NovelToon NovelToon
Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Vampir / Manusia Serigala / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Arunika terjebak di dalam dunia novel yang seharusnya berakhir tragis.

Ia harus menikahi seorang Dewa yang tinggal di antara vampir, memperbaiki alur cerita, dan mencari jalan pulang ke dunia nyata.

Tapi... ketika perasaan mulai tumbuh, mana yang harus ia pilih—dunia nyata atau kisah yang berubah menjadi nyata?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Ancaman besar bagi Sang Serigala Putih

Penobatan Sang Serigala Putih

Langit pagi di atas Kerajaan Swastamita tampak jernih, seolah turut memberkati hari yang dinanti seluruh rakyatnya. Gemerincing lonceng dan dentang genderang mengisi udara, menggema di seluruh penjuru istana. Bendera-bendera kebesaran kerajaan berkibar gagah, sementara bunga-bunga berwarna emas dan perak bertebaran di sepanjang jalan menuju aula agung.

Aku berdiri di tengah keramaian itu, mengenakan gaun kebesaran berwarna gading dan perhiasan peninggalan ibuku. Di sisiku, Pangeran Mark menggenggam tanganku erat. Jemarinya hangat dan tenang, kontras dengan gelombang kegelisahan yang terus menyeruak dalam dadaku.

Aula besar istana telah dipenuhi oleh rakyat dari segala penjuru wilayah Swastamita. Bangsawan, rakyat jelata, prajurit, dan bahkan perwakilan dari kerajaan tetangga berkumpul dalam keheningan khidmat. Di ujung aula, sebuah takhta emas berdiri megah, dikelilingi oleh ukiran serigala putih—simbol warisan darah tua dari garis keturunan Pangeran Renjana.

Lelaki itu berdiri tegak di tengah aula. Sorot matanya tajam dan tenang, seperti mata seekor binatang buas yang mengawasi kawanan. Jubah penobatannya menjuntai panjang, berwarna hitam pekat dengan bordiran perak, menandakan darah serigala putih yang mengalir dalam dirinya. Di atas dahinya, mahkota leluhur belum dikenakan, namun auranya telah menandai bahwa ia adalah raja sejati.

Raja Amerta, ayah kami, melangkah ke tengah panggung dengan langkah perlahan. Sorot matanya tajam namun penuh kebanggaan. Ia mengangkat tongkat kerajaan tinggi ke udara, dan semua suara seketika terdiam.

"Wahai rakyat Swastamita," suara ayah menggema kuat, "Hari ini, di bawah cahaya para leluhur dan restu langit, aku serahkan tahtaku kepada darah dagingku sendiri, pewaris terakhir dari garis putih yang dijaga turun-temurun. Pangeran Renjana, engkaulah serigala terakhir, pelindung tanah ini, dan pemegang nasib kerajaan."

Renjana melangkah maju. Sinar cahaya pagi dari jendela kaca menari di atas rambut peraknya. Ia berlutut di hadapan ayah, kepala tertunduk dengan penuh hormat.

"Aku, Renjana dari garis Serigala Putih, bersumpah setia kepada tanah Swastamita dan seluruh isinya. Dengan darahku, jiwaku, dan kekuatanku, aku akan melindungi tanah ini, bahkan jika gelap datang dari segala arah."

Ayah mengangguk perlahan, lalu mengangkat mahkota yang dipahat dari tulang serigala putih pertama—simbol kuno dari kekuatan, keberanian, dan kesetiaan. Ia meletakkannya di atas kepala Renjana.

"Maka dengan ini, aku nobatkan engkau... Raja Renjana dari Swastamita, Penjaga Putih, dan pembela batas antara terang dan kegelapan."

Hening sejenak. Lalu, seperti dentuman petir, suara rakyat bergemuruh bersama.

"Hidup Raja Renjana! Serigala Putih Swastamita!"

Aku memejamkan mata sejenak. Di tengah kemegahan ini, dadaku bergetar. Bukan hanya karena penobatan kakakku, tetapi karena kutahu, inilah awal dari badai. Ancaman di luar sana takkan tinggal diam. Tapi hari ini, untuk sesaat, kami berdiri tegak.

Dengan takhta di tangan Renjana dan Mark di sisiku, aku tahu bahwa kisah kami baru saja dimulai. Dan aku—Arunika, putri dari Swastamita—akan menjadi saksi dari peperangan takdir yang segera tiba.

Langkah-langkahku terasa ringan, namun hatiku berat. Aku berdiri di sisi Pangeran Mark, menyaksikan lautan manusia yang memenuhi aula besar istana Swastamita.

Udara pagi terasa berbeda—lebih dingin, lebih tegang. Aku menggenggam tangan Mark tanpa sadar, dan ketika ia menoleh, tatapan hangatnya cukup untuk menahan kegelisahan yang mulai naik ke dadaku.

Rakyat bersorak menyambut hari bersejarah ini. Di ujung aula, Pangeran Renjana—kakakku, saudara seayah, berdiri dalam jubah hitam dengan bordiran perak menyerupai bulu serigala. Darah serigala putih mengalir dalam dirinya, dan hari ini ia akan diangkat sebagai raja. Tapi jauh di balik segala kemegahan dan ritual kebangsawanan, aku tahu betul: penobatan ini tak hanya tentang mahkota dan takhta.

Ada bisikan dalam mimpiku. Bayangan samar yang terus menghantuiku. Suara yang memperingatkan, bahwa hari ini akan menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih gelap. Aku telah mencoba menepisnya, tapi firasat dalam dadaku tak pernah salah. Aku tahu... sesuatu akan terjadi.

Mark menyadari ketegangan dalam sorot mataku. "Kau akan baik-baik saja," bisiknya. "Aku berjanji."

Aku mengangguk. Tapi janji pun hanya sekuat takdir mengizinkan.

Ketika Raja Amerta memahkotai Renjana, sorakan rakyat menggema. Semua mata tertuju pada raja baru mereka. Sang Serigala Putih, penjaga batas antara manusia dan kekuatan gaib, kini duduk di takhta. Tetapi aku, Arunika, tahu bahwa di balik sorotan mata itu, di balik dinding dan tirai emas istana, ancaman telah lama menyusup.

Dan saat aku menatap mahkota yang kini bertengger di kepala Renjana, untuk sesaat, aku melihat sesuatu yang lain—bayangan yang berdiri di belakangnya. Tak kasat mata oleh siapa pun... kecuali aku.

Angin sore menyelinap masuk dari celah jendela istana, namun hawa damainya tak mampu meredakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada Arunika. Penobatan telah selesai, rakyat bersuka cita, namun di balik senyuman dan sorak-sorai, ia dapat merasakan sesuatu yang mengganggu. Pangeran Mark berdiri tegak di sisi jendela, tubuhnya kaku, matanya menatap jauh ke luar seolah menyaksikan sesuatu yang tak dapat dilihat oleh mata biasa.

"Pangeran." Arunika memanggilnya pelan.

"Ada apa?"

Sang pangeran tak langsung menjawab. Dengan langkah lebar dan penuh ketegangan, ia berjalan menuju jendela besar di ujung aula. Tirai tebal disibakkan, dan dari balik kaca berembun, pemandangan di luar menampakkan sesuatu yang mengerikan.

Dari hutan timur, gelombang kabut hitam menjalar perlahan, seakan mengalir seperti darah ke arah istana. Di balik kabut itu, siluet-siluet bergerak cepat: pasukan bersenjata jubah gelap, para penyihir dengan mata menyala, dan serigala-serigala hitam berlarian dengan tatapan haus darah.

"Tidak." bisik Arunika, nyaris tak terdengar.

Pangeran Mark mengangkat tangan kanannya. Aura sihir mulai berkumpul di telapak tangannya, dan dalam sekejap, ia melemparkan bola api yang melesat menembus udara melesak keluar jendela dan menghantam barisan musuh pertama. Ledakan besar mengguncang tanah, cahaya oranye menyala di langit sore yang mulai meredup.

Arunika mundur satu langkah, terkejut. Ia belum pernah melihat kekuatan sebesar itu dari suaminya.

"Mark mengapa kau tidak memberitahuku lebih awal? Apa yang sebenarnya terjadi?" suaranya gemetar, tak hanya karena takut, tetapi karena merasa terluka oleh rahasia yang disembunyikan darinya.

Mark berbalik perlahan, wajahnya dibalut lelah dan kesungguhan yang dalam. "Aku tak ingin kau terlibat, Arunika. Ini bukan sekadar serangan biasa. Mereka datang dari hutan gelap di timur sarang para penyihir hitam, serigala liar, dan vampir yang sudah lama menunggu saat yang tepat untuk menyerang Swastamita."

Arunika menelan ludah, mencoba memahami besarnya ancaman yang kini berdiri di ambang pintu kerajaannya. "Lalu… apa yang bisa kita lakukan? Apakah ini awal dari kehancuran?"

Mark mendekatinya, menggenggam tangannya dengan lembut, namun erat, seakan tak ingin kehilangan satu-satunya cahaya dalam hidupnya.

"Kita tidak akan membiarkan kerajaan ini jatuh," katanya tegas.

"Ayahmu, Raja Amerta, sudah menyusun strategi. Tapi ada hal lain yang lebih besar sesuatu yang membuatku tak bisa tidur beberapa malam terakhir."

Arunika menatapnya, matanya mencari jawaban yang tak terucap.

“Kita butuh penerus, Arunika,” lanjut Mark dengan suara yang lebih rendah dan menatapnya dalam.

"Pewaris yang akan melanjutkan darah kerajaan ini, yang akan menjaga Swastamita jika suatu hari kita tak ada lagi. Itu sebabnya aku begitu gelisah aku bertarung di dua medan melawan musuh di luar, dan mempersiapkan masa depan dari dalam."

Keheningan menggantung di antara mereka. Arunika merasakan dadanya sesak—takut, bingung, namun juga tergerak oleh keberanian dan kepercayaan yang diberikan Mark padanya. Ia bukan lagi hanya seorang putri. Ia kini adalah istri, pelindung, dan calon ibu dari garis keturunan terakhir kerajaan.

Perlahan, ia mengangguk, menahan air mata yang hendak jatuh.

"Tidak peduli itu laki-laki ataupun perempuan, apapun yang didatangkan dari takdir itulah yang akan kita terima." Arunika mulai tersentuh oleh kata-kata dari Sang Pangeran, ia berusaha untuk menjadi seorang pria yang melindunginya.

Di luar jendela, langit mulai memerah, dan serigala-serigala hitam masih menunggu di ujung batas. Tapi di dalam istana, dua jiwa telah bersatu—bersiap, bukan untuk melarikan diri, tapi untuk bertarung demi takhta, demi cinta, dan demi masa depan yang belum tertulis.

...****************...

Hari itu, langit di atas Swastamita terlihat luar biasa cerah—seolah para leluhur sendiri memberkati hari yang telah lama dinanti. Angin membawa harum dupa dan kelopak bunga dari penjuru kerajaan, membasuh tanah dengan semerbak pertanda datangnya seseorang yang agung.

Di pelataran istana yang luas, Raja Renjana berdiri tegak dengan sorot mata penuh harap. Jubah kebesarannya berkibar lembut tertiup angin, berwarna putih gading dengan sulaman emas yang memantulkan sinar mentari. Namun tak ada yang bisa menyembunyikan debaran jantung di balik dadanya. Ia, raja yang tak pernah gentar di medan perang, hari itu menanti—bukan musuh, melainkan cinta.

Dialah Nona Shataraya, wanita yang tak hanya menawan, tetapi juga keturunan penyihir putih dari hutan barat, putri kehormatan dari Kerajaan Madaphala. Dikenal karena ketenangan dan kekuatannya dalam cahaya, Shataraya bukan sekadar tamu. Ia adalah sang tunangan, calon ratu, dan mungkin—penentu arah masa depan Swastamita.

Suara derap lembut terdengar dari kejauhan. Kereta kuda bersinar keemasan muncul dari balik kabut tipis, melaju seolah tak menyentuh tanah. Empat kuda putih berlari pelan, surainya menjuntai seperti benang perak. Kereta itu bercahaya, bukan karena logam atau sihir mencolok, melainkan dari aura lembut yang memancar alami dari dalamnya.

Raja Renjana menatap penuh takjub, sementara para bangsawan berbisik kagum. Ia melangkah maju, menanti di tangga batu istana, tepat saat kereta berhenti di hadapannya. Ketika pintu terbuka, dan Nona Shataraya menjejakkan kaki di tanah Swastamita, seakan dunia berhenti berputar.

Wajahnya berseri, gaun putihnya berkilau dalam cahaya sore. Tatapan matanya jernih—tenang dan kuat. Ia membalas pandangan sang raja, dan senyum kecil muncul di wajahnya. Untuk pertama kalinya sejak duduk di tahta, Raja Renjana merasa hatinya lebih tenang dari mahkota yang ia kenakan.

Raja tua, ayahanda Renjana, menepuk bahu putranya dengan bangga. "Kerajaan ini telah lama menunggu cahaya seperti dia," ucapnya penuh syukur.

Kebahagiaan itu tak bertahan lama.

Menjelang malam, langit yang tadinya jernih mendadak menggelap. Bintang-bintang bergetar, dan cahaya pelindung yang mengelilingi istana perisai kuno warisan leluhur mulai berderak. Suara retakan menggema seperti denting baja yang patah.

Tiba-tiba, semburat merah gelap menembus langit. Jeritan para penjaga terdengar dari tembok-tembok luar. Para prajurit berlarian, dan sihir pelindung yang selama ini tak tergoyahkan mulai pecah.

Raja Renjana bergerak cepat, menaiki balkon tinggi, pandangannya menyapu ke arah timur. Di sana, dari celah pertahanan yang koyak, kegelapan mulai merayap masuk. Siluet-siluet hitam—serigala bertaring, penyihir berjubah bayangan, dan entitas yang tak bisa dijelaskan oleh mata biasa—bergerak mendekat.

"Mustahil."bisik Renjana. "Tak seorang pun bisa menembus cahaya perlindungan ini."

Shataraya berdiri di sampingnya, matanya menatap langit dengan tenang. Tapi suaranya lirih dan tegas, "Ada sesuatu yang telah bangkit dari dalam hutan kegelapan. Sesuatu yang lebih tua dari kita semua."

Raja Renjana menoleh padanya, tajam. "Apa kau tahu tentang ini?"

Shataraya menunduk sebentar, lalu menatapnya dengan mata yang jujur. "Aku tahu mereka akan datang. Tapi tidak secepat ini. Dan bukan malam ini."

Saat dentuman sihir pertama menghantam dinding luar kerajaan, Raja Renjana menggenggam gagang pedangnya. Ia menatap Shataraya dengan tekad membara.

"Maka malam ini bukan malam perayaan." ujarnya.

"Tapi malam pembuktian. Bahwa cinta dan cahaya akan tetap berdiri di tengah kegelapan."

...****************...

Dalam cerita aslinya Putri Arunika Mengacaukan pesta perayaan Kenaikan Tahta Pangeran Renjana karena ia juga mencurigainya sehingga perang terjadi antara Pangeran Pertama dan Raja Renjana juga ketika Pasukan Penyihir Hitam datang mereka kalah dalam perang karena menghadapi dua konflik perang sekaligus, Sang raja Renjana kalah. Tetapi semuanya sekarang berubah ketika Arunika mengubah Alurnya awalnya Putri Arunika ia memang di minta untuk memberikan keturunan laki-laki untuk dua kerajaan besar ini. Tetapi sang putri menolak dan membuat peperangan, lalu sekarang Arunika yang sekarang sudah mengerti apa yang harus ia lakukan kali ini yaitu membiarkan semuanya berjalan lancar. Karena karakter Putri Arunika yang menghancurkan.

1
Bayu Bayu
aku mampir author/Smile/semangat berkarya/Determined//Determined//Smile/janganlupa mampir juga yahh
Bayu Bayu
semangat kak
🌀Jïñğğä Ñõõř💞
bagus ... semangat ya dek
Lilly
transmigrasi ke novel kh?
j_ryuka: iyaa beb
total 1 replies
The first child
Aku hadir kembali kak..
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut /Scream/
iqiww
keren kak
iqiww
tetap semangat kak
iqiww
sudah mampir kak
iqbal nasution
oke..lanjutkan
ꪻ꛰͜⃟ዛ༉❤️⃟Wᵃf•ʙͨᴜͥɴͨɴͥʏ⍣⃟❍¹⁸➢‮
ini ceritanya transmigrasi ke novel?
j_ryuka: iya bener kak😅
total 1 replies
The first child
lanjut thor, suka banget sama ceritanya
Bulanbintang
Nama tokohnya puitis, Kak.
Ceritanya juga keren, semangat terus ya. 😉
🔵❤️⃟Wᵃf§𝆺𝅥⃝©⧗⃟ᷢʷ₭Ⱡ₳Ɽ₳🍇
semoga arunika bisa menjalani takdirnya
Anyelir
Kak, aku suka gambarnya. Gambarnya bagus 👍
Dimas Saputra
lanjut thor saling suport trus
Nurhani ❤️
Lanjut tour /Kiss//Kiss//Kiss/
Nurhani ❤️
aru dapet pangeran, aku dapet apah /Sob//Sob//Sob//Sob/
Nurhani ❤️
aku mampir tour /Kiss//Kiss/ semangat terus yah, jangn lupa mampir juga yah /NosePick//NosePick//NosePick/
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Jangan lupa berkunjung di karya aku juga yaa/Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!