*** Menjadi pemuas nafsu suami sendiri tetapi mendapat bayaran yang sangat besar. Itulah yang keseharian dilakukan Jesica Lie dan suaminya yang bernama Gavin Alexander. Status pernikahan yang di sembunyikan oleh Gavin, membuat Gavin lebih mudah menaklukan hati wanita manapun yang dia mau sampai tak sadar, jika dirinya sudah menyakiti hati istrinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Drt … Drt ….
Ponsel Gavin berdering, dan Gavin langsung keluar dari kamar istrinya.
"Hallo." ucapnya setelah panggilannya tersambung.
"Sebentar lagi, aku sampai di bandara. Kamu bisa jemput aku kan?" tanya seseorang di sebrang sana.
"Ini sudah malam dan aku sangat lelah. Kamu bisa cari taksi." jawab Gavin lalu mematikan panggilannya sepihak.
Gavin masuk kedalam kamarnya dan tidur.
Ke esokkan harinya.
Jesica perlahan membuka kelopak matanya saat merasakan sinar hangat di wajahnya. Dia terkejut saat melihat jam di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 7 pagi. Beruntung hari ini, hari libur.
Jesica bergegas turun dari ranjang dengan tangan yang terus memegang ponselnya.
"Astaga, Robert mengucapkan selamat pagi untukku." ucapnya, tak terasa kedua sudut bibirnya tertarik keatas. "Huh, entah kenapa, aku jadi semangat!"
Jesica keluar dari kamar dengan sesekali bersenandung. "Yey, akhirnya aku punya teman cerita. Aku sangat senang!" gumamnya sembari menuruni tangga.
Setelah di lantai dasar, Jesica mendengar suara ketukan dari pintu utama.
Tok … Tok ….
Ting …. Tong ….
"Siapa yang bertamu pagi-pagi?" ucap Jesica lalu berjalan menuju pintu.
"Tunggu sebentar!" teriak Jesica. "Tamu tidak sabar!" gerutunya.
Krek …
Pintu dibuka oleh Jesica. "Cari siapa?" tanya Jesica yang menatap penampilan wanita di hadapannya.
"Kamu siapa? Kenapa kamu ada di rumah calon suamiku?" jawab wanita itu yang melepas kacamata hitamnya.
'Calon suami? Jadi, selama ini Mas Gavin punya tunangan? Tapi kenapa dia tidak bicarakan hal ini padaku?' batin Jesica.
"Minggir! Aku mau masuk! Jangan halangi aku!" teriak wanita itu yang berusaha menerobos masuk ke dalam rumah.
Gavin yang baru saja turun dari lantai dua pun mendengar teriakan tersebut.
"Blade!" ucap Gavin lirih.
"Gavin," teriak wanita yang ternyata bernama Blade. Dia langsung memeluk tubuh Gavin erat.
"Sayang, Aku telfon kamu tapi tidak di angkat! Aku capek tahu! Dari tadi malam, aku ada di depan teras rumahmu! Aku coba ketuk pintu, pencet bel rumah, tapi tidak ada yang membukakan pintu rumah ini! Dan tadi, saat pintu rumah terbuka, aku melihat seorang wanita. Jangan bilang, kamu selingkuh di belakang aku?"
Gavin berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Blade. Tak sengaja, ekor matanya melihat Jesica yang sedang berdiri tak jauh darinya.
"Coba jelaskan, siapa wanita itu, sayang!" ucap Blade setelah melepas pelukannya.
"Dia bukan siapa-siapa." jawab Gavin.
"Kamu tidak selingkuh dari aku, kan?" tanya Blade lagi.
"Blade! Aku harus ke kantor! Dan pulanglah ke rumahmu. Ingat, kamu masih punya rumah." pinta Gavin yang merapikan penampilannya.
"Kantor?" Blade menyilangkan tangannya di dada. "Ini hari libur, Sayang! Jangan becanda, deh!"
'Apa! Ini hari libur? Kenapa aku bisa lupa!' gumam Gavin dalam hati.
"Sebentar lagi, kita mau menikah. Jadi, aku memutuskan untuk tinggal disini. Ya, aku bisa belajar melayani kamu sebelum menikah, sayang! Bukankah kamu senang, kalau aku tinggal di sini? Orang tuaku sangat setuju kalau aku tinggal di sini bersamamu."
"Aku tidak bisa, Blade!" jawab Gavin membuat Blade kesal.
Blade menghentakkan kedua kakinya bergantian. "Sayang, kenapa? Apa alasannya, ha? Apa jangan-jangan karena wanita itu?" Blade menatap sinis Jesica.
"Dia tidak ada hubungannya dengan masalah kita." ucap Gavin.
"Lalu apa?" tanya Blade.
"Kamu tidak bisa jelaskan siapa wanita itu, kan?" ucapnya lagi.
"Gavin!" teriak Boy yang baru saja datang menggunakan pakaian santainya.
Blade dan lainnya menatap kearah Boy.
Langkah Boy terhenti saat melihat sahabatnya yang rapi.
"Wow, rapi sekali? Apa kau lupa, kalau hari ini hari libur, hem?" ucap Boy lalu melihat wanita di samping Gavin. "Em, siapa dia?"
"Perkenalkan, namaku Blade! Aku calon istri dari Gavin." jawab Blade yang melingkarkan tangannya ke tangan Gavin.
"Wow, kamu tidak pernah cerita kalau kamu punya pacar, Gav! Apa aku tidak dianggap sahabatmu lagi, hem?" tanya Boy yang mengulurkan tangannya kepada Blade. "Selamat untukmu karena sudah bisa menaklukan hati Gavin yang kaku ini."
"Haha … sama-sama. Kamu teman dari Gavin?" tanya Blade menerima uluran tangan Boy.
"Oh, perkenalkan namaku, Boy. Aku adalam sahabat Gavin." jawab Boy dengan senyum manisnya.
"Okey, sahabat Gavin? Dan dia siapa? Kenapa dia ada di rumah calon suamiku?" tanya Blade menunjuk kearah Jesica.
"Oh, Jesica? Dia pembantu di rumah ini." jawab Boy lalu meminta Jesica untuk mendekat.
'Pembantu? Masih muda sudah jadi pembantu?' gumam Blade dalam hati.
Jesica mendekat kearah Boy. "Jesica, perkenalkan dirimu ke calon istri Gavin." pinta Boy.
Jesica mengulurkan tangannya. "Jesica." ucapnya.
Blade tidak menerima uluran tangan Jesica. "Aku tidak bisa bersentuhan dengan tangan kotor." ucapnya.
"Sayang, kamu pecat aja pembantu itu. Dia masih muda. Kamu cari pembantu yang sudah tua, jadi sudah berpengalaman. Aku tidak mau, pembantu itu membebani hidupmu." pinta Blade.
"Aku antar kamu pulang ke rumah!" ucap Gavin menarik tangan Blade.
"Jangan tarik-tarik, tanganku nanti sakit." keluh Blade membuat Gavin menggeram kesal.
"Pembantu! Tolong antarkan koperku ke kamar calon suamiku." pinta Blade.
"Blade!" ucap Gavin dengan tatapan yang menusuk.
"Kenapa sayang? Ayolah, kita sudah biasa tidur—"
"Wow, jangan dilanjutkan Nona, karena aku sangat iri dengan Gavin." Boy memotong ucapan Blade.
Gavin berjalan keluar rumah meninggalkan semua orang. Dia mengendarai mobilnya. Blade berusaha mengejar Gavin tetapi dia gagal.
"Gavin, sayang!" teriak Blade.
Jesica memasukkan koper Blade kedalam kamar pribadi Gavin.
'Ya Tuhan, kenapa aku jadi panik dan bingung? Aku takut, kalau aku di tinggalkan Mas Gavin, jujur saja … aku sudah jatuh cinta padanya. Walaupun, aku juga bergantung uang dari Mas Gavin untuk pengobatan ibu.' gumam Jesica dalam hati. Tanpa terasa, air mata lolos dari pelupuk mata. Dan secepatnya dia hapus.
Jesica keluar dari kamar pribadi suaminya dan menemui Blade juga Boy yang sedang mengobrol di ruang tamu.
"Maaf, Nona dan Tuan. Pekerjaan saya sudah selesai. Saya izin mau ke rumah sakit." ucap Jesica membuat Boy menatapnya.
"Ke rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit, Jes?" tanya Boy.
"Apa jangan-jangan kamu sakit?" tebak Boy lagi.
"Tidak Tuan, saya baik-baik saja. Kebetulan, Ibu saya sedang sakit. Dan saya—"
"Pekerjaanmu belum selesai!" ketus Blade.
"Beberapa pakaianku ada yang kotor. Kamu harus mencucinya sampai bersih."
"Tapi, Nona, saya sudah mendapat izin dari Tuan Gavin. Dan saya hanya sebentar saja." jawab Jesica penuh harap.
"Aku antar, ya?" tawar Boy.
"Tidak perlu, Tuan. Saya bisa pergi sendiri." tolak Jesica.
Boy menghela napasnya panjang. "Jes, kamu—"
"Biarkan saja dia pergi. Lagian, kamu tidak selevel dengan pembantu. Mobilmu bisa kotor!" ucap Blade kepada Boy.