Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Ratna Pov
Acara makan malam berjalan dengan lancar, yah walaupun tadi badan Aldi memerah karena makanan yang aku suapkan tapi tak masalah. Kami sudah berbaikan. Disinilah kita berempat berada mengelilingi meja makan.
Beberapa kali candaan yang Papa berikan selalu aku dan Aldi tanggapi dengan senyuman canggung. Aku sama Aldi tak pernah duduk berdekatan seperti ini. Dia pun juga tak pernah memakan masakan yang sudah ku buat untuknya. Ini kedua kalinya Aldi memakan masakanku. Yah, walaupun yang pertama itu hanya mencicip saja. Dan itupun sedikit memaksa.
"Anna.." suara Papa membuatku tersentak. "Anna kamu kenapa? Kok makanannya hanya di aduk-aduk?" tanya Papa sambil menatap ke arahku. Walau tatapannya tak setajam tatapan anaknya yang selalu di berikan kepadaku.
"Eh.? Enggak Pa. Tadi hanya mikirin kerjaan saja." ucapku bohong. Padahal aku sedang memikirkan anaknya yang selalu menjauhiku bagaikan penyakit saja.
"Kerjaan jangan di fikirkan. Nanti kalau kamu di keluarkan nanti masuk saja ke perusahaan Papa. Biar Aldi tidak nakal disana." ucap Papa sambil menatap ke arah Aldi. Sedangkan aku hanya tersenyum ke arah Papa.
"Pa!" ucap Aldi tak terima dengan ucapan sang Ayah.
"Pa, jangan seperti itu. Aldi sudah berubah Pa." ujar Mama membela sang anak. Mama selalu bertutur lembut. Tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar. Itulah yang selama ini aku ketahui.
"Tuh, Mama saja tahu Pa kalau Aldi sudah berubah. Masa Papa nggak tahu?" tanyanya yang masih dengan mengaduk-aduk makanan yang ada di hadapannya.
Helaan nafas terdengar dari Papa. "Iya, Papa tahu kamu sudah berubah, tapi kapan Papa dan Mama akan di buatkan cucu Aldi?" 'Uhuk.. Uhuk..' tanya Papa yang membuatku dan Aldi tersedak. Sedangkan Papa dan Mama hanya saling menatap dengan pandangan yang cukup Aku mengerti tapi tak tahu ke Aldi.
"Pa, Anna sama Aldi masih belum memikirkan itu, Pa." ucapku sambil menoleh ke Aldi. "Anna dan Aldi masih sibuk dengan pekerjaan kami berdua Pa." imbuhku dengan menundukkan kepala ku. Ayolah, aku nggak sesibuk itu kok. Hanya saja bagaimana bisa aku membuatkan Mama dan Papa cucu. Jika aku di sentuh saja tidak pernah.
Aldi yang seakan mengerti akan pemikiranku dia hanya bisa menatapku dengan tajam. Aku bukannya berharap dia menyentuhku karena aku adalah Istrinya. Tapi, aku hanya berharap dia tak bersikap seperti dulu. Saat dimana aku dan dia masih sekolah ketika SMP dulu. Dulu ketika memasuki awal SMP Aldi tak membenciku. Kita dekat, bahkan banyak anak yang berfikir jika aku dan dia sepasang kekasih. Tapi, sejak dia menjalin kasih dengan Adik kelasnya itu barulah sikapnya berubah. Dia sudah secara terang-terangan menjauhiku. Dan membenciku, aku tak tahu kesalahan apa yang telah aku lakukan kepadanya, yang pasti dia membenciku bahkan sampai sekarang.
Setelah pembahasan Cucu suasana di meja makan ini Hening, Papa sudah tak lagi banyak bicara seperti tadi. Sedangkan Mama? Mama hanya menikmati masakanku. "Anna, tolong antar Mama ke kamar ya." ucap Mama yang kini telah berdiri dari kursinya.
"Mama sakit lagi?" tanya Aldi dengan nada khawatir.
"Tidak, hanya saja kepala Mama pusing. Mama mau tiduran saja di kamar kalian." ujar Mama sambil menatapku. "Ayo Anna." imbuh Mama setelah menyeka makanan yang ada di sudut bibirnya.
"Maaf Pa, Al. Aku mau antar Mama dulu ke kamar." ucapku sambil berdiri dan berjalan ke arah Mama. Untuk mengantarnya ke kamarku.
Di kamar ku Mama terlihat sangat pucat. Wajah yang biasanya terlihat cerah, dan cantik kini terlihat sangat Pucat. "Anna." ujar Mama yang kini tengah duduk di atas ranjang ku. Aku menghampiri Mama setelah menutup pintu kamar ku dan duduk di sampingnya. "Ada apa Ma?" tanyaku setelah ku letakkan pantat ku ke sisi Mama.
"Kamu lagi marahan sama suamimu?" tanya Mama dengan suara serak, fix Mama sekarang sakit. Tangannya pun hangat ketika menyentuh kulit ku.
"Tidak, Ma. Hanya saja tadi Anna nggak sengaja menambahkan Udang di makanan Aldi. Jadi Aldi sedikit marah tentang hal itu." ucapku bohong. Yah bagaimana bisa aku berbicara jika Aldi masih berhubungan dengan mantannya yang dulu? Bisa jadi perang kan antara Aldi dan kedua orang tuanya?
"Iya sayang, Aldi alergi Udang, dia kalau makan makanan yang dikelola dengan campuran Udang, badannya langsung memerah." ucap Mama sambil tersenyum hangat mengingat makanan apa saja yang tak boleh di konsumsi. "Dia juga alergi dengan semua bahan yang berdasar Seafood." ucap Mama sambil tersenyum ke arahku dan aku membalasnya dengan senyuman hangat. "Maaf ya, waktu kamu sama Aldi sehabis menikah Mama nggak memberitahu. Karena Mama fikir Aldi yang akan memberitahukannya kepadamu." imbuh Mama dengan nada penyesalan yang dapat ku tangkap dari pembicaraan kami.
Ku genggam erat tangan Mama yang hangat seraya berucap "Ma, tak masalah Ma. Lagipula Anna juga yang salah. Karena tak tahu betul akan apa yang menyebabkan Aldi alergi atau tidak." seruku sambil tersenyum ke arah Mama. "Ma, maafkan Anna dan Aldi jika masih belum bisa memberikan Mama cucu seperti yang Papa minta." ucapku menyesal. Yah, sudah hampir 3bulan pernikahan kami berjalan. Tapi, tingkah laku Aldi kepadaku masih sama. Tak ada yang berubah. Jangankan menyentuhku menyapa ku saja sesaat aku selesai bangun tidur saja tidak pernah dia lakukan.
"Sayang, Mama tahu jika kalian menikah karena perjanjian konyol kami. Tapi, Mama yakin suatu saat nanti Aldi pasti akan mencintai kamu." ucap Mama sambil memelukku. "Kamu mencintai Aldi kan?" tanya Mama tanpa melepaskan pelukannya kepadaku. Aku hanya menjawab dengan Anggukan kepalaku yang aku berikan dan Tanpa terasa air mataku menetes pelan di pipiku.
Merasakan perih yang ada di hatiku.
Mencintaiku? Kelak? Apa itu mungkin? Sedangkan aku melihat Aldi dan kekasihnya berduaan di kamar mereka tidur seranjang. Itu sakit Ma. Ingin sekali aku ungkapkan apa saja yang tengah aku lalui dengan Aldi selama pernikahan kami. Meninggalkan aku saat malam pertama. Ingin sekali aku menceritakannya. Tapi aku tak bisa, lidahku terlalu kelu untuk mengungkapkan bagaimana Aldi memperlakukanku. Tangisku semakin pecah dan Mama hanya membisikkan kata Sabar ke dalam telingaku seakan mengerti rasa perih yang aku alami.
Aldi Pov
Makan malam sudah berjalan lancar.
Walau aku sempat kesal dengan Anna yang membuat makanan dengan campuran Udang di dalamnya. Aku sangat Alergi Udang. Aku memakan satu saja sudah memerah kulitku apalagi memakan sepiring masakan yang ada beberapa ekor Udang di dalamnya? Bisa masuk Rumah sakit akunya.
"Aldi." aku tersentak dari lamunanku ketika Papa memanggil namaku. Aku menoleh ke arahnya. Tatapan mata Papa sangat tajam menusuk ku. Kenapa dengan Papa? Tadi saja ketika ada Anna dia baik kepadaku? Kenapa sekarang tidak? "Papa tahu kamu masih menjalin hubungan dengan Mantan kamu yang bernama Mila." ucapan Papa membuatku menegang bagaimana bisa Papa tahu? "Kamu tak perlu menjawabnya. Papa sudah tahu jawabannya melihat tingkah apa yang kamu berikan kepada Papa." ucapannya membuat ku terdiam. Yah, aku bisa apa? Jika Papa sudah seperti itu.
"Pa--" ucapku terputus ketika tangan Papa sudah terangkat ke atas. Jika sudah begitu Papa sudah tak terbantahkan.
"Apa yang akan kau lakukan setelah Papa tahu akan hal ini?" ucapan Papa membuatku diam tak berani menjawabnya. "Menjauhi Mila atau tetap bersamanya?" tanya Papa yang aku tahu jika dia sedang mengontrol emosinya. Sedangkan aku? Aku hanya bisa diam tak menjawab sepatah katapun. "Jawab Aldi." bentakan Papa membuat aku terkesiap. Aku tak tahu jika Papa akan semarah ini kepadaku.
"Aku tak tahu Pa." ucapku dengan wajah masih tertunduk tak berani menatap wajah Papa. "Aku tak mencintai Anna pa, aku hanya mencintai Mila." ucapku dengan lantang dan kini aku sudah menatap wajah Papa.
Plak..
Tamparan keras dari tangan Mama membuat Aku dan Papa kaget. Aku tak tahu sejak kapan Mama sudah kembali ke Meja makan. "Mama." ucapku tak percaya dengan tamparan yang baru saja Mama berikan.
"APA?" tanya Mama dengan nada suara marah. Baru sekali ini aku menatap kilatan marah di mata Mama. "Apa lagi Aldi? Kamu keterlaluan. Anna itu Istri kamu, kamu harusnya belajar mencintainya." ucap Mama marah dengan wajah pucatnya.
"Ma, tenanglah. Ingat Mama sedang sakit." ucap Papa sambil memegang bahu Mama.
"Tidak Pa, Aldi sudah keterlaluan." ucapan Mama menyanggah petuah Papa. "Dengar Aldi, Anna istri kamu, dia mencintai kamu, tapi kamu malah mencintai wanita lain. Mila? Jalang itu?"
ucapan Mama bernada serak. "Mama tahu kalian tak pernah mencintai satu sama lain. Tapi, apa kalian tak bisa mencoba saling menghargai? Mama menjadikan Anna menantu bukan karena perjanjian konyol antara Mama dengan kedua orang tuanya Anna. Tapi, karena Anna terpelajar dan juga dia dari keluarga baik-baik. Kamu seharusnya mengerti Aldi akan rasa cinta yang Anna berikan kepadamu. Bukan malah kamu sia-siakan seperti ini." ucapan Mama membuatku begitu terlihat seperti seorang penjahat.
"Maaf Ma, Aldi tak mencintai Anna." ucapku sambil melangkahkan kakiku ke anak tangga. Sampai di anak tangga aku melihat Anna yang masih menundukkan kepalanya. Dan aku berjalan Acuh kepadanya. Biarlah aku dianggap sebagai orang jahat malam ini. Yah, hanya malam ini.
Aurthor Pov
Kedua orang tua Aldi sudah pulang sejak 20 menit yang lalu. Anna pun sudah membereskan bekas makanan yang ada di meja makan. Anna sudah kembali ke dalam kamarnya merenggangkan ototnya ke atas kasur queen sizenya. Ucapan Mamanya Aldi masih terngiang di otak Anna. "Mama yakin suatu saat nanti Aldi akan mencintai kamu." ucapan Mama masih mengena di hatiku.
Bagaimana bisa aku yakin jika Aldi akan mencintaiku? Sedangkan hubungannya dengan Mila saja sampai sekarang masih berlanjut.
"Biarlah apa nanti yang akan terjadi. Aku akan mengikuti jalan yang sudah Tuhan takdirkan kepadaku." ucap Anna sambil memejamkan matanya.
Anna Pov
Pagi ini sikap Aldi masih sama dengan sebelum-sebelumnya. Aldi masih dingin dan tak bisa ku luluhkan. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan hati seperti kokohnya Tembok Cina di dalam hati Aldi? Kehangatan yang selama ini ku berikan tak pernah dia tanggapi dengan hangat, malah dia menjadikan itu alat ssbagai menyiksaku. Aku diam Aldi malah semakin keterlaluan.
"Anna." ucapnya di sela-sela aku memasak makanan untuknya. "Ada apa Al?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya. "Nanti jangan pulang terlalu malam.
Karena aku akan mengajakmu ke Reuni teman SMA ku." ucapnya sambil mengenakan dasi di lehernya. Ya Allah bolehkah aku berharap jika aku yang sedang mengenakan dasi itu? Tanyaku dalam hati. Aku terdiam bukan karena terpesona oleh ketampanan yang sedang dia perlihatkan kepadaku. Karena setiap hari aku selalu mengamati wajahnya dengan diam diam.
"Anna, kau mendengarkanku apa tidak? Jika kau tidak bisa ikut denganku nanti malam aku akan mengajak Mila." ujarnya dengan sangat enteng. Mila? Kenapa selalu Mila? Memang dia cantik. Tapi aku disini adalah Isterinya. Jadi kenapa selalu nama Mila di tengah-tengah pembicaraan kami?
"Jika kau mempunyai niatan untuk mengajak Mila, kenapa kau membicarakannya kepadaku pagi ini?
Dan mengajak ku bertengkar pula? Ajak saja kekasihmu itu. Aku tak apa jika kau pergi dengannya." ucapku berlagak cuek tak perduli dia akan mengajak siapa untuk nanti malam. Padahal dalam hatiku aku sedang berharap jika dia masih mengajak ku.
Munafik bukan? Tapi aku tak masalah di bilang seperti itu. Karena jika aku menunjukkan rasa sakit hatiku di hadapannya maka dia akan bahagia karena sudah berhasil membuatku sakit hati. "Baguslah jika itu keputusanmu.
Lagipula aku juga akan bersama Mila di pesta nanti malam." ucapnya tanpa perasaan lalu meninggalkan aku sendirian. Lagi dan lagi masakan ku hanya aku sendiri yang memakannya. Ada apa dengannya? Apa dia akan HIV setelah memakan makanan yang sudah susah payah aku persiapkan? Akh sial.
Aku menatap makanan ku dengan sendu.
"Aku merindukan Ayah dan Bunda."
lirihku dengan mata yang berkaca-kaca.
Yah setidaknya hidup dengan Ayah dan Bunda makanan yang telah ku masak tak akan terbuang sia-sia seperti ini.
BERSAMBUNG