Terpaksa Menikah Lagi

Selesai makan malam bersama, akhirnya Rama memutuskan untuk segera pulang dan mengunjungi putranya di Rumah Sakit untuk memastikan kondisinya setelah berpindah ke Rumah Sakit Edelweis. Sedangkan Mayang, lebih memilih kembali ke kamar tidurnya dan menguncinya dengan rapat.

Setibanya di dalam kamar, seketika ia teringat kembali kejadian tadi, dimana dirinya telah di selamatkan oleh Rama, sepintas ia tersenyum tipis, kemudian ia segera meluncur ke atas tempat tidurnya, sikap Rama tadi telah mengingatkan dia akan sosok Willy, sang kekasih yang telah tega meninggalkannya begitu saja, bahkan ia telah mendapatkan kabar jika Willy telah menikah dengan wanita lain, yakni wanita pilihan kedua orangtuanya. Mayang sempat kesal di buatnya.

Sebelum Rama benar-benar pergi meninggalkan kediaman Lesmana, Tuan Mahesa memberitahu sesuatu padanya.

"Rama jangan lupa besok sore, kau pergi ke toko perhiasan bersama dengan putriku, di sana pesanlah cincin pernikahan untuk kalian berdua, dan aku sudah membuat janji dengan si pemilik toko tersebut, nanti akan aku kasih tahu alamatnya lewat pesan singkat, soalnya besok aku akan sibuk seharian, ingat jangan sampai kau lupa!" Tuan Mahesa berusaha memperingatkan.

"Baik Tuan, saya pasti akan pergi ke toko perhiasan bersama dengan Nona Mayang sesuai perintah dari anda!" jawabnya patuh.

Mendengar Rama menjawab seperti itu, Tuan Mahesa sangat senang, rupanya Rama adalah orang yang sangat patuh, dan tidak mau melanggar perjanjian yang sudah di sepakati.

Akhirnya Rama bergegas pergi ke Rumah Sakit diantar oleh supir, tadinya Rama sempat menolaknya namun Tuan Mahesa terus mendesaknya, dan alhasil Rama pasrah atas perintah dari Tuannya.

Setibanya di Rumah Sakit, Rama menatap dua orang yang paling ia sayangi sedang tertidur dengan lelapnya, dimana Adnan sudah tertidur pulas di atas ranjang tempat tidurnya sedangkan Jihan, sang istri tertidur di atas kursi sofa, Rama melihat Jihan menggigil karena kedinginan, suhu AC di ruangan ini memang sangat rendah. Akhirnya Rama melepaskan jas miliknya lalu menempatkan jas tersebut di atas tubuh sang istri. Jihan sempat terbangun saat Rama berada di sisinya, Jihan yang masih mengucek kedua bola matanya dan penglihatannya yang belum sempurna sempat terkejut bahkan sampai beranjak dari atas kursi sofa karena ia tidak mengenali suaminya sendiri yang telah berubah 180°, Rama sendiri sempat tertawa kecil saat melihat ekspresi sang istri seperti itu, sudah seperti melihat hantu saja.

Kemudian Jihan mulai kembali mengucek kedua bola matanya untuk memastikan siapa pria yang saat ini berada di hadapannya, dan akhirnya ia baru tersadar jika pria yang saat ini berada di hadapannya adalah suami tercintanya.

"Mas Rama!" Jihan langsung memeluk suaminya begitu erat.

"Mas Aku kangen sama kamu!" ucapnya kembali.

Rama tersenyum senang saat sang istri berkata seperti itu, lalu ia membalas pelukannya dengan gemas.

"Aku juga sangat merindukanmu, istriku! bagaimana keadaanmu dan juga Adnan?" tanyanya masih keadaan memeluk.

"Alhamdulillah kabarku dan putra kita baik, Adnan sudah bisa tertidur dengan pulas, Mas!"

Kemudian Jihan melepaskan pelukannya, ia menatap dalam suaminya karena merasa ada yang lain dari penampilannya.

"Mas, ini betulan kamu?" tanyanya menatap heran.

Mendengar istrinya berkata seperti itu, Rama sampai menepuk jidat.

"Yaiyalah ini aku, Jihan! Memangnya siapa lagi?"

"Kok lain sih? Siapa yang sudah merubah Mas Rama menjadi seperti ini?" mata jihan menyipit, ia mulai menaruh curiga terhadap suaminya.

"Tuan Mahesa yang telah melakukan ini semua untukku, Jihan! Memangnya siapa lagi?" Rama sampai menatap heran

Kemudian Jihan mulai memperhatikan Suaminya dengan tatapan yang lebih intens."Mas tidak sedang membohongiku kan? Benar semua ini Tuan Mahesa yang melakukannya, atau...!" seketika perkataan dari Jihan terhenti di udara.

"Atau apa Jihan? Kau jangan berpikiran yang aneh-aneh!" jawabnya mulai kesal

"Jangan-jangan ini ulah dari calon istri keduamu itu ya Mas, ayo ngaku?" tuduhnya tak beralasan.

Rama sampai menghela napas atas tuduhan dari Jihan, kemudian ia mendekat lalu mengecup kening, pipi dan yang terakhir bibir

Cup

Cup

Cup

"Jangan pernah berpikir yang tidak-tidak, hatiku cuma milikmu, dan jangan pernah meragukan kesetiaan ku, Jihan! Aku sudah berkata jujur padamu!"

Jawaban dan sikap romantis Rama pada sang istri, telah membuat Jihan percaya atas semua perkataannya.

"Maaf Mas, aku malah mencurigai mu!" jawabnya penuh sesal

"Tidak apa-apa Jihan, aku tahu kalau kau cemburu, itu adalah hal yang wajar, tapi kamu harus yakin bahwa hatiku hanya akan menjadi milikmu, aku menikahi Nona Mayang karena apa, kau pun sudah tahu kan jawabannya?" tanyanya sambil menatap dalam sang istri.

Jihan pun mengangguk dalam." iya Mas aku sudah tahu kok! Yasudah sebaiknya kita tidak usah membahas hal ini lagi!" kata Jihan yang kembali memeluk erat suaminya.

kemudian Rama mulai mengatakan sesuatu kepada istrinya soal isi surat perjanjian yang harus menyembunyikan pernikahannya dengan sang istri selama dua tahun lamanya, ia pun takut Jihan tidak terima dengan semua kenyataan ini, namun Rama tidak mungkin selamanya bungkam, Jihan harus tahu dan semoga saja ia bisa mengerti dengan keadaan.

"Jihan, sebenarnya ada hal penting yang ingin aku katakan padamu, ini soal isi surat perjanjian yang sudah aku sepakati dengan Tuan Mahesa, aku harap kamu tidak akan marah ataupun kecewa setelah aku mengatakannya padamu!" perkataan dari Rama sontak telah membuat Jihan semakin di selimuti rasa penasaran.

"Katakanlah Mas, InshaAllah aku tidak akan marah ataupun kecewa, karena sedari awal kita sudah menyepakati pernikahan Mas Rama dengan putrinya Tuan Mahesa!" jawabnya berusaha meyakinkan.

Rama yang mendengar jawaban dari Jihan, ia merasa sangat lega, kemudian ia menghela napasnya sejenak, mengumpulkan keberanian untuk bisa mengatakannya.

"Jihan, selama dua tahun ini, aku harus merahasiakan pernikahan kita dan juga aku harus merahasiakan Adnan juga! Apakah kau tidak keberatan dengan semua ini?" Rama menatap dalam sang istri

Jihan sempat tertunduk dan menghela napas."Baiklah Mas, jika memang ini semua sudah menjadi keputusanmu dengan Tuan Mahesa aku bisa berbuat apa? Yang terpenting adalah kamu Mas, aku akan sangat kecewa jika kamu pergi meninggalkan aku dan juga Adnan, apalagi sampai melupakan!" jawabnya dengan bibir yang bergetar.

Kemudian Rama menggenggam dengan kuat kedua tangan istrinya."Jangan pernah memiliki pikiran seperti itu lagi Jihan, aku tidak akan mungkin melupakanmu dan juga Adnan, Putra kita! Kalian berdua adalah kebahagiaan ku, ngerti kamu!" jawabnya dengan tegas.

Mendengar Suaminya berkata seperti itu, Jihan tersenyum senang, dan ia semakin percaya jika suaminya tidak akan mungkin melanggar semua janjinya.

'Jihan, wanita yang akan selalu singgah dihatiku, semoga kau bisa bertahan dengan semua keadaan ini, dan aku yakin kau bisa melalui semua ini, kita sudah pernah melewati masa sulit bersama! Terimakasih karena selama tujuh tahun ini kau tetap setia bersamaku, menemani hari-hari ku yang belum bisa membahagiakan kamu, tapi aku berjanji setelah ini kita akan hidup bahagia sampai maut memisahkan!' janji Rama dalam hati

Bersambung...

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼