Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.
Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.
Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.
Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !
Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 ULAH VALERIA YANG MENONJOL
Valeria berjalan cepat dari kamarnya dengan mengenakan balutan piyama tidur menuju lantai bawah.
Terlihat Valeria berjalan mengelilingi jalan ke arah tangga turun.
"Pelayan !" panggilnya keras dari atas.
Valeria terus berteriak keras menuju tangga.
"Pelayan, dimana kalian ?" panggilnya lagi.
Valeria benar-benar marah karena panggilannya tidak didengar.
"PELAYAAAN... !!!" teriaknya sekali lagi.
Tergesa-gesa sejumlah pelayan keluar dari ruangan belakang menuju tangga rumah dengan ekspresi panik.
"A-ada apa, nona Valeria memanggil kami ?" tanya para pelayan rumah dari bawah tangga.
Valeria menghentikan langkah kakinya seraya menoleh ke bawah.
"Buang semua pakaian ini ke tong sampah, kalian mengerti !" ucapnya lalu melemparkan pakaian-pakaian sederhana itu dari lantai atas ke arah bawah.
Sejumlah pakaian berhamburan ke lantai bawah ketika Valeria membuang seluruh pakaian milik Valeria yang dulu.
Para pelayan rumah segera memunguti satu persatu pakaian dari atas lantai rumah mewah itu.
Terdengar suara Valeria berkata lantang dari lantai atas.
"Cepat buang itu semua !" perintah Valeria.
"Kenapa dibuang, kan sayang karena pakaian-pakaian ini masih baru dan layak dipakai, nona Valeria ?" tanya seorang pelayan rumah sembari mendekap sejumlah pakaian yang baru saja dibuang oleh majikannya itu.
"Apa tidak sebaiknya didonasikan kepada yang membutuhkan, nona ?" tanya pelayan rumah lainnya yang juga memunguti pakaian-pakaian itu dari lantai.
Valeria tertegun sejenak ketika mendengar nasehat dari para pelayan rumah yang menyarankan kepada dirinya, untuk menyumbangkan pakaian-pakaian itu kepada orang-orang yang membutuhkannya.
"Jangan membantah perintahku !" hardik Valeria yang masih berdiri tegak di dekat pagar besi tangga yang melingkari ruangan di lantai atas rumah mewah itu.
"Kami tidak berani membantah perintah anda, alangkah baiknya nona mendonasikan semua pakaian ini sebagai pencitraan di mata media", kata pelayan mengingatkan.
"Benar, nona Valeria jika anda mau menyumbangkan seluruh pakaian ini maka anda akan mendapatkan nilai lebih dari seluruh orang yang mendengar tujuan mulia ini", kata seorang pelayan berambut ikal.
"Kemungkinan besar pula, kontrak iklan dari produk Luxury bisa nona Valeria dapatkan karena adanya berita tentang kemurahan hati anda ini", saran pelayan yang rambutnya disanggul ke atas.
"Kontrak iklan ?" kata Valeria agak bergumam pelan.
"Benar, pihak Luxury dan produser musik menelpon kemarin, menanyakan kabar anda, apa masih di rumah sakit atau sudah pulang ke rumah", sahut pelayan berseragam pink.
"Ada tujuan apa mereka kemari ?" tanya Valeria dari lantai atas rumahnya sambil menengok ke bawah.
"Mereka menawari kontrak eksklusif kepada anda dengan harga yang fantastis senilai lima milyar untuk iklan dan penggarapan lagu single", kata pelayan itu.
"Lima milyar kau bilang ???" tanya Valeria terkaget-kaget tak percaya setelah mendengar kata-kata dari pelayan.
Pelayan berseragam pink segera menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan ucapannya.
"Benar, nona Valeria, bahkan mereka menanyakan perihal kesediaan anda, menerima tawaran iklan tersebut ataukah menolaknya dan mereka sedang menunggu telepon jawaban dari anda", ucapnya.
"Woah..., aku tak percaya ini...", kata Valeria sambil mendongakkan kepalanya ke atas lalu berseru lantang. "Luar biasa sekali !!!"
Para pelayan rumah saling berpandangan satu sama lainnya seperti mereka sedang berpikir sesuatu.
Rupanya mereka keheranan dengan sikap Valeria yang sekarang ini karena agak berbeda dari Valeria yang biasanya. Dan hal yang paling aneh darinya adalah dia membuang seluruh pakaian favoritnya.
"Katakan pada mereka bahwa aku bersedia menerima tawaran itu, oh, jangan-jangan, biar aku saja yang menelpon mereka, kemana aku harus menghubungi mereka ?" ucap Valeria antusias.
Valeria mencari-cari ponsel miliknya dalam saku piyama tidurnya.
"Dimana ponselku ?" tanyanya.
"Nona Valeria, biasanya urusan ini diserahkan kepada manajer Liam, kenapa anda tidak menelponnya saja ?" tanya pelayan bersanggul rapi.
"Manajer Liam ? Siapa ?" tanya Valeria tertegun.
Sekali lagi para pelayan saling berpandangan dengan tatapan kebingungan sedangkan Valeria sendiri masih tercengang.
"Manajer Liam adalah manajer artis yang mengurusi setiap pekerjaan nona Valeria sebagai penyanyi terkenal yang ditunjuk sendiri oleh anda", kata pelayan bersanggul ke atas.
"Oh, begitu, ya ???" sahut Valeria.
"Apa nona tidak ingat dengan manajer Liam ?" tanya pelayan berseragam pink dengan tatapan cemas.
"Ehk, ya, baiklah...", kata Valeria.
Tampak Valeria mencoba menyembunyikan kebingungannya lantaran dia tidak mengetahui kehidupan Valeria yang sesungguhnya, apalagi mengenal siapa-siapa saja yang dekat dengan gadis cantik itu.
Valeria merasa dirinya sangat asing dengan hidup barunya ini seusai dia yang dulunya adalah sosok Gisela yang bertukar jiwa dengan Valeria yang asli, tentu saja Valeria yang baru dengan jiwa Gisela belum terbiasa menjalani hidup baru ini.
Para pelayan rumahnya sangat mencemaskan kondisi Valeria yang aneh semenjak kepulangannya dari rumah sakit akibat insiden di panggung, saat dia melakukan performanya sebagai seorang penyanyi populer.
"Nona Valeria...", panggil pelayan bersanggul ke atas dengan kepala mendongak ke lantai atas.
"Ya, apa ?" sahut Valeria yang masih tertegun diam.
"Apa ada yang sedang anda pikirkan sekarang ini atau hal yang mengganggu pikiran nona saat ini, mungkin kami bisa memanggilkan psikiater untuk membantu nona ?" tanya pelayan itu.
"Oh, ehk, tidak ?!" sahut Valeria salah tingkah.
Valeria sadar bahwa dirinya telah melakukan kekeliruan karena dia tidak tahu tentang kehidupan Valeria sebelumnya ini.
Cepat-cepat Valeria menyembunyikan kecanggungan dirinya seraya mencoba tersenyum.
"Tidak perlu, aku tidak membutuhkan seorang psikiater karena aku baik-baik saja", sahutnya sembari menepiskan rambutnya ke belakang telinganya.
"Apa perlu kami yang menelpon manajer Liam ?" tanya pelayan rumah.
"Oh, tidak, tidak usah, aku akan menelponnya sendiri, tapi aku lupa menaruh ponselku", sahut Valeria seraya menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, saya akan mengirimkan pelayan untuk membantu anda mencari ponsel di kamar", kata pelayan bersanggul ke atas.
"Oh, eh, yah, baiklah, aku setuju itu", kata Valeria lalu mengangguk cepat.
Terlihat tingkah lakunya gugup serta aneh menurut para pelayan rumah namun tidak ada seorangpun yang berani bertanya saat Valeria berada disini.
"Jika tidak ada keperluan lagi maka kami akan pergi dan bagaimana pendapat nona Valeria tentang donasi pakaian-pakaian ini", kata pelayan rumah.
"Terserah padamu saja, mana yang terbaik, aku serahkan urusan ini karena aku tidak mau mengurusi hal-hal sepele yang merepotkanku", sahut Valeria sambil mengibaskan telapak tangannya.
"Baik, nona Valeria, kami akan mengurus hal ini", kata pelayan rumah.
"Okay...", sahut Valeria dengan ekspresi datar.
"Kalau tidak ada urusan lainnya maka kami pamit ke ruangan belakang sebab masih banyak pekerjaan menunggu disana", kata para pelayan sembari setengah membungkukkan badan mereka sebelum berpamitan pergi.
"Ya, pergilah dan lanjutkan pekerjaan kalian !" sahut Valeria yang hanya memperhatikan kuku-kukunya yang terawat rapi tanpa menoleh kepada para pelayan rumah di bawah sana.
Sikap sombong milik Gisela yang dulu masih saja dibawanya setelah dia bertukar nasib menjadi Valeria yang cantik bahkan melekat erat pada diri Valeria yang sekarang ini.
Mungkinkah Gisela yang dulu mampu bersikap layaknya seorang artis populer serta bersahaja. Dan apakah dia mampu mengimbangi gaya hidup keartisannya sebagai Valeria yang terkenal itu.
Pelayan-pelayan itu mulai berbisik satu sama lainnya seperti mereka bertanya-tanya dengan perubahan sikap Valeria ketika melangkah pergi dari ruangan utama rumah mewah menuju ke area belakang.
Terdengar suara para pelayan ketika mereka mulai membicarakan keanehan dari sikap majikannya yang bernama Valeria sekarang ini.
"Kenapa nona Valeria berubah sekarang ?" bisik pelayan berambut ikal.
"Entahlah, aku juga tidak tahu menahu soal itu, tapi dia memang agak lain dari biasanya", sahut pelayan rumah berambut pendek.
"Semenjak dia pulang dari rumah sakit, perubahan sikapnya sangat berbeda, ditambah lagi, dia membuang semua baju favoritnya, anehkan ?" kata pelayan rumah.
"Ya, kau benar, jika aku perhatikan wajah nona Valeria agak lain dari sebelumnya, seperti orang asing saja", sahut pelayan rumah berambut pendek.
"Auranya terpancar berbeda, seperti suram, tapi, aku tidak berani memastikannya...", kata pelayan rumah berambut ikal.
"Seperti ada aura nenek-nenek tua dalam diri nona Valeria yang sekarang ini, tidakkah kalian memperhatikannya tadi", kata pelayan rumah berambut pendek.
"Kapan kamu memperhatikan hal itu ?" tanya pelayan rumah berseragam pink.
"Sewaktu dia berbicara tadi pada kita di dekat pagar di lantai atas, saat nona Valeria membuang seluruh pakaiannya tadi", sahut pelayan rumah berambut ikal.
"Oh, ya, benar, aku juga sependapat denganmu", kata pelayan rumah lainnya.
Para pelayan rumah semakin ramai membicarakan tentang perubahan sikap Valeria yang tidak biasa tadi sembari terus berjalan melewati jalan yang ada di area selasar menuju area belakang rumah.
Tiba-tiba terdengar suara pelayan rumah bersanggul rapi dari arah depan.
"Hai, kalian, jangan suka menggunjingkan orang lain, itu tidak baik, dan kalian tahu siapa yang sedang kalian gunjingkan itu, dia adalah nona kalian !" kata pelayan rumah itu.
Semua pelayan langsung terdiam dan menunduk setelah ditegur sembari terus melanjutkan langkah mereka menuju area belakang rumah dengan membawa tumpukan pakaian-pakaian milik Valeria.
"Kerjakan saja pekerjaan kalian karena akan banyak kotak kardus yang kita butuhkan untuk membungkus semua pakaian ini yang dikirimkan sebagai donasi", kata pelayan rumah bersanggul itu tegas.
''Kenapa tidak buat kita saja semua pakaian itu, bukankah masih baru dan bagus-bagus, sayangkan jika dikasihkan ke orang lain ?" tanya pelayan berambut ikal.
"Hush, jangan berkata sembarangan saja, semua pakaian ini teruntuk kepentingan nona Valeria sebagai pencitraan", sahut pelayan bersanggul itu.