NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Nikah Kontrak / Penyesalan Suami / Dokter / Menikah Karena Anak
Popularitas:17.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Ujian nyata rumah tangga

...0o0__0o0...

...Begitu kata-kata Langit selesai terucap, suasana ruang tamu hening. Hanya suara isakan kecil yang terdengar dari mulut Nesya. Tangannya bergetar, tubuhnya seperti tak kuat menanggung keputusan itu....

...Dengan tiba-tiba, ia berdiri, kursi yang di dudukinya bergeser keras mengenai lantai. Wajahnya basah air mata, matanya merah penuh kepedihan....

...“Kalau begitu… aku nggak sanggup lagi!” suaranya pecah, penuh luka....

...Tanpa menunggu jawaban siapapun, Nesya berlari ke arah kamarnya....

...BRAK...!...

...Pintu kamar di banting keras hingga menggema di seluruh rumah....

...Jingga terkejut, tubuhnya menegang. Ia hendak berdiri untuk menyusul, tapi Ummi menahan lengannya....

...“Biarkan dulu, Nak… hatinya sedang terbakar api. Kalau kita dekati sekarang, hanya akan menambah luka.”...

...Langit duduk kaku, kepalanya tertunduk, kedua tangannya mengepal di lututnya. Nafasnya berat, seolah sedang menahan badai dalam dadanya....

...Ummi memandang Langit lekat-lekat. “Nak, inilah ujian rumah tangga. Kamu harus lebih kuat dari ini. Ingat pesan Abamu… jangan ada talak. Jangan ada kezhaliman.”...

...Jingga menunduk, matanya berkaca-kaca. Ia berbisik lirih, hampir tak terdengar, “Aku… aku yang bikin Kak Nesya tersiksa. Kalau aku pergi, mungkin semuanya akan tenang…”...

...Langit menoleh cepat, menatap Jingga dengan sorot tajam tapi lembut. “Tidak, Jingga. Kamu tidak salah. Jangan pernah merasa begitu.”...

...Ummi mengelus punggung Jingga menenangkan, lalu berkata tegas, “Kalian berdua jangan mudah bicara tentang pergi atau berpisah. Itu jalan syaitan. Yang harus kalian lakukan sekarang adalah sabar, saling menundukkan ego, dan mendekat kepada Allah.”...

...Sementara itu, dari balik pintu kamar, terdengar suara isak keras Nesya. Jerit tangisnya membuat seluruh isi rumah terasa sesak, seolah malam itu menjadi saksi betapa rapuhnya hati seorang istri pertama yang berperang dengan luka hatinya sendiri....

...0o0__0o0...

...Langit hendak berdiri untuk pergi kamar Nesya, namun tiba-tiba matanya tertuju pada wajah Jingga. Gadis itu masih menunduk, sesekali mengusap air matanya dengan tangan gemetar....

...Tiba-tiba, Langit melihat noda merah di sisi jilbab putih Jingga. Ia terbelalak. “Astaghfirullah… Jingga, pelipis mu berdarah!”...

...Jingga tersentak, tangannya menyentuh pelipis. Saat di tarik, ujung jarinya berlumuran darah segar. Wajahnya pucat, meski ia berusaha tersenyum tipis. “Ah… sepertinya tadi waktu aku jatuh, kepalaku kena ujung meja. Nggak apa-apa, Kak…”...

...“Nggak apa-apa apanya!” suara Langit meninggi, penuh amarah dan panik. “Kamu luka, Jingga! Kenapa baru sekarang aku sadar ?”...

...Langit buru-buru mengambil kotak P3K di lemari kecil ruang tamu. Dengan tangan sedikit gemetar, ia membersihkan luka itu dengan kapas antiseptik....

..."Ssstt..!" Jingga meringis pelan, menahan perih, tapi tetap diam patuh....

...“Jangan di tahan sakitnya,” gumam Langit lirih sambil meniup pelipis Jingga agar tidak terlalu perih. “Maafkan aku… aku nggak bisa jaga kamu dengan baik.”...

...Air mata Jingga kembali jatuh, bukan hanya karena perih luka, tapi karena kelembutan yang baru saja ia rasakan. “Aku… aku nggak apa-apa, Kak. Luka ini kecil. Yang jauh lebih sakit itu hati Kak Nesya…”...

...Langit berhenti sejenak, menatap Jingga dalam-dalam. Wajahnya menegang, campuran marah, sedih, dan penuh penyesalan. Ia meraih sisi kepala Jingga dengan hati-hati, lalu berkata dengan suara rendah tapi tegas, “Mulai malam ini, aku janji nggak akan biarkan siapapun menyakiti mu lagi. Bahkan… meski itu istriku sendiri.”...

...Ummi yang menyaksikan dari samping terdiam, air matanya menetes. Ia tahu, luka di pelipis Jingga hanyalah permulaan. Luka yang sebenarnya jauh lebih dalam, ada di hati masing-masing....

...Langit duduk berlutut di hadapan Jingga. Kotak P3K sudah terbuka di atas meja kecil. Tangannya sedikit gemetar saat meraih kapas dan botol obat merah....

...“Diam saja ya, Jingga… jangan bergerak,” ucapnya lirih, nadanya lembut namun tegas....

...Jingga hanya menunduk, kedua tangannya menggenggam ujung gamisnya erat-erat. Ia menahan perih, tapi lebih menahan gejolak hatinya sendiri....

...Langit merapatkan tubuhnya, lalu dengan hati-hati menempelkan kapas yang sudah di basahi obat merah ke pelipis Jingga. Begitu terasa perih, Jingga meringis kecil, matanya terpejam....

...“Perih ya ?” tanya Langit cepat, suaranya panik. Ia meniup pelan di sekitar luka itu agar rasa sakitnya berkurang. “Sabar, sebentar saja… aku janji nggak akan lama.”...

...Tiupan hangat Langit membuat wajah Jingga memerah. Dadanya berdebar hebat, tapi ia tetap diam, berusaha tidak memperlihatkan gejolak batin....

...Langit lalu menempelkan plester kecil di atas pelipis Jingga. Setelah itu, ia berhenti sejenak, menatap wajah lembut istrinya yang masih basah air mata. Tangannya refleks terangkat, mengusap perlahan sisa air mata di pipi Jingga....

...“Harusnya aku yang terluka, bukan kamu…” bisik Langit pelan, penuh penyesalan. “Kamu nggak pantas dapat ini, Jingga. Kamu terlalu baik untuk di sakiti.”...

...Jingga tertegun, bibirnya bergetar, tapi ia hanya mampu berkata lirih, “Aku… aku nggak apa-apa, kak. Luka ini kecil. Yang penting… kak Langit jangan marah sama Kak Nesya.”...

...Langit terdiam, dadanya terasa sesak. Ia menunduk sebentar, lalu kembali menatap Jingga dengan sorot mata yang dalam. “Kamu selalu begitu ya… lebih peduli sama orang lain daripada diri sendiri.”...

...Jingga hanya tersenyum tipis, meski air matanya masih jatuh....

...Setelah plester terpasang rapi di pelipis Jingga, Langit menutup kotak P3K dengan pelan. Suara klik dari kotak itu seakan menjadi satu-satunya bunyi di ruang tamu yang sunyi....

...Langit masih duduk di hadapan Jingga. Ia menunduk, menatap ujung jemarinya yang masih sedikit bergetar. Sesekali matanya melirik ke arah wajah Jingga yang menunduk dalam, seolah berusaha menyembunyikan perasaannya....

...Keheningan panjang tercipta. Hanya terdengar detak jam dinding dan helaan napas mereka yang tak beraturan....

...Jingga meremas gamisnya erat-erat. Hatinya berdegup kencang, bukan hanya karena rasa perih di pelipisnya, tapi karena kelembutan Langit yang baru saja ia rasakan. Ia ingin berbicara, tapi takut kata-katanya justru menyinggung....

...Langit sendiri memejamkan mata sejenak, menahan sesak di dadanya. Ada perasaan aneh yang mengalir, campuran iba, tanggung jawab, dan sesuatu yang belum pernah ia izinkan tumbuh sejak pernikahan ini dimulai....

...“Jingga…” akhirnya ia bersuara pelan....

...Jingga tersentak, kepalanya terangkat, menatap Langit dengan mata basah. “I-ya, Kak, Kenapa ?”...

...Langit terdiam beberapa detik, lalu menggeleng pelan. “Sudahlah… istirahat. Jangan banyak dipikir. Luka kecil bisa sembuh… tapi hati, kita sama-sama harus di jaga.”...

...Jingga menelan ludah, lalu mengangguk pelan. “Iya, Kak.” Suaranya lirih, nyaris bergetar....

...Ummi yang duduk di samping mereka menghela napas panjang, hatinya ikut bergetar melihat pemandangan itu. Ia sadar, malam itu hubungan mereka bertiga baru saja berubah—semakin rapuh, tapi juga semakin nyata....

...0o0__0o0...

...Malam itu, rumah Alfaruq sunyi. Hanya suara jangkrik dari halaman yang terdengar, menemani gelap yang perlahan menyelimuti....

...Di ruang kerjanya, Langit duduk sendiri. Lampu meja kecil menyala redup, memantulkan bayangan wajahnya yang letih. Di hadapannya terbuka kitab tafsir dan mushaf Al-Qur’an, tapi matanya kosong, tak bisa fokus membaca....

...Tangannya menggenggam kepala, rambutnya sedikit acak. Helaan napas berat keluar berulang kali....

...“Ya Allah…” bisiknya pelan, suara yang pecah menandakan betapa berat hatinya. “Aku takut… aku takut menzalimi mereka. Aku takut salah melangkah. Aku seorang suami, tapi hatiku sendiri kacau.”...

...Bayangan wajah Nesya muncul—tangisan, amarah, dan luka yang begitu dalam. Ia tahu, istrinya itu tersiksa. Namun bersamaan, wajah Jingga ikut terbayang—air matanya, pelipisnya yang berdarah, dan kelembutan yang ia tunjukkan meski di sakiti....

...Langit memejamkan mata, dadanya sesak. “Kenapa semua terasa salah ? Aku ingin melindungi mereka berdua, tapi malah membuat keduanya terluka.”...

...Langit membuka mushaf, menatap ayat yang berbicara tentang keadilan dan amanah. Air matanya jatuh tanpa ia sadari....

...“Kalau aku gagal adil, ya Allah… aku takut aku tidak layak menjadi suami mereka. Aku takut Engkau murka.”...

...Dalam hening itu, terdengar suara pintu kamar terbuka pelan. Langit mengangkat wajah. Dari jauh, sosok Ummi berdiri dengan wajah teduh....

...“Nak…” suara Ummi lembut tapi penuh makna. “Kalau hatimu berat, jangan di pendam sendirian. Ingat, Allah tak pernah jauh. Berserah-lah, bukan menyerah. Jangan biarkan badai di hatimu membuat mu goyah sebagai imam.”...

...Langit menunduk, air matanya jatuh lagi. “Ummi… aku takut gagal.”...

...Ummi mendekat, mengelus bahu anaknya. “Justru karena kamu takut, berarti kamu masih ingat Allah. Jangan lepaskan doa, jangan lepaskan sabar. Allah tahu siapa yang benar-benar berjuang menjaga amanah-Nya.”...

...Malam itu, Langit hanya bisa menangis dalam diam. Hatinya bergemuruh, sementara di dua kamar berbeda, Nesya menangis sendirian, dan Jingga terlelap dengan hati yang masih perih....

...0o0__0o0...

1
Arsifa Masyid
bab awal bagus 💪💪
Meimei Meongst
akhirnya cerai juga 🤭🤭🤭🤭
Meimei Meongst
lanjutkan💪
Meimei Meongst
jingga spek bidadari dibandingkan dengan Nesya spek lampir. 🤣🤣🤣
Meimei Meongst
sabar jingga💪💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪
jigong Majong
nyahok lo nesya. lagian udah dapat suami bonus mertua baik...masih aja bertingkah lo. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Sunaryati
Itu akibat sikap keras kepala kamu yang memaksa Langit beristri lagi padahal sudah menolak. Setelah Langit dan Jingga melaksanakan kewajiban sebagai suami istri kamu jadi sakit hati dan bertindak anarkhis, pada Jingga Sebenarnya disayangkan kamu tersingkir. Mungkin jodohmu dengan Langit hanya sampai segitu Nesy.
Lana Ngaceng
pada akhirnya Nesya yang terdepak dari rumah tangganya sendiri dan Sekarang hidup jingga aman damai sentosa 😄😄😄😄
Meimei Meongst
semangat💪💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪💪
Meimei Meongst
nyimak🤭🤭🤭🤭
Meimei Meongst
lanjutkan thor💪💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪💪
Meimei Meongst
lanjutkan💪💪💪
Meimei Meongst
💪💪💪💪
Meimei Meongst
lanjutkan💪💪💪
Meimei Meongst
semangat💪💪💪
Meimei Meongst
lanjutkan💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!