Entah untuk alasan apa Gladys memilih kembali ke sebuah pulau di ujung negri. Dia memiliki banyak kenangan masa kecil yang indah disana. mungkin jejak kenangan itu yang bisa menyembuhkan luka yang entah sejak kapan mulai terbentuk.
berbekal ingatan masa lalu yang sudah puluhan tahun, dia pun nekat untuk memulai petualangannya. .....
mencari sisa kenangan bersama keluarganya, teman dan orang lain yang dahulu sangat akrab dengan nya. berharap disana juga kelak dia bisa membuat kenangan yang sama seperti yang dia rasa di masa lalu.
dapat kah Gladys mewujudkan nya ?
Apakah semua akan berjalan seperti pengharapan nya?
ikuti kisah nya.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanah Shakila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menjenguk nya
Sore harinya, si ibu datang bersama zarah dan jihan. Setelah sebelumnya regi dan qilah sudah pamit pulang untuk bersiap masuk kerja.
"Bagaimana perasaan mu nak ?" tanya si ibu sambil merapikan rambut Gladys dan membantu mengikat rambut nya
"syukur nya sudah lebih baik bu."
"bagus lah. Kamu kalau ada apa-apa jangan dipendam sendiri. Ibu lihat anak-anak yang lain juga perduli sama kamu. Jihan sama zarah juga ada nih. Kalau butuh sesuatu jangan sungkan untuk bilang ke mereka. "
"iyah bu. Terimakasih banyak."
"ini ada titipan dari anak-anak rumah lain nya yang tak sempat datang kemari. Di makan yah?"
Gladys hanya mengangguk pelan. Hati nya tersentuh dengan perlakuan baik orang-orang disekitarnya. Entah mengapa akhir-akhir ini dia seperti benar-benar memilki kehidupan baru. Walau butuh waktu untuk beradaptasi. Tapi sepertinya ini tak butuh waktu lama bagi nya untuk belajar membuka diri juga dan menerima kebaikan orang-orang ini.
Mereka berbincang sejenak sebelum akhirnya si ibu pamit pulang. Tentu saja zarah juga harus ikut mengantar nya, dan tak bisa menginap menemani Gladys . Hanya jihan yang berada disana, kebetulan besok weekend jadi dia tak akan masuk kantor.
"maaf sudah merepotkan mu ? Pasti sangat tidak nyaman untuk tidur di sofa." ucap Gladys penuh rasa bersalah.
"emmmh... Santai aja. Kalau nanti aku ada apa-apa, kamu juga harus nemenin aku. Ini gak gratis loh ya?" ucap jihan sambil merapikan sofa yang akan menjadi tempat tidur nya malam itu.
"pasti. Aku gak mungkin ngelupain kebaikan kamu ini "
"hemmmh.... Hidup dikampung orang lain itu memang terasa berat dys, jauh dari keluarga rasanya gak enak. Tapi lebih sesak jika berada di lingkungan yang toxic. Bukan kah begitu ? " jihan melihat kearah Gladys seperti menunggu pembenaran dan si gadis di ranjang pasien itu mengangguk mengiyakan.
"itu sebabnya, di lingkungan baru kita harus memiliki keluarga baru juga. Apalagi jika mereka baik kepada kita, mengapa kita tak berbuat lebih dari apa yang kita terima. Aku berada disini, berharap jika aku di posisi mu kelak juga akan ada orang lain yang mau menunggu ku. walaupun orang itu bukan kamu. Kan ada pepatah yang bilang, kamu akan menuai apapun yang kamu tabur."
"kamu baik ke orang, maka orang-orang baik juga akan di kirim untuk mu. Begitu pun sebaliknya, jika jahat ke orang. Maka hanya orang-orang jahat yang akan mendekati mu juga."
Mendengar semua penjelasan panjang jihan, entah mengapa Gladys benar-benar merasa kagum. Walau enggan bertanya, tapi sepertinya jihan ini berasal dari lingkungan yang bisa dikatakan kurang baik. Hingga memilih merantau juga dan membangun hubungan baik dengan orang-orang baik disekitar nya.
Aura nya positif vibes sekali. Sudah lah cantik, baik pula. beruntung laki-laki yang di sukai oleh nya
Halaaaah, Gladys gak tau aja kalau bima benar-benar tak tertarik padahal jihan sudah berusaha keras.
"ngomong - ngomong bima kok tahu kamu sakit ?" tanya nya, seketika jihan kembali ke mode kepo nya.
Gladys menaikkan bahu nya sekilas mengisyaratkan bahwa diapun tak tahu apa-apa.
"kamu benaran gak kenal sama dia ?"
Gladys mengangguk.
"kamu yakin ?"
Gladys mengangguk lagi.
"hemmmh... Tuh orang beneran deh bikin penasaran banget."
"kamu beneran sesuka itu sama dia ?" tanya Gladys akhirnya.
"emangnya sejelas itu yah ,?"
", sedikit."
"hehehe.... Kamu bisa aja. Udah istrahat gih, udah jam 9 nih. Pasien tuh gak boleh begadang." ucap jihan sambil tersenyum. Gladys tak bisa memungkiri bahwa jihan ini bukan hanya berhati malaikat, tapi wajahnya juga bak puteri dalam dongeng.
Namun ucapan dan rupa bukan lah ajuan untuk bisa dengan cepat menilai seseorang itu baik atau tidak. Bukan kah semua itu bisa di rekayasa dengan bersandiwara. Ular yang berbisa pun terkadang menghipnotis.
***
Sebenarnya malam itu bukan hanya jihan disisi nya, Bima sudah berada disana setelah si ibu dan zarah pulang. Bima fikir tak ada siapapun yang menemani Gladys dirumah sakit. Tapi ternyata setelah tiba dan mengintip dari kaca transparan di pintu kamar pasien, dia melihat jihan tengah berbincang.
Walau begitu dia memilih menunggu di luar kamar, duduk di kursi tunggu yang memang berada dekat pintu. Hingga waktu fajar menyingsing , diri nya dibangunkan oleh seorang wanita paruh baya yang sepertinya petugas kebersihan.
"mas.... Mas jangan tidur disini ?"
Si wanita paruh baya itu berkata sambil sedikit mengguncang pelan tubuh bima. Dia tertidur dengan posisi duduk dan kedua tangannya bersedekap di dada. Mendengar itu bima perlahan membuka matanya.
"oh... Yah. Maaf bu. Saya akan pulang. Terimakasih sudah membangunkan."
"mas nya gak masuk dulu, barangkali pacarnya juga nungguin tuh didalam."
"gak usah. Dia udah ada yang nemenin kok".
Bima berlalu setelah mengatakan itu. Si ibu-ibu itu hanya menggeleng pelan. Dia membuka pintu dan masuk. Rupanya Gladys sudah bangun, si ibu itu menyapa dan memberitahu bahwa tadi pacar nya ketiduran didepan menunggu nya. Gladys hanya tak tahu harus bereaksi seperti apa.
"bu, apa boleh saya keluar untuk jalan-jalan pagi ?"
" wah, kalau soal itu ibu gak tau. ibu hanya seorang tukang bersih-bersih. Tapi kalau memang sudah merasa lebih baik sih, tentu bisa saja. Kalau butuh teman, di bangunkan saja teman nya."
"eh gak usah bu, saya udah bisa sendiri."
Si ibu tadi pun segera membantu nya untuk bangun. Perlahan dia mendorong tiang infus nya keluar. Setelah berada di teras depan rumah sakit, rasanya sangat nyaman setelah melihat pemandangan mini garden disana.
"sudah boleh keluar,?" tanya seseorang dari arah belakang.
"eh, kamu.,?"
"hai.... Bagaimana keadaan mu ,?" tanya bima yang entah sejak kapan berada disana.
"sudah jauh lebih baik. Rasanya sudah ingin pulang "
Keduanya duduk bersisian di sebauh kursi kayu panjang. Bima di sisi kiri, Gladys di sisi kanan. Kedua nya sedikit berjarak.
"emang kata dokter apa setelah memeriksa mu ,?"
"apa yah? Aku cuma di minta istrahat. Disini sudah 2 hari rasanya cukup. Entah kenapa juga kemarin bisa sampai drop begitu."
"emmmh.... Saran ku sih jika memang sebelumnya kamu gak bisa berkegiatan berat di luar rumah yah gak usah memaksakan diri. Sepertinya tubuh mu terkejut setelah kamu naik ke bukit kemarin."
"yah, seperti nya memang begitu. "
Bima menatap lekat-lekat wajah wanita di sampingnya. Dia sungguh mencari sesuatu untuk membenarkan perasaan nya. Bahwa wanita ini sama dengan wanita di masa lalu nya yang hilang. Namun dia juga enggan bertanya untuk mencari tahu lebih lanjut.
"kenapa ?" tanya Gladys yang menangkap basah si bima yang malah melamun sambil menatap nya
"apa,?" karena bingung, bima malah balik bertanya.
"kenapa menatap ku seperti itu ? "
"yah gak apa-apa."
"berhenti berfikir kalau aku ini lemah dan minta di kasihani. Buang jauh-jauh fikiran mu itu, aku jauh dari semua isi kepala mu. ini bukan kali pertama ku mendapatkan perlakuan baik dari laki-laki yang menganggap ku lemah dan hanya bisa di manfaatkan. "
Bima tertawa pelan mendengar pendapat Gladys ,
"apa yang lucu ?" tanya Gladys dengan wajah tidak suka.
"jangan sok ke GR-an. Siapa juga yang berfikir seperti itu. Sebaiknya kamu lebih jaga diri lagi. Jangan terlalu terbuka pada seseorang yang kamu anggap baik kelihatan nya. Aku hanya khawatir kamu yang malah di manfaatkan oleh teman mu."
"maksudnya bagaimana?"
"hemmmh..... Sudah lah. Aku melihatmu sudah lebih baik sekarang. Jika nanti dokter memeriksa mu. Minta saja untuk pulang. "
Bima berdiri dan melirik sekilas ke arah Gladys yang menatap nya dengan tatapan tak suka. Tapi entah kenapa itu sangat membuat nya gemas. Apalagi rambut coklat alami Gladys yang seperti tak pernah rapi. Itu sangat menggelitik hati nya. Seperti ingin memeluk nya lalu menggendong nya kembali ke ranjang perawatan nya.
Tapi kemudian dia berbalik dan pergi tanpa sepatah kata apapun.
"kenapa juga dia berkeliaran disekitar sini pagi-pagi buta ?" komentar Gladys sebal sambil masih memandangi pundak tegap itu menjauh dari nya.