Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 08
Seperti biasa, pagi itu Ruby berangkat sekolah yang menjadi rutinitas wajib. Tidak ada yang mencolok dari Ruby, wajahnya selalu polos tanpa polesan make up dan dari segi pakaian, Ruby juga memakai seragam seperti murid lainya.
Namun begitu Ruby menginjakkan kaki di sekolahan, kali ini terasa sedikit berbeda. Karena para murid melihatnya lalu berbisik-bisik, Ruby tidak perduli dengan itu. Dengan santainya Ruby berjalan menuju kelas meskipun semakin jelas jika penghuni sekolah sedang memperhatikannya.
"Ternyata cewek kayak dia punya penggemar rahasia,"
"Gue penasaran banget siapa orangnya,"
"Gue masih gak percaya sih,"
"Ini kayak mimpi,"
"Kira-kira gimana reaksinya?"
Itulah yang samar-samar Ruby dengar saat dia masuk dalam kelas, dan ketika sampai di bangkunya, Ruby melihat Lunch box pink diatas mejanya. Ruby menatap datar kotak pink itu dan melihat sekitar, para murid masih meliriknya sembari berbisik-bisik.
"Ruby!" teriak Alika. Gadis itu berlari menghampiri Ruby yang duduk di dalam kelas, Ruby memutar bola matanya dengan malas.
"Lo beneran punya penggemar rahasia?" Alika melihat kotak pink itu. "Atau jangan-jangan dari pacar lo?" tebak Alika. Pikiran Ruby menerawang jauh mendengar kata 'pacar' dari mulut Alika.
"Jangan ngarang," sahut Ruby. Namun bukan Alika jika langsung terdiam, gadis itu berpikir keras tentang sosok misterius itu.
"Gak usah dipikirin, gue juga gak mau tahu." ujar Ruby tahu bagaimana Alika.
"Gue penasaran, kira-kira dari siapa?" tanya Alika, Ruby mengangkat bahunya.
"Gak mungkin Kevin kan?" tanya Ruby dalam hati. Ya, gadis itu sempat berpikir jika Kevin yang memberikan lunch box itu.
"By, buka dong, gue pingin liat isinya." kata Alika memohon.
"Lo ambil aja. Gue gak tertarik," ujar Ruby membuat Alika mencebikkan bibirnya.
"Inikan buat lo, gak mungkin gue ambil." Alika menghela nafas pasrah. "Tapi kalau udah lo buka, kasih tahu gue isinya apa." gadis itu menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum menggoda Ruby.
"Lo bawa aja," Ruby menggeser lunch box itu pada Alika.
"Mana boleh," Alika kembali mendorongnya pada Ruby. Lalu gadis itu beranjak pergi ke kelasnya sebelum Ruby kembali memberikan lunch box itu padanya.
Waktu belajar mengajar berlalu begitu cepat, kini para murid sudah memasuki jam istirahat pertamanya. Ruang kelas Ruby terlihat kosong hanya ada Ruby dan beberapa murid lainnya.
Ruby masih menatap lunch box itu tanpa berniat membukanya, otaknya berpikir keras siapa yang begitu usil menaruh benda pink itu di mejanya. Ruby sangat ingat jika dirinya tidak bicara pada siapapun disekolah selain Alika, tidak mungkin jika tiba-tiba ada orang yang iseng padanya.
"Kevin," gumam Ruby pelan. Kemudian mengambil lunch box itu dan membukanya, aroma harum dan lezat seketika menusuk indera penciuman Ruby. Hidung bangir Ruby menghirup dalam-dalam aroma makanan itu hingga membuat cacing perutnya meronta-ronta.
Pelan tapi pasti, Ruby akhirnya mulai menyendok makanan itu. Bahkan lidah Ruby sudah penuh air liur karena tak tahan ingin merasakan makanan itu.
"Enak," batin Ruby memuji, meskipun makanan itu sudah dingin. Ruby akhirnya menghabiskan makanan itu dengan lahap, bahkan Ruby tidak sadar ada sepasang mata melihatnya.
Mata itu milik Kevin yang tersenyum puas melihat Ruby menghabiskan makanannya tak tersisa. Ternyata usahanya bangun pagi tidak sia-sia, kini Kevin akan melanjutkan rencananya untuk meluluhkan hati Ruby.
***
Devina dan Kevin sedang berada didapur, ibu dan anak itu terlihat kompak dan menguasai isi dapur beserta peralatannya. Meskipun Devina hanya memiliki putra, tapi Kevin sangat bisa diajak kerja sama dalam urusan dapur seperti sekarang ini.
"Tumben tadi pagi masak nasi goreng," kata Devina sambil mengaduk-aduk sup dalam panci.
"Itu sebagai permintaan maaf Kevin sama Mama, kemarin Kevin udah ingkar janji." sahut Kevin. Tangannya tengan mengoleskan campuran bawang putih dan mentega pada lembaran roti tawar.
"Enak,"
"Tentu saja, masakan Kevin tidak pernah tidak enak!" kata Kevin dengan percaya diri.
"Mama tahu," ujar Devina tersenyum bangga.
Beruntung Kevin dibesarkan dalam keluarga yang utuh dan harmonis, hingga pria itu tumbuh tanpa kekurangan kasih sayang. Devina dan Andrian juga kompak mengasuh Kevin, hingga kepiawaian Kevin di dapur juga karena orang tuanya yang hobi memasak.
Meskipun banyak pelayan di rumahnya, tapi khusus untuk makanan keluarga dimasak oleh mereka bertiga. Kadang jika Andrian pulang lebih awal dari kantor, pria itu yang menyiapkan makan malam untuk keluarganya.
"Kapan acara pensi itu?" tanya Andrian. Mereka tengah menikmati makan malam bersama.
"Lima hari lagi. Papa sama Mama bisa datang, kan?" tanya Kevin menatap Devina dan Andrian.
"Pasti dong, sayang. Bahkan Mama udah siapin baju couple," sahut Devina. Andrian mengangguk sambil tersenyum, karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Mama bukan mau kampanye, ngapain pake baju couple?" ujar Kevin yang memang kurang suka dengan style couple.
"Biar orang-orang tahu kalau Andriano Buana itu punya istri yang cantik!" ucap Devina sengaja menekan kata 'cantik' hingga membuat suaminya tersedak.
"Sayang, aku gak pernah nanggapi mereka," ujar Andrian. Karena terakhir kali datang ke acara sekolah Kevin, Andrian dikerubungi ibu-ibu wali murid lainnya hanya untuk berkenalan atau sekedar basa-basi. Hal itu sudah enam bulan berlalu, namun Devina selalu mengungkitnya.
"Tapi senang, kan!"
"Emmm ...."
"Tuh kan! Mama gak mau tahu, besok Papa gak boleh lepas gandeng Mama! Kalau perlu kita bawa borgol!" sungut Devina. Pernikahan memang sudah berjalan berlasan tahun, tapi kadar cinta Devina dan Andrian tetap membara.
"Ngapain kamu senyum-senyum?" Andrian tak suka melihat Kevin senyum saat dirinya di omelin sang istri.
"Papa tuh harusnya seneng. Mama begitu karena Mama cinta banget sama Papa," ujar Kevin tersenyum semakin lebar. Dalam hatinya sangat bahagia melihat romantisme orang tuanya.
***
Disebuah apartemen mewah namun terlihat kosong dan sepi, Ruby sedang menikmati makan malamnya yang baru saja diantar oleh kurir. Ruby tidak bisa memasak dan sangat jarang makan makanan rumahan, kecuali tadi siang. Nasi goreng seafood yang Ruby yakini dari Kevin, rasanya sangat enak membuat makanan yang ada dihadapannya kini terasa hambar.
Ting ...
Bunyi notifikasi di ponsel Ruby.
📩Anne, boleh aku datang?"
Bunyi pesan itu, Ruby kembali meletakkan ponselnya tanpa berniat membalas. Tapi beberapa detik kemudian ponsel itu kembali berbunyi.
📩Aku minta maaf, tolong balas pesanku.
Ruby menatap datar deretan kalimat itu. Lalu jari lentiknya mengetikkan sesuatu di ponselnya.
📨Jangan ganggu aku!.
Setelah membalas pesan itu Ruby beranjak ke kamarnya, meninggalkan makanan yang baru saja dia makan beberapa sendok.
"Konyol," gumam Ruby. Gadis itu mengambil bungkus rokok yang terletak di meja kamar, lalu berjalan kearah balkon. Ruby mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, lalu menghisap gulungan kertas berisi tembakau itu.
Wajahnya menatap lurus ke depan, kelopak matanya sesekali berkedip dengan bulu mata lentik yang sangat indah. Namun keindahan bulu mata itu tidak mampu menutupi kepedihan dan kebencian dimata Ruby.
*
*
*
*
*
TBC
Happy reading 🤗
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar, like, subscribe, dan vote 😉
Jangan jadi readers ghoib 🥺
Sarangeeee sekebon jagung tetangga 🫰🏻🫰🏻🫰🏻