NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Sultan

Suamiku Dokter Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:17.1k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Yang sudah baca novelku sebelumnya, ini kelanjutan cerita Brayn dan Alina.

Setelah menikah, Brayn baru mengetahui kalau ternyata Alina menderita sebuah penyakit yang cukup serius dan mengancam jiwa.

Akankah mereka mampu melewati ujian berat itu?

Yuk baca kelanjutan ceritanya 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Kata orang aktivitas bercinta mampu menumbuhkan kasih sayang pada pasangan.

Layaknya penyatuan kedua tubuh itu, seperti itu pula hati mereka menyatu.

Seperti Brayn yang merasakan kasih sayang yang ia miliki untuk Alina semakin kuat.

Wanita yang halal untuk ia sentuh, untuk mengungkapkan cinta dan sebagai pelabuhan hasrat yang halal.

"Khumairah...." Lelaki yang masih duduk bersandar sambil memainkan ponsel itu melirik ke arah pintu kamar mandi.

Sudah hampir setengah jam Alina berada di kamar mandi, namun ia tak kunjung keluar. Entah sedang melakukan apa.

Takut terjadi sesuatu, lelaki itu segera bangkit.

Ia hanya menggunakan boxer untuk menutupi bagian sensitif tubuhnya. Kemudian perlahan mengetuk pintu kamar mandi.

"Sayang, kamu sedang apa di dalam?" panggilnya lembut.

Namun, tak ada sahutan dari istrinya. Hanya terdengar suara gemercik air dari sana.

Perlahan Brayn memutar gagang pintu dan melongokkan kepala ke dalam untuk memastikan sang istri dalam keadaan baik. Namun, apa yang ia dapati justru sebaliknya.

Alina sedang terisak-isak, duduk di atas bangku kecil di depan wastafel.

Keadaan ini tentu membuat Brayn panik. Ia langsung menerobos masuk, menghampiri istrinya dan mengusap punggungnya.

"Hey, kamu kenapa, Sayang?"

Saking paniknya, ia langsung memeriksa tubuh istrinya dan memastikan tidak ada yang lecet.

Khawatir jika tadi ia terlalu ekspresif sampai membuat Alina kesakitan.

Tetapi, seingatnya, ia tidak berlebihan. Ia juga bisa merasakan bagaimana Alina menikmati kebersamaan mereka.

Bahkan, Alina sempat memberi sinyal duluan pada sesi ke dua.

"Kenapa, sih? Bilang sama aku, mana yang sakit?"

Namun, Alina masih menunduk dan terisak. Ia bahkan tampak ragu untuk menatap mata suaminya yang sedang berjongkok di hadapannya.

"Kamu kenapa, sih, Yank? Sakit? Mana yang sakit?" Suara lembut itu terdengar diiringi belaian pada rambut.

Tangan Brayn kembali merapikan rambut dan menyelip ke belakang telinga.

Alina menggeleng pelan.

"Loh terus kenapa?" tanya Brayn lagi, kali ini terdengar lebih penasaran tentang apa yang membuat istrinya menangis.

"Ayo, bilang saja kamu kenapa?"

"Kak, aku sudah tidak perawan, ya?"

Selama beberapa saat Brayn sempat termangu mendengar pertanyaan itu.

"Memang sudah tidak. Kan barusan sama aku."

"Bukan yang barusan maksud aku ...."

"Terus?"

"Aku tidak menemukan darah di seprai," ucapnya lirih.

"Terus kalau tidak menemukan darah kenapa?" Brayn lebih terheran lagi mendengar ucapan istrinya itu.

Berpikir sejenak, lalu setelah beberapa detik ia mulai mencerna maksud ucapan istrinya. Sudah pasti yang dimaksud adalah darah perawan.

Sebelum ke kamar mandi tadi, Alina sempat mencari bercak darah di seprai mereka yang berwarna putih tulang.

Pasti akan terlihat walaupun sedikit, tetapi, ia malah tidak menemukan sama sekali.

Hal itu membuatnya takut jika suaminya akan mengira dirinya tidak perawan lagi.

"Katanya kalau malam pertama itu ada darah. Tapi kenapa aku tidak ada?" Alina mengusap air mata. "Kak, sumpah, aku belum pernah melakukan itu dengan pria lain. Kakak laki-laki pertama yang sentuh aku."

"Astaghfirullah, jadi benar-benar karena itu?" Brayn menghela napas.

"Kakak tidak percaya?"

Alina belum berhenti menangis, ia benar-benar takut nasibnya akan seperti tokoh novel yang dicerai suaminya di malam pertama karena ketahuan tidak perawan lagi.

Paham situasi dan kondisi, Brayn langsung mengusap rambut istrinya. Pelan ia memberi penjelasan.

"Sayang, yang namanya darah perawan itu tidak sebanyak yang kamu pikir. Jumlahnya sangat sedikit, Bahkan kadang tidak terlihat sama sekali."

"Jadi gimana biar ketahuan kalau masih perawan?" pertanyaan Alina tadi membuat Brayn menggaruk kepala.

"Aduh, gimana menjelaskannya ini?" Ia tak menyangka bahwa Alina akan sepolos ini.

Apakah pengetahuannya tentang sistem reproduksi wanita seminim ini?

Bukankah seharusnya ia sudah pernah belajar semasa SMA?

Tapi Alina memang anak IPS. Saat bersekolah pun prestasinya tidak begitu menonjol.

"Laki-laki kan pasti bisa membedakan perawan sama bukan. Apa macet, atau lolos seperti jalan tol."

Kalimat perbandingan itu dipilih Brayn sebagai penjelasan paling sederhana dan mudah dimengerti.

"Kakak sudah pernah?" Lagi, pertanyaan itu membuat Brayn termangu.

"Ya Allah, Ya Kareem ... kan tadi sama kamu, Khumairah!" ucap Brayn gemas, seakan ingin memasukkan Alina ke dalam karung.

"Jadi, Kakak percaya kalau aku masih perawan walaupun tidak ada darahnya, kan?"

Pertanyaan polos yang tercetus dari bibir tipis itu membuat Brayn benar-benar ingin tertawa. Namun, sebisa mungkin ditahan.

Tak tega melihat reaksi istrinya, terlebih Alina sempat menangisi hal tersebut.

"Iya, aku percaya, Khumairah."

Mengusap sisa air mata yang mengaliri pipi, Alina bernapas lega. Ketakutan yang sempat memenuhi hatinya seketika lenyap.

"Kalau begitu, tidur, yuk. Kamu pasti lelah." Brayn tersenyum tipis.

Alina mengangguk, lalu berdiri menghadap wastafel dan membasuh wajahnya dengan air.

Brayn meraih handuk kecil dan membantu mengeringkan wajah istrinya.

"Katanya... istri itu kalau habis menunaikan kewajiban pada suaminya jadi semakin cantik dan bersinar."

"Kok bisa?"

"Mungkin karena sirkulasi darah jadi lancar dan kadar hormon dalam tubuh bisa menjadi seimbang. Lihat aja wajah kamu, terlihat lebih cantik sekarang."

Fokus Alina teralihkan pada cermin di hadapannya, meneliti wajahnya lekat-lekat untuk mencari perbedaan.

"Bedanya apa sih, Kak? Sama saja perasaan."

"Kalau tidak bisa lihat bedanya, berarti kamunya sedang ngantuk." Brayn mengusap rambut panjang wanita itu.

"Emang iya?" tanyanya ragu.

"He-em. Makanya tidur saja, yuk. Kamu pasti lelah, jangan sampai sakit, nanti aku bisa dimarahi Ayah kamu."

Brayn merangkul bahu sang istri menuju pembaringan.

Memberinya pijatan lembut hingga kantuk mulai terlihat di mata wanita itu. Hanya dalam beberapa menit, Alina telah tertidur.

"Masyaallah, cantiknya makhluk satu ini," gumamnya memandang wajah yang baginya sangat sempurna.

"Duh, lihat kamu tidur saja rasanya jadi mau lagi." Sebelah tangannya memijat kepala, berdecak pelan sambil menghela napas. "Seberbahaya ini jadi laki-laki, pantas banyak perempuan yang sakit beberapa hari setelah menikah."

Sebagai dokter yang pernah bertugas di ruang IGD, tentu Brayn telah bertemu banyak pasien dengan keluhan berbeda-beda.

Ia bahkan pernah menangani pasien wanita yang mengaku kelelahan menghadapi suaminya.

Wajar, sebab kadang lelaki sedang berada di fase paling agresif di minggu pertama menikah. Bahkan ada yang tidak memperhatikan kondisi fisik istrinya.

Ingatan Brayn pun tertuju pada tingkah lucu istrinya di kamar mandi. Ia melirik ponsel milik Alina yang tergeletak di atas meja.

Penasaran, tentang apa yang membuat Alina memiliki pemikiran lucu seperti tadi.

Riwayat kata kunci yang tertera pada mesin percarian pun membuat sang dokter terbelalak.

"Ya Allah, apa-apaan ini?" jarinya bergerak memainkan layar.

"Apa rasanya malam pertama?"

"Efek malam pertama yang dirasakan perempuan."

"Apakah malam pertama itu menyakitkan?"

"Apa yang membuat suami betah dan tidak bisa melupakan pengalaman malam pertama?"

Deretan pencarian itu membuat Brayn geleng-geleng kepala. Ia merasa heran sekaligus lucu di saat yang bersamaan.

"Bukannya tanya sama suaminya yang dokter, malah tanya google. Dasar anaknya Om Bro."

***********

***********

1
Ninik
begok bgt sih Bryan emang bentukan badannya sama apa kok g liat liat apa itu mata dah rabun mau main peluk aja liat dulu dong pasti lah ada perbedaan bentuk meski sedikit
olip
lnjut
Ninik
Thor readers nya jd ikut omes semua pasti gara2 razia saringan tahu
Maulida Maulida
haha lucu bgt thor
Ninik
ya Alloh Alina itu cuma lingerie kena musti malu biasa aja kali namanya dah punya laki
Ninik
ya Alloh ada ada aja ini anak kenapa sampai kena razia emang xan pada ngapain sih bang 🤦🤦🤦
DozkyCrazy
Alhamdulillah
DozkyCrazy
legaaaaa cuma mimpi
Dini Anggraini
Alhamdulillah hanya mimpi kamu Mia pertahankan anakmu sampai lahiran nanti semoga anakmu bisa kuat ya Mia. Semangat 💪💪💪🥰🥰🥰
karina
semangat up terus
Yasmin Natasya
ikut nyesek...
taunya mimpi Thor....
Alhamdulillah kalau masih baik2, saja...😅
DozkyCrazy
berpisah sementara yaaaa
biar sama" introspeksi terutama buat miaaaa
DozkyCrazy
baby boy yaaa
olip
lnjut
Nur Malia
lanjut thoor
double up donk
Ninik
itu lbih baik Raka berarti Alloh sayang sama xan semua
Ninik
ketawa gue pak dokter lupa pakai celana otakku dah ngeres aja tadi tak pikir beneran lupa hahaha😄😄😄🤭🤭
Shaqueena Attallahniza
Thor mending Zayn nikah sama orang yg kaya Zahra pakai Cadar jg,
Ninik
iya Bu Rezha zayn anakmu yg dihina sebagai tukang ojol
DozkyCrazy
setujuuu ak juga pernah gitu..
gak mau denger tapi kedengeran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!