NovelToon NovelToon
Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Solo Leveling
Popularitas:199
Nilai: 5
Nama Author: Adam Erlangga

Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.

Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.

Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.

Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 08

{Di Dalam Hutan}

Rudy melangkah perlahan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang. Cahaya matahari menembus sela-sela dedaunan, menciptakan bayangan berlapis di tanah yang dipenuhi daun kering. Udara terasa segar, hanya terdengar suara burung dan hembusan angin yang lembut.

"Sepertinya di daerah sini tidak ada hewan iblis." kata Rudy sambil menatap sekeliling.

[Daerah ini tidak memiliki banyak energi alam Rudy. Tempat seperti ini tidak disukai oleh Hewan Iblis. Sama seperti tempat tinggal manusia sekarang.]

"Pantas saja aku tidak merasakan energi alam di sekitar sini." saut Rudy.

"Apa para manusia yang hidup di dunia ini tau akan hal itu, Emma?" tanyanya.

[Mereka sudah tau sejak ribuan tahun yang lalu Rudy. Manusia mencari tempat tinggal di mana energi alam tidak bisa dirasakan.]

"Em. Apa yang terjadi jika hewan iblis tinggal di tempat tanpa ada energi alam?" tanya Rudy penasaran.

[Mereka akan mati, seperti seseorang yang tinggal di dalam air. Kau sendiri bisa merasakannya, energi alam itu seperti oksigen bagi hewan iblis.]

"Ah, jadi seperti itu." saut Rudy sambil mengangguk kecil.

 

{Di Gerbang Masuk Benteng}

Suara derap langkah pasukan ekspedisi terdengar mendekat ke gerbang benteng. Dari atas menara pengawas, bendera berkibar, dan teriakan lantang penjaga menggema.

"Buka gerbangnya!" perintah penjaga gerbang kepada para pengawal.

Dengan suara berat dan berderit, gerbang kayu tebal itu terbuka perlahan. Di baliknya, terlihat pasukan ekspedisi yang kusut, pakaian mereka kotor bercampur lumpur dan darah.

Seorang kapten penjaga gerbang, Klain, keluar menyambut mereka. "Kensa, bagaimana dengan ekspedisi kali ini?" tanyanya dengan nada serius.

"Ah, Kapten Klain. Seperti biasa, kita masih kehilangan banyak pasukan." jawab Kensa, suaranya terdengar letih.

"Sebaiknya kau segera melapor." saut Klain.

"Aku sudah tau dengan itu." jawab Kensa singkat.

"Tapi aku lihat, tidak ada hewan iblis di area pilar pertama. Apa mereka tidak mengejar kalian?" tanya Klain, jelas kebingungan.

"Aku akan menceritakannya nanti, sebaiknya kau biarkan pasukan ku masuk ke dalam dulu. Pasukanku juga butuh perawatan, banyak yang terluka." jawab Kensa sambil melirik ke arah prajuritnya yang pincang dan berdarah.

"Baiklah." saut Klain.

Pasukan ekspedisi pun melangkah masuk. Sebagian wajah terlihat pucat pasi, beberapa masih gemetar, mata mereka kosong seakan baru saja melihat neraka. Namun ada pula yang menampakkan sedikit kelegaan, karena berhasil kembali dengan nyawa utuh.

"Mereka semua seperti kembali dari neraka." gumam Klain dalam hati.

Di antara mereka terdengar bisikan-bisikan putus asa:

"Aku tidak mau keluar dari benteng lagi, itu sangat menakutkan." ujar seorang prajurit dengan suara gemetar.

"Aku juga ingin mengundurkan diri saja." saut yang lain.

Klain pun melihat Letnan Donal melewatinya

"Ah, Donal?" saut Klain saat melihat sosoknya lewat.

"Kapten, maaf, sepertinya kami butuh istirahat sebentar." saut Donal tanpa menoleh lama.

"Em, baiklah kalau begitu. Mungkin lain kali saja aku bertanya." jawab Klain sambil memperhatikan mereka.

Saat rombongan terakhir masuk, gerbang benteng segera ditutup rapat. Tiga lapis pintu berat mengunci benteng dari ancaman luar.

"Donal, aku akan pergi melapor ke kantor gubernur. Kalian beristirahatlah." kata Kensa.

"Kapten, jangan lupa bagian kita. Kita sudah berjuang mati-matian di luar sana." saut Donal setengah berbisik.

"Ah, akan aku usahakan." jawab Kensa sambil berlalu.

 

{Di Dalam Hutan}

Tak jauh dari sana, Rudy tengah duduk di bawah pohon besar dengan daun rimbun. Cahaya matahari yang menembus sela-sela daun menciptakan kilau keemasan di wajahnya.

"Ah, di sini sangat nyaman sekali." kata Rudy sambil merebahkan tubuhnya. Angin berhembus lembut, membawa aroma tanah dan rerumputan segar.

[Sudah semestinya kau merasa nyaman di sini Rudy. Mengingat kau sudah bertahun-tahun di dalam dungeon.]

"Kau benar Emma, di sini terasa sangat nyaman. Bahkan aku ingin tidur di sini." saut Rudy sambil memejamkan mata.

[Apa kau akan tidur di sini Rudy? Gerbang benteng sudah terlihat dari sini, hanya beberapa langkah saja kau sudah sampai di sana.]

"Tunggu sebentar Emma, aku ingin menikmati dunia ini." saut Rudy sambil tersenyum tipis.

[Baiklah.]

Tidak lama, suara langkah kaki terdengar. Seorang anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun melintas, menggendong seorang anak perempuan di punggungnya. Wajahnya kusut dan sorot matanya penuh kesedihan.

Rudy menatapnya. "Ada apa dengan anak laki-laki itu? Sepertinya dia menggendong seorang mayat."

[Itu benar Rudy. Anak laki-laki itu menggendong anak perempuan sekitar umur 10 tahun.]

"Emm, bahkan dia tidak melihatku tertidur di sini." gumam Rudy sambil duduk tegak.

"Sebaiknya aku ikuti saja dia. Aku sangat penasaran, apa yang dia lakukan dengan mayat itu." katanya sambil bangkit berdiri.

[Kau harus hati-hati dengan seseorang seperti mereka Rudy, kadang mereka sedang menjebak seseorang untuk menjadi mangsanya.]

"Tapi aku tidak merasa terancam di dekatnya. Pasti ada sesuatu, Emma." saut Rudy.

[Baiklah.]

Rudy mengikuti dari kejauhan hingga sampai di sebuah gubuk kayu reyot yang atapnya hanya tertutup kain sobek.

"Apa yang dia lakukan di sana?" Rudy memperhatikan saat anak itu masuk ke gubuk, lalu meletakkan mayat anak perempuan tersebut di sudut ruangan.

Tak lama, anak itu memanaskan batu dan merebus sejenis rumput liar di atasnya.

"Apa dia akan memakan rumput itu, Emma?" tanya Rudy.

[Sepertinya begitu.]

Beberapa menit kemudian, semangkuk rebusan rumput itu diletakkan di samping mayat. Air mata menetes di pipinya, menandakan kesedihan yang dalam.

"Ah, sepertinya itu mayat keluarganya, Emma. Apa sebaiknya aku ke sana?" tanya Rudy.

[Itu terserah kamu Rudy.]

"Baiklah kalau begitu." saut Rudy, lalu ia melangkah mendekat perlahan.

"Hiks, hiks." tangis anak itu terdengar lirih.

"Permisi." sapa Rudy pelan.

"Ha." anak itu menoleh dengan kaget, matanya membesar, tubuhnya kaku.

"Ah, apa aku menyeramkan Emma?" tanya Rudy dalam hati.

[Ekspresi wajahnya menandakan ketakutan dan trauma.]

"Hiks, jangan mendekat. Aku minta maaf, aku minta maaf. Ampuni aku." anak itu bergeser mundur.

"Ah, tenanglah, kau tidak perlu takut padaku." saut Rudy.

"Jangan pukul aku, jangan sakiti adikku." suaranya bergetar.

"Hmm?" Rudy semakin bingung. Dalam hati ia berkata, "Ternyata mayat itu adalah adiknya, Emma. Sepertinya dia terkena trauma."

"Maafkan aku, maafkan aku." anak itu bertekuk lutut di hadapan Rudy.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu." kata Rudy, lalu ia melangkah masuk ke dalam gubuk.

"Hiks, jangan ganggu aku, aku sudah tidak punya apa-apa." ucapnya sambil menangis.

Rudy menatap sekeliling gubuk. "Ini pertama kalinya aku berbicara dengan manusia di dunia ini, tapi kenapa situasinya seperti ini?" batinnya lirih.

"Baiklah jika kau tidak mau diganggu. Tapi bolehkah aku bertamu di sini? Aku adalah orang asing yang baru saja datang ke tempat ini." ujar Rudy, duduk di depannya.

"Haa?" anak itu menatap bingung.

"Kau tidak perlu takut padaku, aku tidak tahu masalahmu. Tapi sebaiknya kau menguburkan adikmu itu. Apa kau tidak kasihan padanya?" tanya Rudy.

"Hiks, aku sudah melakukannya. Tapi orang-orang di sana tidak terima." saut anak itu.

"Apa maksudmu?" Rudy menatap heran.

"Warga kota mengusir kami ke luar benteng. Dan setiap hari aku berkeliling di sekitar sini untuk mencari tempat peristirahatan adikku, tapi aku tidak tahu di mana tempat yang tepat untuk menguburnya." jawabnya lirih.

"Kenapa kau diusir dari sana?" tanya Rudy.

"Karena aku seorang pencuri." jawab anak laki-laki itu.

....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!