Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Mama Agatha dan Papa Denis sudah berapa di apartemen Gio dalam kurun waktu kurang dari 2x24 jam. Berita itu begitu cepat sampai kepada mereka yang tinggal jauh dari Gio. Tapi rasanya tidak mungkin juga kalau berita itu belum di up oleh Teo karena terlihat sahabatnya itu mau menguasai perusahaan.
Mama Agatha dan Papa Denis meninggalkan banyak pekerjaan di negaranya sana hanya karena masalah putranya. Tidak main-main, mereka harus kehilangan perusahaan besar yang sudah dibangunnya dari bawah sebelum ketiga sahabatnya ikut bergabung.
Jadi ini merupakan hal yang sangat besar dan serius bagi mereka. Harus kehilangan begitu saja salah satu perusahaan penghasil uang terbesar bagi keluarga.
Marah? Sudah pasti. Tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi dan mereka harus memikirkan langkah selanjutnya untuk bisa tetap bertahan.
"Kamu harus mengganti semua kerugian Papa!," sentak Papa Denis tegas. Untung saja Papa Denis bukan orang yang suka main fisik. Kalau tidak mungkin Gio sudah harus babak belur di tangan Papanya sendiri.
"Pasti, Pa."
"Haissss...bagaimana kamu mau mengganti, Gio?! Kamu saja tidak punya apa-apa selain sempak yang kamu pakai." Geram campur gemas rasanya Mama Agatha sama Gio. Sampai-sampai harus menahan tangannya untuk tidak mencubit tangan putranya.
"Mama tenang saja, pasti aku bisa ganti rugi." Tegas Gio meyakinkan.
Sambil memasang wajah datar tapi terlihat bengis Papa Denis menatap putranya yang tetap tenang. Memang tidak jauh dari dirinya, tapi sepertinya Gio kelewat santai menanggapi masalah sebesar ini.
"Begini saja, Gio. Supaya kamu bisa ganti kerugian keluarga dengan cepat. Bagaimana kamu menikah saja dengan Liani? Putri rekan bisnis Papa di sana."
"Tidak bisa, Pa." Respon Gio cepat. Bagaimana dia menikah?, dia saja sudah menikah.
Mama dan Papa saling pandang lalu kembali menatap Gio.
"Bukannya kalian dekat?," tanya Mama Agatha.
"Dekat hanya sebagai teman, Ma."
"Ya...tidak apa-apa juga 'kan kalau semua berawal dari teman?. Bukannya itu lebih enak jadi kalian sudah saling mengenal satu sama lain." Papa Denis sedikit memaksakan kehendaknya pada Gio, bukan tanpa alasan juga. Karena mereka sudah mengetahui perasaan Liani kepada putra mereka.
"Tetap tidak bisa, Papa!," responnya tegas dan cepat sambil bangkit berdiri.
"Kenapa tidak bisa, Gio?," respon Mama Agatha tidak kelah cepat dari respon putranya tadi.
Gio menatap keduanya sebelum dia berkata jujur. "Aku sudah menikah, Ma, Pa."
"Apa?!." Mama Agatha sangat syok.
"Ada apa lagi ini, Gio? Banyak sekali kejutan yang kamu berikan pada kami!." Papa menghampiri Gio.
Gio pun tak berlama-lama, langsung menceritakan semuanya kepada Mama Agatha dan Papa Denis, tapi tidak dengan alasannya. Supaya mereka tidak mengusik pernikahannya yang baru seumur jagung dan mereka tidak lagi menyodorkan wanita lain kepadanya. Sekaligus dia menempatkan Siti sebagai menantu dari Mama dan Papanya.
Mama Agatha dan Papa Denis memijat pelipis, rasa pusing mulai terasa dan detak jantung yang dirasakan Mama Agatha semakin melemah. Mama Agatha pun berpegangan pada suaminya.
"Siapa yang kamu nikahi? Apa wanita baik-baik?."
"Tentu saja," Siti lebih dari sekedar baik. Bahkan sangat baik. Lantas Gio mengeluarkan ponsel dari sakunya. Menunjukkan layar ponselnya kepada Mama dan Papanya di mana di sana ada seorang wanita yang berhijab dan bercadar.
Mama Agatha dan Papa Denis paham, mereka tahu itu Siti karyawan perusahaan. Siti yang mereka kenal sangat baik dan bertanggung jawab tapi untuk urusan pekerjaan. Mereka tidak mengetahui yang lain tentang Siti di luar itu.
Bukan hanya tentang foto Siti, tapi ada buku pernikahan yang meyakinkan Mama Agatha dan Papa Denis. Pernikahan putranya benar-benar terjadi. Jujur saja itu pukulan besar bagi mereka, seolah mereka tak dianggap keberadaan oleh putranya. Sudah hilang perusahaan oleh anak laki-lakinya, menikah tanpa berkabar pula.
Mama Agatha dan Papa Denis meninggalkan apartemen itu. Tetap meminta ganti rugi tapi menjadi berkali lipat atas rasa kecewa yang semakin tinggi karena kekecewaannya terhadap Gio.
Gio segera ke kamar menemui Siti, dia tahu Siti mendengar semua yang mereka bicarakan. Gio menatap Siti yang berdiri di dekat jendela. Dia pun berjalan mendekat dan ikut berdiri di sebalah Siti.
Siti bisa merasakan kesusahan Gio, ingin sekali dia membantu suaminya itu. Tidak mudah hidup susah jika belum pernah mengalaminya. Siti sangat takut kalau mental suaminya akan terganggu dengan perubahan status sosialnya yang sekarang.
Siti menoleh ke arah Gio. "Ini pasti sangat berat untuk kamu."
Lalu keduanya saling berhadapan.
"Ya, aku tidak bohong memang sangat berat. Tapi aku tidak bisa menyerah pada keadaan ini. Pasti ada jalan keluar kalau kita berusaha mencarinya."
"Mengenai pernikahan kita..." Siti menjeda kata-katanya. Dia harus melakukan sesuatu yang bisa dilakukannya.
"Kamu bisa menceraikan aku lalu menikah dengan wanita pilihan kedua orang tuamu untuk mengembalikan semua yang hilang."
Gio tersenyum samar. "Kamu takut hidup miskin bersamaku?."
Siti menggeleng dengan cepat. "Aku sudah terbiasa tapi kamu tidak. Bagi sebagian orang, miskin itu sangat menakutkan apalagi kamu sudah terbiasa dengan gaya hidup yang setinggi langit."
"Aku memang bukan pria baik, bukan suami yang baik pula. Boleh percaya boleh juga tidak, tapi pria tidak baik ini menginginkan pernikahan yang hanya sekali seumur hidup. Kalau harus berpisah juga itu harus karena maut."
Siti terdiam, dia merasa haru dan bangga atas ucapan suaminya. Meski pernikahan mereka belum benar-benar berjalan seperti yang seharusnya tapi Gio juga tidak menginginkan adanya perceraian. Sekarang tugasnya harus mendukung setiap langkah yang akan diambil suaminya untuk bisa secepatnya mengganti rugi keuangan keluarganya.
*
Setelah berunding, Gio dan Siti memutuskan untuk keluar dari apartemen. Gio menjualnya sebagai bentuk tanggung jawabnya yang pertama kepada keluarga. Kemudian mereka akan menempati rumah yang sama dengan Ayah untuk sementara waktu.
Syukurnya, Ayah sangat senang dan setuju dengan keputusan anak dan menantunya. Ayah tidak perlu tahu kenapa mereka meninggalkan apartemen mewah itu, yang perlu Ayah tahu keberadaan Ayah sangat membantu mereka. Ayah sangat senang bisa kembali dekat dengan putrinya, ditambah sekarang ada menantunya juga.
"Kita tidur satu kamar 'kan?," bisik Gio.
"Iya."
"Aku takut Ayah curiga kalau kita tidur berpisah, lagi pula kita sudah sepakat untuk belajar mengenal satu sama lain."
"Iya."
"Baguslah, jadi aku tidak perlu menyiapkan jawaban bohong kalau Ayah bertanya kenapa kita tidur terpisah."
"Iya."
"Apa tidak ada jawaban lain selain, iya."
Siti tertawa, Gio mendengarnya dan ikut tertawa.
Siti membantu Ayah di dapur, karena sudah terbiasa Ayah menyiapkan makanan untuk mereka.
"Ke psikolog saja lagi kalau trauma belum sepenuhnya hilang, kasian suamimu jika masih belum diberi apa yang menjadi haknya."
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti