Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 27
"Mereka pergi?"
Aiden sungguh sangat terkejut. Dia seperti orang yang kebingungan sekarang. Dia sudah sangat bersemangat untuk melihat Gryas dan Arlo tapi ternyata mereka berdua tak ada di sana sekarang.
Lars bisa melihat kekosongan di mata Aiden. Ia juga bisa melihat bahwa Aiden saat ini tak mendengarkan sepenuhnya apa yang dia katakan.
Tap!
Lars menepuk bahu Aiden, dan itu seolah membuat Aiden tersadar dari lamunannya.
"Apa Anda tidak apa-apa, Tuan Aiden? Apa Anda tetap ingin menunggu hasilnya?"
"Oh sepertinya tidak, Dokter. Saya akan sekalian kembali nanti setelah semua hasil tes keluar. Termasuk tes DNA yang saya lakukan. Saya lupa kalau ada kelas nanti siang. Terimakasih untuk waktunya, Dokter Lars."
Aiden langsung melenggang pergi. Meski dia nampak baik-baik saja di depan Lars, tapi Lars merasa ekspresi wajah Aiden sangat berbeda saat tahu kalau Gryas dan Arlo sudah tidak ada di negara ini lagi.
"Sebenarnya apa yang diharapkan oleh pria itu?"
Lars bergumam lirih. Dia tidak mengerti jalan pikiran Aiden. Menurut cerita Gryas, kemarin Aiden enggan mengakui bahwa Arlo adalah putranya. Namun sekarang, wajah kehilangan Aiden itu terlihat sangat nyata.
Lars hanya menggelengkan kepalanya pelan, dia lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Aiden, dengan langkahnya yang lunglai, berjalan menuju ke tempat dirinya memarkirkan mobilnya. Entah apa yang saat ino dirasakannya tapi yang jelas hati dan pikirannya tidak karuan.
Bruk!
"Maaf, maaf saya tidak sengaja."
"Aiden?"
Sreet
Aiden melihat ke arah wajah orang yang menyebutkan namanya. Bak menemukan oase di padang pasir, Aiden terlihat begitu lega melihat ternyata orang yang dia tabrak ketika berjalan itu adalah Hendrik.
Hanya melihat dari raut wajah saja Hendrik sudah tahu kalau Aiden saat ini tengah dalam pikiran yang carut marut.
"Ada apa?"
"Mereka pergi."
Fyuuuh
Hendrik membuang nafasnya kasar. Mereka yang dimaksud Aiden pastilah Gryas dan Arlo. Hendrik juga baru tahu setelah lewat satu hari Gryas dan Arlo meninggalkan negara ini. Kepulangan Gryas dan Arlo kembali ke negara asal Gryas menjadi pembicaraan hangat di rumah sakit.
Bagi Hendrik itu adalah pilihan yang bagus. Berkumpul dengan keluarga merupakan obat mujarab bagi Gryas dan juga Arlo tentunya.
Selama ini Gryas sudah cukup baik bertahan sendirian. Mentalnya dihajar habis-habisan ketika Arlo dinyatakan sakit. Jadi sekarang waktunya untuk Gryas beristirahat di samping keluarganya. Menurut Hendrik itu sudah sangat tepat. Terlebih perjumpaannya dengan Aiden yang masih denial terhadap hati dan perasaanya akan semakin membuat Gryas memiliki kondisi psikis yang tidak baik jika terus berada di sini.
"Ya bagus, Gryas pulang bersama orangtuanya. Itu akan bagus bagi kesehatan mentalnya. Dan Arlo, dia akan mendapat penanganan yang baik juga. Ku dengar Gryas ternyata berasal dari keluarga terpandang. Keluarganya memiliki rumah sakit besar dan juga perusahaan farmasi besar yang sangat diperhitungkan."
Gluph!
Aiden menelan saliva nya dengan susah payah. Entah mengapa dia langsung merasa ciut sekarang.
Selama mengenal Gryas, wanita itu tak pernah menceritakan tentang latar belakang keluarganya dan Aiden juga tidak memiliki keinginan untuk tahu. Baginya berhubungan dengan wanita itu ya karena cinta. Dia tidak akan peduli dengan background keluarga.
Tapi mendengar Gryas memang berasal dari keluarga terpandang, entah mengapa membuat Aiden merasa ciut.
"Apa memang benar demikian?"
"Hmmm, nih lihat saja."
Rupanya Hendrik sedari tadi sibuk dengan ponselnya adalah untuk mencari terkait keluarga Brown. Keluarga Brown adalah keluarga dari pihak ayah dan keluarga Brahmana adalah keluarga dari pihak ibu.
Aiden membulatkan matanya membaca semua silsilah keluarga Brown. Dia bahkan menelan saliva nya dengan susah payah.
"Ternyata memang begitu ya?"
"Iya, ya sudah pilihanmu tepat kan tidak lagi memiliki urusan dengan nya. Arlo selamanya juga tidak perlu tahu kalau kau bapaknya. Keluarga kita tak sebanding dengan keluarganya. Memang benar kau keturunan profesor dan aku keturunan dokter. Tapi kalau dibandingkan kita memiliki kasta yang berbeda. Ya sudah aku kembali kerja dulu. Pulang dengan hati-hati oke."
Aiden hanya diam dia tidak tahu pikirannya sekarang ini apa.
Ucapan Hendrik tadi sebenarnya hanya sarkas kepada Aiden. Dia sedikit kesal dengan Aiden yang bodoh karena tidak mau mencari tahu lebih dulu terkait Arlo. Hendrik sedikit kesal karena Aiden dengan bodohnya tidak mau menelaah dulu apa yang terjadi pada dirinya dan Gryas.
Kini raut penyesalan itu tampak nyata. Bukan karena asal usul Gryas. Hendrik yakin bahwa Aide bukan orang yang memandang status. Semua itu karena ia tidak lagi bisa melihat Arlo dan Gryas di sini lagi.
Mungkin Aiden pikir bahwa Gryas dan Arlo akan selamanya tinggal di sini. Jadi dia sangat santai menanggapi semuanya. Namun ternyata dia salah. Faktanya Gryas dan Arlo pergi dan entah kapan ia bisa bertemu dengan mereka lagi.
"Mungkin ini bagus untuk mu, Aiden. Dengan begini kau akan sadar tentang perasaanmu. Terkadang, kita baru tahu bahwa seseorang berarti saat kita sudah kehilangannya. Kalau untuk status, aku sih tidak khawatir. Meski tidak kaya raya, nama keluarga kita De Vries, termasuk nama yang dikenal juga. Semua itu kini hanya tinggal hatimu saja Aiden."
Memang benar, Aiden memang harus diberi syok terapi agar bisa menyadari hatinya sendiri. Dan kepergian Gryas bersama Arlo, akan membuat Aiden lebih pahan. Apalagi jika tes DNA membuktikan bahwa Arlo benar adalah putranya. Ia akan lebih merasa menyesal lagi.
Sedangkan di tempat lain, rona kebahagiaan masih begitu menyelimuti keluarga Gryas. Mereka sudah berada di kota Yogya. Kakak Gryas yakni Gael bersama istri dan ketiga anaknya pun juga datang dari Surabaya untuk bertemu dengan Gryas dan Arlo.
"Meskipun terlambat, selamat untuk pernikahan kalian Mas Gael dan Mbak Keisha."
Gael memeluk adiknya dengan sangat erat. Ia jelas rindu pada adik perempuan satu-satunya.
"Bajingan mana yang membuat adikku begini, hmmm?"
"Ndak Mas, dia ndak salah. Aku yang kabur kok. Jadi jangan menyalahkannya."
Gryas rupanya masih melindungi Aiden di depan keluarga besarnya. Dia menutupi fakta bahwa Aiden denial terhadap kelahiran Arlo.
Gryas hanya tidak ingin jika Arlo nantinya membenci Aiden. Biarlah Arlo sama sekali tidak tahu akan hal tersebut.
"Halo Arlo, ini ketiga kakak kamu. Kak Alle, Mas Asher dan Mas Ardath."
"Halo Ta Alle Mas Ashel dan Mas Aldat. Salam tenal, atu Allo."
TBC
eh kok ada Brisia disini, Brisia apa Gryas kak? hehe
Arlo masih cadek jadi makin gemesin