NovelToon NovelToon
When Love Comes Back

When Love Comes Back

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Pelakor jahat
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Irish kembali, membawa dua anak kembar dan luka lama yang telah berubah menjadi kekuatan. Ethan, pria yang dulu mengabaikannya tanpa rasa, kini tak bisa mengalihkan pandangan. Ada yang berbeda dari Irish, keteguhan hatinya, tatapannya, dan terutama... anak-anak itu. Nalurinya berkata mereka adalah anaknya. Tapi setelah semua yang ia lakukan, pantaskah Ethan berharap diberi kesempatan kedua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EP: 31

Ethan yang pingsan segera dibawa ke ruang operasi. Leo sudah bersiap dengan pakaian operasi lengkap, menunggu di dalam saat Ethan didorong masuk.

Air mata terus menodai wajah Irish, sementara darah hangat Ethan masih membasahi pakaiannya. Sejak kejadian di lokasi hingga perjalanan ke rumah sakit, Irish tak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Ethan.

Begitu Ethan akhirnya dimasukkan ke ruang operasi, pegangan tangannya terlepas oleh tenaga medis, membuat Irish hanya bisa berdiri terpaku. Ketika pintu operasi tertutup, tulisan “Sedang Operasi” menyala terang, membuat dadanya seolah ikut terkunci di sana.

Selain Irish, ada Dion, Erick, dan Hanna yang menunggu di luar ruang operasi. Semuanya tampak tegang, menatap pintu yang tertutup rapat.

Entah sudah berapa lama mereka menunggu, Dion akhirnya sadar dan merogoh ponselnya. Ia tahu keluarga Ethan berada di Amerika, dan satu-satunya orang terdekat yang bisa dihubungi hanyalah istrinya, Carisa.

Panggilan tersambung setelah beberapa dering. Terdengar suara Carisa di ujung sana, ragu dan cemas.

“Dion? Ada apa?” tanya Carisa.

Dion berusaha menahan panik, suaranya bergetar.

“Carisa, tolong dengarkan baik-baik. Jangan panik dulu.”

“Ada apa?! Ethan kenapa?!” suara Carisa langsung berubah tegang.

Dion menyesali sudah membuat Carisa cemas, tapi ia tak bisa menyembunyikan kenyataan.

“Ethan mengalami kecelakaan kecil di lokasi syuting, sekarang sedang dioperasi. Bisa datang secepat mungkin?”

“APA?!” suara Carisa melengking, disusul bunyi benturan keras dan sambungan terputus.

“Halo? Carisa? Halo?” Dion memandang layar ponsel yang sudah mati, lalu menghela napas panjang. Mungkin Carisa terlalu syok sampai menjatuhkan ponselnya, pikirnya, berharap Zayn, bisa segera menenangkan Carisa dan membantunya datang.

Dion menepuk pelipisnya, lalu berjalan mendekat ke Erick, yang sedang menenangkan Hanna dan Irish.

“Pak Erick,” katanya pelan, “bagaimanapun juga, Ethan orang besar di kota ini. Kecelakaan ini jangan sampai bocor ke media, bisa menimbulkan masalah besar. Tolong pastikan tidak ada yang menyebarkan.”

Erick mengangguk tegas.

“Tenang, aku sudah memerintahkan asistennya mengurus semuanya, pemilik venue, juga sudah diminta bungkam.”

Kemudian Erick menatap Dion dengan serius.

“Tapi, Pak Dion, aku tidak punya kontak keluarga Ethan selain kamu. Mereka tetap harus diberi tahu.”

“Sudah, aku hubungi Carisa,” jawab Dion cepat, sedikit lega karena Erick pun mengkhawatirkan hal yang sama.

Tiba-tiba terdengar suara Hanna yang cemas memanggil.

“Irish, katakan sesuatu...”

Erick dan Dion serempak menoleh. Mereka melihat Irish duduk di kursi tunggu, menatap kosong, tanpa suara. Darah di sikunya masih menetes, tapi dia tak merasakannya sama sekali.

Dion menatapnya dengan prihatin, lalu mendekati Hanna.

“Hanna, lututmu juga terluka, ayo kita balut dulu,” katanya lembut. “Irish, ikut juga, luka di tanganmu harus diperiksa.”

Namun Irish tak bergeming, hanya menatap hampa ke arah pintu operasi seolah jiwanya ikut tertahan di sana.

Erick akhirnya berjongkok di depannya, menatap matanya.

“Irish, kamu baik-baik saja?”

Irish berkedip pelan, air matanya kembali jatuh.

“Erick... Ethan... dia baik-baik saja, kan?” suaranya serak.

Erick terdiam beberapa detik. Hatinya terasa nyeri melihat Irish yang begitu rapuh. Ia menahan perasaan bersalah karena tahu meskipun ia berlari secepat mungkin tadi, ia tetap kalah cepat dari Ethan untuk melindungi Irish.

“Dia pasti baik-baik saja,” jawabnya meyakinkan.

Tapi Irish menggeleng, suaranya pecah.

“Dia berdarah banyak, untuk menolongku... padahal dia tidak harus melakukannya...”

Erick hanya mampu menatapnya dalam diam, menahan emosi yang berkecamuk.

Irish terisak, menutup wajahnya dengan tangan yang masih berlumuran darah.

“Bagaimana mungkin dia sempat menanyaiku apakah aku baik-baik saja, padahal dirinya sendiri berdarah begitu banyak...” bisiknya di sela tangis.

Air matanya bercampur darah, menetes di lantai putih rumah sakit.

Erick meletakkan tangan di bahu Irish, mencoba menenangkan.

“Jangan salahkan dirimu sendiri,” ucapnya pelan.

Tapi jauh di dalam hatinya, Erick menyesal, kenapa bukan dia yang lebih dulu menyelamatkan Irish? Kenapa selalu selangkah lebih lambat?

Mata Erick menatap Irish yang tampak rapuh di hadapannya. Ia tidak tahu harus berkata apa, selain mencoba menenangkan perempuan itu sebisanya.

“Ethan akan baik-baik saja, percayalah, Irish.”

Irish terisak, matanya bengkak, air mata terus jatuh meski ia berusaha tersenyum paksa.

“Ya... Ethan harus baik-baik saja. Dia belum sempat menjelaskan kenapa dia menyelamatkanku, jadi dia harus bertahan.”

Erick menahan napas saat melihat ekspresi Irish yang campur aduk antara rasa takut, bersalah, dan putus asa. Ia menunduk sedikit, menepuk bahu Irish, lalu menuntunnya agar bersandar.

“Kalau kamu mau menangis, menangislah... jangan tahan sendiri.”

Irish hanya terdiam, membiarkan Erick menopangnya. Ia sudah tidak punya tenaga lagi. Matanya terpejam, air mata menetes melewati pipinya, terasa asin dan getir di sudut bibirnya.

Tiba-tiba, terdengar langkah terburu-buru di lorong rumah sakit. Belum sempat Erick menoleh, suara seorang perempuan menggema, panik dan bergetar:

“Ethan! Ethan di mana?!”

Irish langsung membuka matanya, terkejut, lalu menoleh cepat ke arah sumber suara. Seorang perempuan dengan jaket putih berlari ke arahnya, rambutnya berantakan, wajahnya pucat. Itu Carisa.

Di belakangnya, Zayn ikut berlari dengan wajah cemas.

Irish berdiri terburu-buru, mencoba menyambutnya meski lututnya gemetar.

“Nyonya Ethan...”

“Di mana Ethan?!” tanya Carisa keras, menatap Irish dengan sorot mata penuh kemarahan sekaligus kepanikan.

Sekilas, Carisa melihat Irish menangis di pelukan Erick, dan rasa sakit aneh menikam hatinya. Ia tidak bisa menahan amarah yang tiba-tiba muncul, Saat Ethan di ruang operasi, mereka berdua di sini saling menguatkan?!

Erick buru-buru maju, berusaha menahan ketegangan.

“Ethan masih di ruang operasi,” jelasnya cepat.

Begitu mendengar kata ruang operasi, Carisa menoleh. Tulisan merah SEDANG OPERASI di pintu menampar matanya, membuat kepalanya berputar hebat. Ia hampir pingsan.

“Carisa, hati-hati!” Zayn segera menangkapnya sebelum jatuh.

Carisa mencengkeram erat lengan Zayn, tubuhnya bergetar hebat.

“Zayn... pagi ini Ethan baik-baik saja... kenapa sekarang harus dioperasi? Apa yang harus kulakukan...” suaranya pecah, nyaris seperti anak kecil yang ketakutan.

Zayn menenangkan adiknya dengan suara pelan,

“Tenang, Carisa. Kalau kamu jatuh sekarang, siapa yang akan menunggu Ethan? Kamu harus kuat.”

Mendengar kata-kata itu, Carisa menarik napas panjang, mencoba menegakkan tubuhnya lagi.

“Carisa!”

Dion tiba-tiba muncul sambil menuntun Hanna, yang kakinya sudah diperban.

“Dion!” Carisa langsung menoleh, matanya memerah, “Apa yang terjadi sebenarnya?! Kenapa Ethan bisa sampai di ruang operasi?!”

Dion sempat terdiam, bingung memulai dari mana. Namun Hanna yang berdiri di sampingnya segera memberanikan diri bercerita,

“Kak Carisa, hari ini kami sedang di lokasi syuting... lampu kristal tiba-tiba jatuh dan mau menimpa aku. Irish mencoba menolongku, tapi Ethan malah melindungi Irish... dia yang kena pecahan kaca itu.”

Carisa menatap Hanna tak percaya, kemudian menoleh pada Irish dengan sorot mata tajam. Emosi bercampur cemburu, dendam, dan rasa takut menari di pupil matanya.

“Jadi... Ethan terluka parah hanya karena menyelamatkanmu?!” suaranya meninggi, penuh kemarahan.

Irish tertegun, bibirnya bergetar. Ia mundur selangkah, merasa tercekik oleh rasa bersalah.

“Aku... aku minta maaf...”

Carisa menatapnya penuh benci, matanya memerah seperti akan menangis, lalu berteriak dengan suara gemetar.

“Jawab aku! Apakah benar Ethan terluka demi kamu?!”

Teriakan itu membuat semua orang di ruang tunggu terpaku. Tak pernah ada yang melihat Carisa, perempuan yang biasanya anggun, kehilangan kendali seperti ini.

Irish akhirnya menundukkan kepala, tubuhnya bergetar hebat.

“Maaf... maafkan aku...” hanya itu yang bisa ia gumamkan.

Carisa hampir tersungkur lagi, dadanya sesak oleh kemarahan dan rasa sakit. Ethan, suaminya, yang selama ini ia cintai, malah mempertaruhkan nyawanya demi orang lain!

“Carisa, tenang dulu.” Dion buru-buru maju, mencoba menenangkan. “Kejadiannya sangat cepat, tidak ada yang menyangka, jangan salahkan siapa pun dulu.”

Namun Carisa tak mau mendengar. Matanya masih tertuju pada Irish, menelanjangi setiap rasa bersalah yang terpancar di wajahnya.

“Kamu pasti puas, ya? Sekarang Ethan sekarat di sana untuk menyelamatkanmu!”

Irish hanya menunduk, air matanya jatuh tak terbendung. Dia tidak berani menatap siapa pun. Dalam hatinya, luka lama dan benci pada Ethan seolah bercampur dengan rasa bersalah dan simpati yang menghantam keras.

Erick, yang sedari tadi menahan diri, akhirnya ikut bicara menenangkan,

“Nona Irish, kamu tidak bersalah. Ini kecelakaan, bukan salah siapa pun.”

Tapi Irish tetap diam. Baginya, kata maaf takkan pernah cukup. Ethan yang pernah ia benci, yang dulu mencampakkannya, justru di saat kritis mempertaruhkan hidupnya demi menyelamatkannya, luka dan rasa bersalah itu tak akan hilang begitu saja.

Irish menggigit bibir sampai, mencoba menahan isak. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menahan tangis yang pecah bersama rasa sesak di dadanya.

Ethan... kenapa harus kamu yang terluka demi aku?

1
Nanda
The best thorku😊
Nanda
The best thorku😉
Delisa
Bagus thor.. bintang lima pokoknya
Mikeen SI
Ceritanya bagus karna gk terlalu berat...
Mikeen SI
Ceritanya bagus karna gk terlalu berat...
Ddek Aish
siap2 kau bakal tersingkir jalang
Desi Trikorina
semangat lanjut ceritanya thor
Waryu Rahman
Thor update tambah lagi donx
Ddek Aish
itu belum seberapa dari penderitaan yang dialami oleh Irish.
Adinda
Lanjut thor
Adinda
kapan si carissa ketahuan thor, lanjut Thor
Desi Trikorina
asik bacanya tidak terlalu menekan pembaca
Ddek Aish
Ethan pasti galau dengan perasaanny sekarang
Adinda
Lanjut thor
Nurul Boed
lepasin jessy dari jeremy kak,, abis tu semoga kelakuan bejat Carisa dan zyan juga segera ke bongkar

gemessaa lihatnya
Desi Trikorina
thor hajar wanita dan laki2 jalang yang ngak tau terimakasih itu..biar mereka sadar
Waryu Rahman
judulnya di ganti ya thor
Lela Alela: Iya kak, judulnya saya ganti
total 1 replies
Ety Murtiningsih
hadehhtt ada lagi manusia macem jeremy
Desi Trikorina
hajar jeremy dan ibunya dong dokter
Nurul Boed
jgn sampek uang Irish buat pacarnya jeremy kak,, bener² ngak relaaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!