Li Bao Jia, Selir Pertama Putra Mahkota Dinasti Ming, dicopot gelarnya serta di cerai oleh sang putra mahkota setelah melahirkan putra pertama mereka karena dituduh melakukan kudeta terhadap kerajaan.
Ayahnya yang merupakan mantan Jenderal peperangan sejak zaman kepemimpinan Raja sebelumnya di tuntut hukuman mati.
Bao Jia yang baru saja kembali ke kediamannya dengan berbagai macam hinaan dan cemoohan, tiba-tiba mendapatkan serangan dari pasukan kerajaan, semua anggota keluarganya dan pengikut setia ayahnya dibantai.
Adik kesayangannya, Li wang-shu dibunuh dengan kejam, sementara di detik-detik terakhir hidupnya Ia melihat, Pamannya, Li Tuo-li tersenyum dan berkata, "Akhirnya Kamu yang terakhir. selamat tinggal ****** kecil!"
Diantara hembusan nafas terakhirnya, Bao Jia bersumpah, Jika Ia bisa mengembalikan waktu, maka Ia tidak akan pernah menjadi selir putra mahkota, Ia akan mendengarkan nasihat Ayahnya dan tetap bersama keluarganya.
'Tolong Beri Aku kesempatan!' jeritnya dalam hati!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Lebih Baik Menjauhi Dua Bajingan Itu
"Nyonya..."
Liang Yi sakit hati, melihat bekas tamparan di wajah cantik majikannya yang mulai membiru . Tentu saja, bagaimanapun Bao Jia adalah perempuan dan Tuan Wang Huang-Fu adalah laki-laki, tenaganya sama sekali tidak imbang!
Seorang Laki-laki yang berani memukul perempuan, Liang Yi berdoa semoga belalainya layu!
Liang Yi terus mengutuk dalam hati, Bao Jia bisa merasakan kekesalan dari Pelayanan pribadinya itu, Dia tersenyum dan mencoba menghibur,
"Jangan khawatir Bibi Yi, Ini hanya luka kecil, lagi pula Aku sudah pernah di pukul olehnya, Ini tidak mempengaruhiku sama sekali, Aku sudah terbiasa"
"Ap-apa?? Anda pernah dipukul sebelumnya?? Kenapa? Kenapa Anda tidak mengatakannya pada Saya Nyonya, Jika Ayah Anda mengetahuinya, Beliau pasti akan menjemput Anda pulang!!"
"Tenanglah Bibi Yi, Kejadian itu sudah lama, sebelum Aku memintamu untuk menjadi pelayan pribadiku kepada Permaisuri"
"Nyonya..."
"Tidak masalah, Jika saat ini Aku sedang tidak mengandung, Aku pasti akan pulang, tapi, saat ini itu tidak mungkin, Sementara ini, tolong Jauhkan Aku dari kedua bajingan itu, barulah Aku tidak akan mendapat masalah"
"Anda benar Nyonya..."
"Cari tempat yang tenang untukku bisa melukis dan membaca buku sejarah, tapi pastikan dulu tempat itu aman dari siapapun, atau bukan tempat yang biasa didatangi oleh keluarga Kerajaan. Paviliun ini, terlalu banyak yang mengawasi"
Bao Jia menatap Liang Yi yang kemudian mengangguk setuju.
"Saya mengerti Nyonya"
"Kamu tahu bahwa pelayan-pelayan diluar, satu atau dua orang pasti adalah orang-orangnya Selir Liu, Tapi untuk sementara ini Kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengawasi dan tetap waspada. Yang terpenting saat ini adalah kita harus menjauhi menjauhi Mereka, karena Kita tidak memiliki kekuatan apapun disini"
"Anda selalu bisa mengandalkan Saya Nyonya..."
"Hmm Aku tahu, Aku selalu percaya padamu. Bibi Yi, Kamu pergilah beristirahat, Aku akan tidur sebentar lagi"
"Ya Nyonya, Saya pamit undur diri..."
Liang Yi pun keluar dari kamar itu. Setelahnya, Bao Jia membuka buku catatannya.
"Syukurlah, Aku mencatat semuanya, Kejadian hari ini Aku tidak mengingatnya, Sepertinya ini memang tidak terjadi di masa lalu. Tapi, Aku tidak bisa hanya menghindar, setidaknya Aku harus membangun kekuatanku sendiri. Jika tidak, sama saja nantinya Aku akan mati sia-sia. Melarikan diri bukanlah solusinya, Apalagi Paman Li Tuo-li pasti saat ini sedang membangun kekuatan diam-diam di belakang Ayahku. Yah, Ayah... Ayah harus tahu. Aku akan mencari waktu agar bisa mendapatkan izin untuk pulang ke rumah Ayah"
"Yang Mulia Putra Mahkota datang berkunjung"
Suara dari luar mengejutkannya.
"Apa lagi maunya? Apa masih belum cukup dengan satu tamparan? Dia mau memukuliku lagi? Dasar bajingan!"
Bao Jia memilih diam dan tidak menanggapi. Dia kemudian memasukkan buku catatan miliknya ke dalam laci, kemudian mengambil buku catatan bersejarah untuk pura-pura membacanya.
Huang Fu menunggu diluar dengan tenang.
"Dia tidak mungkin sudah tidur, lampu kamarnya masih menyala"
Liang Yi sudah kembali ke kamarnya yang letaknya tidak jauh dari kamar Bao Jia. Jadi hanya ada 4 orang pelayan jaga yang berdiri di depan kamar Bao Jia. Dan semua pelayan itu hanya menunduk karena ketakutan.
Huang Fu merasa kesal karena diacuhkan. Jadi, Ia masuk ke kamar begitu saja. Namun tidak disangka pintunya terkunci. Huang Fu tidak terpengaruh, Ia menggunakan sihirnya untuk membuka pintu.
Krieeeettt. Suara pintu terbuka, Bao Jia yang sedang duduk membaca buku di depan meja rias tentu mendengarnya. Tapi, Dia pura-pura tuli, tetap fokus pada bukunya.
"Tidak perlu pura-pura sibuk. Kita harus bicara"
"Bicaralah"
Sahut Bao Jia dingin tanpa menoleh, matanya tetap fokus membaca.
"Apa maumu sebenarnya?Padahal keinginanmu sudah ku penuhi"
"Apa maksudmu?"
"Berhentilah mengganggu Qin-Mei"
Bao Jia menghentikan gerakan tangannya yang telah membolak-balikkan lembaran buku sejarah itu, Kemudian Ia menutupnya, lalu berdiri dan berbalik menatap Huang Fu yang tinggi menjulang di hadapannya dengan tatapan dingin.
"Kapan Aku mengganggunya?"
Huang Fu sedikit terkejut melihat pipi kiri Bao Jia yang membiru akibat tamparannya. Tapi sesegera mungkin Ia menormalkan kembali ekspresi wajahnya.
"Siang ini, kenapa Kamu mengikuti Kami?
"Heh, Aku sudah mengatakannya padamu, Aku tidak mengikuti Kalian berdua"
"Lalu kenapa kebetulan sekali Kamu berada di sana disaat yang begitu pas?"
"Maksudmu saat kalian berciuman? Mana Aku tahu kalau ada dua orang yang sedang berbuat tidak senonoh di saat hari masih terang benderang seperti itu?"
"Perbuatan tidak senonoh? Kami adalah Suami-istri"
"Yah, terserahlah. Yang jelas Aku tidak mengikuti Kalian. Kau mau percaya atau tidak, Aku sama sekali tidak perduli"
"Benarkah? kalau begitu Aku akan pegang kata-kata mu"
"Tentu saja, Kau bisa pegang kata-kata ku. Aku tidak akan muncul di hadapan kalian kecuali saat acara keluarga. Kalau Aku melanggar, Aku akan minum racun"
"Apa katamu?"
"Apa sudah cukup? Keluarlah. Aku ingin beristirahat. Lagipula, ini sudah tengah malam, Kamu masih disini, Apa tidak takut istrimu akan menangis?"
"Kau..."
"Keluar"
Tanpa menunggu jawaban Huang Fu, Bao Jia segera berjalan menuju ranjangnya, mengambil posisi tidur, kemudian menutup rapat tirai ranjangnya.
Huang Fu dengan kesal keluar dari kamar itu kemudian terdengar suara pintu di banting dengan keras.
"Dasar gila"
Gerutu Bao Jia sebelum menutup matanya dan tertidur pulas.
"Jadi, Dia tidak mengikuti ku?"
" Tidak, Aku yang mengawasinya, Aku mendengar dan melihat semua tindakannya. Dia bangun saat hari sudah sore, kemudian makan malam lebih awal, setelah itu Dia merasa perlu berjalan-jalan dan menikmati matahari terbenam sambil membaca, Dia bertemu denganmu yang sedang bercumbu dengan Qin-Mei adalah ketidaksengajaan"
"Kenapa Kamu begitu yakin, Feng Yi?"
"Tentu saja, Kamu tahu Aku bisa berubah wujud jadi apa saja. Jadi, Aku sangat leluasa dalam mengawasinya"
Huang Fu tidak punya alasan lagi untuk membantah. Ia kemudian teringat dengan bekas tamparan di wajah Bao Jia.
"Pergilah, berikan ini pada Mu Liang Yi"
"Maksudmu, pelayan pribadi Selir Li?"
"Yah, Salep itu bisa menyembuhkan luka dengan cepat tanpa meninggalkan bekas"
"Haahhh, Akhirnya Kamu ingat juga, jujur saja, Kali ini Kamu cukup keterlaluan. Menampar perempuan? Apalagi Dia sedang mengandung anakmu? Aku bahkan sampai tercengang"
"Tutup mulutmu dan lakukan saja perintahku"
"Ya, ya, baiklah. Tapi Kalau ditolak, jangan mengamuk padaku"
"Dia tidak akan menolak"
"Jangan terlalu yakin, teman, Aku rasa Kamu belum menyadari perubahannya"
"Siapa tahu? Itu hanya trik?"
"Hahhh, terserahlah. Aku tidak mau ikut campur. Aku pergi!"
"Ya"
Feng Yi pun meninggalkan Huang Fu yang terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat, Pria itu pun memijat pelipisnya.
'Apa yang terjadi? Kenapa Aku merasa yang bersalah?'
Bersambung...