Kebahagiaan dan kehidupan damai yang diharapkan raisa, cewek keras kepala, dan galak, tiba tiba sirna, ketika ia dipertemukan dengan seseorang yang menurutnya menyebalkan, dan selalu membuat emosinya naik setiap saat.
Banyaknya lika liku kehidupan yang menumbuhkan benih cinta, terpaksa membuat raisa membuka kembali lembaran dimasa lalunya, dan, mencari siapa sebenarnya seseorang yang menjadi pahlawan kecilnya.
akankah raisa menemukan siapa pahlawan kecilnya?
atau ia harus melupakan dan mencari hati yang lain untuk berubah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellmei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Raisa menatap kosong buku yang ada di genggaman tangannya, pikirannya seakan terbang melayang entah kemana, padahal UN sebentar lagi akan dimulai.
Raisa merebahkan kepalanya pada lipatan tangan, ia tahu ia harus belajar agar mendapatkan nilai yang bagus supaya bisa lulus, namun kepalanya seakan menolak untuk sekedar membaca satu baris kalimat, dan mencatat sesuatu yang ia perlukan.
Raisa memejamkan mata sejenak memikirkan keadaan andika yang masih terbaring lemah di atas brangkar rumah sakit.
"Ra, mau ke kantin ga? atau lo mau nitip sesuatu gitu?tanya kanza menepuk bahu raisa pelan, raisa menoleh, ia tersenyum dan menggelengkan kepala pelan
"Gue mau di sini aja za"
"Ya udah, gue sama yang lain ke kantin ya, kalau butuh apa-apa kasih tau gue"
Raisa menganggukkan kepalanya, dan kembali menatap buku meski sebenarnya pikirannya kacau, ia mengingat kembali kejadian di mana andika mengalah dan membiarkan bangku kekuasaannya diduduki oleh dirinya, senyumnya tiba-tiba terbit saat mengingat semua kejadian yang ia alami bersama andika-nya
"Boleh gue duduk?" tanya seseorang membuyarkan lamunannya
Bianca tersenyum saat mendapat anggukan kepala dari raisa, lalu duduk didekat raisa.
"Keadaan andika gimana ra? maaf ya, gue gak sempat jenguk dia sama andre, soalnya andre lagi persiapan UN"
"Ya gak papa kok bi, santai aja, andika baik-baik aja kok, cuma masih belum siuman doang" ucap raisa tersenyum
Bianca menarik raisa ke dalam dekapannya, memberikan ketenangan bagi raisa, bianca tahu bahwa raisa terpukul, namun cewek itu menutupi semuanya dengan tersenyum.
"Nangis ra sepuasnya, gue tahu, ini berat bagi, gue tahu lo cuman nutupin hati lo yang lagi luka dengan senyum manis lo, gue yakin andika pasti sembuh, dan balik lagi kayak biasanya"
Bianca mengusap lembut punggung raisa saat mendengar isakan kecil yang mulai keluar dari bibir cewek itu, benar, raisa membutuhkan sandaran untuk menangis dan menumpahkan semua beban yang ada di pikirnya melalui tangisan, bianca benar, raisa menutupi semuanya, dari semua orang melalui senyuman, dan saat ini raisa benar-benar membutuhkan sandaran
"Makasih bi karena lo selalu ada saat gue benar-benar butuh" ucap raisa masih dengan isak tangisnya.
Bianca tersenyum dan menggangguk, setidaknya dirinya masih berguna, dan bisa menebus semua yang telah ia lakukan kepada raisa.
💫💫💫
Vira meminum jus jeruk miliknya dengan malas melihat kedekatan kelvin dengan adik kelasnya viola, anak dari kepala sekolah yang tak lain adalah paman revan
Kanza menatap vira heran, karena cewek itu tidak begitu menikmati makanannya seperti hari-hari biasanya, kanza pun menyikut lengan vira pelan.
"Apaan sih" gerutu vira ketus
"Lah marah, lo kenapa sih sensi banget, PMS?" tanya kanza sewot
"Nggak, lagi lahiran anak kelima, nifas gue" jawab vira asal sambil menusuk gelas plastik yang ia pegang menggunakan sedotan.
Vira menatap kelvin sekilas, cowok itu msih saja berbincang dan tertawa bersama viola, bahkan kelvin mengacak rambut cewek itu saat viola mengeluarkan leluconnya.
"vir, bakso lo gak dimakan?" tanya keysha, vira menggelengkan kepala, mengerti maksud temannya, vira pun memindahkan mangkuk baksonya ke hadapan keysha, entahlah nafsu makannya benar-benar habis, vira hanya ingin segera pulang dan mengurung diri di kamar.
"Oh makasih, lo peka banget hehe" ucap keysha girang, lalu menyantap bakso di hadapannya, bukannya keysha tidak mampu untuk membeli semangkuk bakso, tapi ia memilih mengirit saja, selagi ada gratisan di depan mata 🤩.
"Eh lo mau ke mana vir" tanya reza saat melihat cewek itu beranjak ingin pergi
"Ke mana aja, asal gak panas" vira melangkah pergi meninggalkan kantin.
Reza terkekeh geli dan menatap kelvin, cowok itu menepuk bahu kelvin pelan.
"Samperin gih, si doi cemburu"
Mengerti ucapan reza, kelvin pun mengangguk dan melangkah menyusul vira yang entah ke mana cewek itu pergi.
💫💫💫
Vira melangkah kesal entah ke, mana bibirnya terus bergerak mengeluarkan kata-kata yang ada di dalam otaknya, dirinya benar-benar marah, harusnya ia sadar bahwa cowok itu hanya singgah karena merasa iba pada dirinya, namun apalah daya, vira sudah terlanjur menaruh hati pada cowok itu, yang tak lain adalah kelvin
"Anjir, bangke, brengsek, kenapa sih gue harus suka sama lo?" dengan kesal vira menendang kaleng bekas minum seseorang di depannya, seakan-akan benda itu adalah kelvin yang harus ia musnahkan.
Tanpa ia sadari, kaleng yang ia tendang melayang mengenai kepala tukang bersih-bersih yang sedang melakukan kewajibannya di dekat taman belakang.
"Aduh ini siapa yang lempar saya pakai ginian, ngaku!" seru orang itu keras, vira menggigit bibir dalamnya, ia merutuki kakinya dengan asal menendang kaleng itu.
seseorang tiba-tiba berseru tepat di sampingnya.
"Saya pak yang ngelempar, maaf gak sengaja, soalnya tadi ada nyamuk gede banget di kepala bapak, ya udah saya timpuk pakai kaleng" ucap kelvin nyengir kuda
"Lain kali hati-hati, buang sampah tuh jangan sembarangan, paham?" kelvin menganggukkan kepala, ia menatap vira yang berada di sampingnya, cewek itu hanya diam tidak membalas tatapan kelvin
"Lo kenapa vir, kok mukanya gitu?" tanya kelvin tersenyum, vira tidak menanggapi ucapan kelvin, ia melangkah menjauh menuju taman belakang, kelvin dengan santai mengikuti langkah vira dari belakang.
"Apaan sih, gak usah ngikutin gue" vira berujar ketus, karena kelvin masih mengikutinya.
Vira melangkah lebih cepat tanpa tujuan, namun tangannya dicekal oleh kelvin, sehingga tubuhnya berbalik dan menabrak dada bidangnya, namun vira mendorong kelvin untuk menjauh.
"gak usah ganggu gue, pergi aja sana" usir vira terus mendorong kelvin agar menjauh darinya.
"Lo.....cemburu?" vira bungkam, cewek itu tidak lagi mendorong kelvin untuk menjauh, ia hanya berbalik hendak melangkah pergi, namun lagi-lagi kelvin mencekal pergelangan tangannya.
"Ngaku aja, lo cemburu..."
"Ish, lepas, gue gak cemburu emang lo siapa gue? kenapa gue harus cemburu? udah jangan ganggu" gerutu vira mencoba melepaskan pergelangan tangannya dengan cara memukul lengan kelvin, cowok itu hanya terkekeh geli menerima pukulan vira yang tidak terasa apa-apa.
"Yakin nggak mau jadi siapa-siapa?"
"Udah, gue mau pergi, lepasin ih, ngeselin banget sih lo, udah gue bilang gak cemburu juga"
Kelvin semakin menarik vira ke dalam dekapannya, menerima perlakuan kelvin , vira diam tidak membalas pelukan kelvin di tubuhnya.
Kelvin menyandarkan kepadanya di bahu vira, menikmati aroma rambut vira yang sangat ia sukai, aromanya sangat manis, semanis buah strawberry, karena rambut vira beraroma strawberry.
"gak usah ngelak, gue tahu lo cemburu sama viola, dia bukan siapa-siapa gue, kita cuma sebatas teman karena dia sepupu revan, jadi wajar, lagian viola suka sama ricky" jelas kelvin masih dengam posisi memeluk vira, cewek itu mendorong kelvin agar melepaskan pelukannya.
"Kenapa lo jelasin sama gue?"
"Karena lo pacar gue, dan gue gak mau pacar gue salah paham"
"Emang gue mau jadi pacar lo?"
"Mau gak mau, lo tetap pacar gue, dan lo itu milik gue, bukan yang lain"
"Ishhh gaje lo"
"Yakin gak mau jadi pacar gue?" tanya kelvin memelas, vira mencoba menahan senyum agar tidak terbit, cewek itu rasanya ingin melompat-lompat sekarang karena penjelasan kelvin.
"Sayangnya gue gak mau jadi pacar lo, gue maunya itu...." vira menggantung ucapannya, ia melangkah mundur
"Gue jadi istri lo, udah" vira menjulurkan lidahnya, ia berbalik dan berlari meninggalkan kelvin yang tersenyum penuh kemenangan karena perasaannya dibalas oleh vira, tersadar bahwa cewek itu telah berlari begitu jauh, kelvin pun ikut berlari mengejarnya.
"Tungguin aku baby"
💫💫💫
Raisa memutuskan pulang lebih awal dari biasanya, ia ingin cepat-cepat sampai di rumah sakit dan melihat keadaan andika, berharap cowok itu akan membuka matanya.
Raisa melangkah santai menuju sebuah toko bunga di seberang jalan, bermaksud mengganti bunga di kamar andika yang sudah layu dengan yang baru.
Kali ini raisa memilih sebucket bunga mawar merah, biasanya ia akan membeli mawar pink, namun tidak untuk sekarang.
Ia melangkah santai menuju mobilnya, saat hendak membuka pintu mobil, tangan raisa di tarik paksa oleh seseorang.
"Halo kak raisa apa kabar" tanya cewek itu dengan seringai jahat yang terlihat jelas di wajahnya, sesil tersenyum miring dan merebut buket bunga yang digenggam raisa.
"Balikin sil, gue gak mau berantem, gue gak punya masalah sama lo"
"gak punya masalah kata lo?" sesil tertawa mendengar perkataan raisa, cewek itu menjatuhkan buket bunga milik raisa dan menginjaknya hingga hancur tak berbentuk.
"Gara-gara lo gue dikeluarin dari high school, sekolah impian gue dari SMP, gara-gara lo andika benci sama gue, gara-gara lo gue dimarahin papa, dan bulan depan gue pindah sekolah ke paris, dan gara-gara lo hidup gue jadi hancur raisa" ujarnya menggebu-gebu dengan amarah yang memuncak, sesil menarik rambut raisa agar mengikutinya, raisa meringis saat sesil menarik rambutnya sangat kencang hingga jepitan di rambutnya terlepas.
"Sakit sil lepas"
"Sakit? lo bilang sakit ha?" sesel menarik rambut raisa ke belakang hingga kepala raisa tertarik ke atas, tanpa ia sadari, sesil membawa raisa ke dalam sebuah gang sempit yang jauh dari keramaian.
"Gue lebih sakit dari lo, gue memang gak bisa rebut andika dari lo, tapi sebelum gue pergi dari sini, gue mau buat lo berantakan raisa, gue benci sama lo, benci!" sesil menghempaskan raisa ke belakang, hingga cewek itu terjatuh ke tanah, raisa ingin menalan, namun ia urungkan niatnya, dan membiarkan sesil menyiksanya suka hati.
Sesil menepuk tangan 3 kali, tak lama kemudian segerombolan cewek datang menghampirinya, salah satu dari mereka mendekat pada raisa dengan senyuman meremehkan.
"Oh jadi cewek kecil malang ini, cewek manis kesayangannya andika?" cewek itu mengelus puncak kepala raisa dengan lembut
"Aku gak masalah kok, andika akhirnya ketemu dan nggak main-main sama kamu, aku ikut senang, lagian aku udah ketemu sama yang lebih dari andika" ada jeda "tapi..." cewek itu menggantungkan kata-katanya dan menarik rambut raisa kuat hingga raisa meringis kembali, tenaganya benar-benar lemah untuk melawan, meski raisa bisa saja mengeluarkan jurusnya, namun raisa memilih diam tidak melawan.
"Gara-gara lo gue dibuang sama andika"
"Kak tutu ini" ucap sesil menunjukkan air got yang di bawa oleh kedua temannya.
Dua cewek yang dipanggil tutu itu melepaskan cengkramannya pada rambut raisa, dan menganggukkan kepala, tutu melangkah mundur dan memberi isyarat pada keduanya untuk menyiram raisa menggunakan air itu.
Raisa merasakan sekujur tubuhnya menjadi dingin dan bau, lepek, itu yang dirasakan raisa saat ini.
sesil kembali mendekat dan mengapit kedua pipi raisa kuat.
"Gue pergi belum tentu lo hidup tenang sama andika, karena arletta bakal balik dan gantiin posisi lo" sesil menghempaskan wajah raisa kesamping, dan melangkah menjauh diikuti ketiga temannya.
Raisa mencoba berdiri, kepalanya benar-benar pening, apalagi bau dibadannya sangatlah menyengat, ia berjalan gontai menuju mobil, dengan sekuat tenaga raisa meraih tasnya, mengambil ponsel untuk menelpon seseorang, siapa saja yang bisa menolongnya.
"halo.... tolongin.....gue ada didepan.... toko bunga, deket sekolah" entahlah raisa tidak tau siapa yang ia hubungi, kepalanya benar-benar pusing, raisa duduk diaspal dengan tangan memegang kursi mobil sebagai penyangga tubuhnya, tiba-tiba seseorang memegang bahunya, raisa tidak melihat orang itu dengan jelas, karena semuanya sudah menjadi gelap.
💫💫💫