🌺Judul sebelumnya Pesona Cleopatra🌺
Cleopatra, wanita yang biasa dipanggil Rara menghipnotis banyak kaum adam termasuk kakak beradik Fahreza dan Zayn.
Tepat di detik-detik pernikahan Rara dan Reza, Zayn merenggut kehormatan Rara.
Rasa cinta Reza yang besar tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menikahi gadis cantik bak ratu mesir di zaman dahulu itu. Namun, noda yang ada pada sang istri tetap membekas di hati Reza dan membuat ia lemah untuk memberi nafkah batin selama pernikahan.
Apakah Reza benar-benar tulus mencintai Rara? Atau Zayn, pria yang memang lebih mencintai Rara? bagaimana nasib Rara selanjutnya?
Baca sampe tuntas ya guys.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sejuta pesona
“Sayang, ayo bangun! Kamu belum sarapan,” ucap Mia pada putrinya.
Rara baru saja terbangun. Ia tidur cukup lama malam tadi. Tidurnya begitu pulas hingga tak terasa bagian bawahnya yang masih begitu nyeri akibat operasi itu. Semua karena sang suami yang selalu ada di sampingnya dan memeluk erat, serasa apa yang ia alami tidaklah sakit.
“Kak Reza mana, Bun?” tanya Rara pada sang ibu sembari emnegdarkan pandangan.
Ketika setiap membuka mata, yang ia lihat pertama kali adalah suaminya.
“Reza lagi keluar, tadi di suruh suster ke bagian administrasi dan farmasi,” jawab Sanjaya, ayah Rara.
Rara mengangguk, hingga tak lama kemudian dua orang suster datang untuk membersihkan tubuhnya yang sedari kemarin hanya bisa berbaring saja.
****
Sudah lima hari, Reza menemani istrinya di rumah sakit tanpa meninggalkannya sama sekali. Bahkan ia meminta sekretarisnya untuk mengantar semua berkas ke rumah sakit selama sang istri masih belum diperbolehkan pulang.
“Kak,”
“Hmm ...” Reza berdehem dengan tetap fokus pada laptop yang ia pangku di satu pahanya. Ia duduk di atas ranjang pasien tepat di samping sang istri yang masih tidak diperbolehkan turun dari tempat itu.
Rara duduk sembari menyandarkan tubuhnya di dinding tempat tidur, sama seperti Reza.
“Sudah lima hari kakak ngga ke kantor,” kata Rara.
“Tidak apa, semua bisa dikerjakan walau tidak ke kantor.”
“Sampai kapan? Sampai aku sembuh?” tanya Rara. “Tapi kata dokter proses penyembuhanku bisa sampai enam minggu loh.”
“Ya, tidak apa,” jawab Reza santai.
“Jangan! Nanti bagaimana pekerjaanmu? Walau bisa dikerjakan di rumah tapi tetap harus ke kantor kan? Kantormu harus tetap terkontrol, Kak. Karena terkadang pegawai kalau tidak ada bosnya suka males-malesan.”
Reza tersenyum menatap sang istri. “Berarti kamu juga suka males-malesan kalau lagi ngga ada Yasmin.”
Yasmin adalah kepala sekolah di tempat Rara mengajar.
Rara tertawa. “Males-malesan sih ngga, tapi ngobrol mulu.”
Reza tertawa. “Dasar emang emak-emak rumpi.”
Rara pun ikut tertawa. Namun ia pelankan tawanya agar gerakan dibagian perutnya tidak terlalu terguncang.
Cleopatra atau Rara yang bekerja sebagai pengajar di taman kanak-kanak itu memang memiliki teman yang rata-rata adalah ibu-ibu, bahkan ada yang sudah memiliki cucu. Sang suami tahu, bahwa istrinya sangat menyukai anak-anak, sehingga ia meminta pekerjaan di tempat itu pada istri dari salah seorang klien dekatnya yang memiliki yayasan itu.
Penghasilan Reza yang sangat lebih dari cukup sebenarnya tidak memerlukan gaji Rara sebagai pengajar. Rara melakukan ini hanya untuk mengisi waktu luang di saat sang suami tak ada di rumah. Reza pun mengizinkannya, ia lebih menyukai profesi sang istri yang seperti ini dengan tema kerja yang cukup aman, dibandingkan harus bekerja di kantor dan memiliki rekan kerja pria membuat dirinya akan terus dilanda cemburu.
Sudah satu tahun, Rara bekerja di yayasan tersebut dan selama itu pula ia tak pernah mengambil uang gajinya.
“Kapan aku pulang dari sini, Kak?” tanya Rara, setelah mereka kembali terdiam karena Reza fokus dengan laptopnya lagi.
“Sebentar lagi, dokter akan datang untuk memastikan kondisimu. Semoga besok sudah diperbolehkan pulang.”
“Oh, syukurlah, aku udah ngga sabar mau pulang.”
Kebetulan pagi ini, kedua orang tua Rara memang belum datang. Mereka selalu datang setiap hari di waktu siang atau sore.
“Kak, Mama sama Papa tahu keadaanku?” tanya Rara lagi.
Hingga kini, Rara masih belum mengetahui bahwa dirinya melakukan operasi untuk pengangkatan rahim, karena Reza hanya memberitahu bahwa operasi yang ia lakukan adalah operasi kecil biasa karena sebuah benturan saja. Reza juga tidak memberitahu pada Rara tentang kekurangannya. Ia tidak ingin melihat wanita pujaannya sedih.
Reza menggeleng. “Ayah dan Bunda melarangku untuk memberitahu mereka.”
Rara mengangguk. “Benar, Papa sama Mama memang tidak perlu tahu. Lagi pula ini kan hanya operasi kecil saja.”
Reza tersenyum tipis.
“Huh, tapi aku tetap kangen mereka, Kak. Hampir dua tahun, Mama dan Papa tidak ke Jakarta.”
“Mereka masih sibuk, Sayang. Bisnis Papa dan Mama di sana cukup berkembang.” Reza tersenyum dan menyisihkan rambut yang menutupi wajah cantik sang istri ke belakang telinga. “Nanti, aku akan bilang ke Mama dan Papa untuk datang ke sini.”
“Kenapa kita tidak ke sana? Aku juga ingin melihat menara eifel.”
Reza terdiam dan menghelakan nafasnya. Ia tidak ingin Rara bertemu dengan Zayn, pria yang sangat ia benci itu. Padahal sebelum kekacauan itu terjadi, Reza sangat menyayangi adiknya. Sungguh, ia masih tak terima dengan pengkhianatan sang adik yang juga mencintai wanitanya diam-diam.
“Tidak,” jawab reza lantang sembari kembali menatap laptopnya. “Aku akan mengajakmu kemanapun asal tidak ke negara itu.”
“Kenapa sih, Kak? Kamu masih marah pada Zayn hanya karena dia tidak hadir di pernikahan kita?” tanya Rara polos.
Reza memilih diam dan tidak menjawab pertanyaan sang istri.
Rara benar-benar polos. Ia menelan mentah-mentah apa yang Reza katakan. Ia selalu percaya semua kata-kata yang keluar dari bibir sang suami. Walau memang apa yang dilakukan Reza semua adalah untuk kebaikan Rara, menurutnya. Ia tak ingin Rara tahu bahwa dirinya dan Zayn tengah berseteru hingga tidak ada lagi status kaka beradik dari kedua pria itu karena merebutkan seorang Cleopatra dengan sejuta pesonanya.