tarik.

Pak Hadi menggeleng sambil tersenyum,

“Pegangnya jangan kayak megang sapu, Anara.”

“Maaf, Pak,” jawab Anara dengan senyum malu-malu.

Di sisi lain lapangan, Fino hanya mengamati dari kejauhan. Ia datang bukan untuk ikut latihan, tapi hanya sekadar lewat.

“Gimana? Masih nggak tertarik?” Tanya Pak Hadi menghampiri Fino.

Fino tidak langsung menjawab, hanya menatap ke arah Anara yang kini mengangkat busur lagi dengan ekspresi serius—meski anak panahnya kembali melenceng jauh dari target.

“Dia serius loh, sampai bela-belain ikut kelas panah cuma biar kamu balik,” lanjut Pak Hadi pelan.

Fino menarik napas panjang.

Beberapa menit kemudian, Anara nyaris terjatuh saat mencoba menarik busur lebih kuat. Namun sebelum ia sempat menyentuh tanah, tangan kokoh menahan lengannya.

“Pegangnya salah,” suara itu muncul tepat di samping telinganya.

Anara terkejut. “Fino?”

Fino mengambil busur dari tangannya dan memperagakan cara menarik anak panah yang benar. “Lihat... jari telunjuk dan tengah di bawah, jari manis di atas. Tarik pakai punggung, bukan lengan.”

Anara hanya bisa mematung, tak percaya Fino benar-benar datang mendekat dan membantu.

“Ayo, coba lagi,” ucap Fino, sedikit lebih pelan.

Dengan gemetar, Anara mengikuti instruksinya. Kali ini anak panahnya meluncur lebih lurus, meski belum tepat sasaran.

Namun ia tersenyum lebar. “Aku kena garis tengah!”

Fino mengangguk, sudut bibirnya terangkat sedikit.

Mereka tidak menyadari tatapan kagum dari para peserta lain—terutama dari Pak Hadi yang tersenyum puas dari kejauhan. Karena untuk pertama kalinya dalam dua tahun, Fino kembali berdiri di lapangan panahan. Dan kali ini, bukan karena paksaan—tapi karena seseorang yang membuatnya percaya lagi.

Anara menoleh cepat ke arah Fino, wajahnya masih dipenuhi semangat.

"Kamu lihat itu? Aku berhasil!" katanya dengan mata berbinar.

Fino mengangguk pelan. “Nggak buruk,” jawabnya singkat, tapi nada suaranya tak lagi dingin seperti kemarin-kemarin.

Anara tertawa kecil. “Cuma ‘nggak buruk’? Aku hampir kena garis tengah, loh!”

Fino mengangkat alis, sudut bibirnya terangkat sedikit. “Baru hampir. Kalau kena tengah, baru Aku bilang keren.”

“Aku akan buktiin!” seru Anara semangat, lalu mengambil satu anak panah lagi dan mencoba menirukan arahan Fino tadi.

Panah itu terbang, kali ini lebih baik. Masih belum tepat sasaran, tapi cukup untuk membuatnya melompat kecil kegirangan. Sementara Fino hanya berdiri di belakangnya, menyilangkan tangan di dada, menatap dengan tatapan yang berbeda.

Beberapa siswa mulai memperhatikan mereka, sebagian mulai berbisik.

“Itu Fino, kan?”

“Dia balik ke panahan?”

“Gara-gara cewek itu ya?”

Tapi Fino tidak mempedulikan semua itu, Karena dia sudah memutuskan. Dia akan kembali ke memanah.

**

Setelah latihan memanah, Anara bersiap pulang bersama Fino. Langit mulai berwarna jingga, senja turun perlahan. Namun langkah mereka terhenti saat Bagas tiba-tiba muncul dari arah gerbang sekolah. Wajah pria itu tetap sama—polos dan ceria seperti biasanya.

“Kalian udah baikan?” tanyanya sambil menatap Fino lalu Anara bergantian.

“Emangnya aku sama Fino berantem? Enggak, ya,” jawab Anara sambil cengengesan.

“Ah, terserah lah. Pokoknya Aku nggak suka. kamu jadi jauh dari aku.” Bagas mengerucutkan bibir.

Anara tersenyum kikuk, merasa sedikit tidak enak juga. Perlahan ia merangkul leher Bagas dan berkata lembut, “Kamu ini tetap teman terbaik aku kok. Jangan cemburu gitu. Kita kan… sama—teman.”

Bagas mendengus pelan, tapi ia tersenyum juga pada akhirnya. Fino hanya berdiri di samping, melihat tingkah mereka dengan senyum kecil yang nyaris tak kentara.

Namun, momen itu terputus saat ponsel Fino tiba-tiba berdering. Ia sedikit menjauh, menerima panggilan dengan nada datar,

“Halo?”

Saat suara itu terdengar ekspresi wajahnya perlahan berubah.

Tatapannya menegang. Nafasnya jadi berat. Tangannya mengepal tanpa sadar.

Begitu panggilan selesai, Fino kembali mendekat—wajahnya datar.

“Ada apa?” tanya Anara cepat, menyadari perubahan ekspresi Fino yang mendadak tegang.

“Kita nggak bisa pulang bareng, aku harus pulang sekarang ” jawab Fino singkat, suaranya terdengar berat.

“Nggak apa-apa, Fin. Hati-hati, ya.”

Fino menatapnya sejenak, seperti ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi ia hanya mengangguk pelan dan bergegas pergi.

Anara memperhatikan punggung Fino yang semakin menjauh, tatapannya diam-diam mengandung rasa khawatir. Namun belum sempat ia larut dalam pikirannya, suara Bagas tiba-tiba memotong.

“Aku, kamu… sejak kapan dia jadi seakrab itu sama kamu?” Protes Bagas, menatap Anara dengan ekspresi nggak suka.

Anara menoleh cepat. “Apa sih, Gas? Kenapa emangnya?”

Kamu juga manggil aku gitu.”

“Tapi—”

“Udah, ayo…” potong Anara sambil tersenyum kecil dan menarik lengan Bagas pelan. “Anter aku pulang.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!