NovelToon NovelToon
Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Romansa
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: lala_syalala

Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.

Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.

Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.

Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!

FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PKCD BAB 7_Kebun Berduri di Kontrakan Petak

Saat ia sedang tertekan, Rendra tiba. Ia menyerahkan sebuah amplop cokelat tipis kepada Abimana.

Rendra tahu ini waktu yang tidak tepat, tetapi Tuan Abimana menuntut laporan itu segera.

Abimana membuka amplop itu, tatapannya dingin, di dalamnya terdapat laporan yang sangat rinci.

Nama: Rania Kirana (23 tahun, Lulusan SMK Tata Boga).

Pekerjaan: Pedagang Cilok dan Sate Telur Keliling.

Alamat: Kontrakan Petak Kecil, Karet Kuningan.

Keluarga: Ibu (Bu Rahmi, sakit asam urat kronis), Ayah (Alm. meninggal 1 tahun lalu).

Laba Rata-rata: Rp 80.000,00 – Rp 110.000,00 per hari.

Catatan Khusus: Dikenal sangat jujur dan teguh pada prinsip. Tidak pernah meminta-minta atau mengambil jalan pintas.

Abimana membaca laporan itu dengan cepat. Ia tahu, Rania hidup di bawah garis kemiskinan dengan tanggung jawab yang besar, namun masih bisa menolak uang besarnya.

Kontras dengan dirinya, yang hidup dalam kemewahan tetapi tidak bisa menolak perintah ayahnya karena takut kehilangan proyek.

Tiba-tiba, sebuah ide gila, sebuah rencana yang lahir dari keputusasaan dan rasa ingin tahu yang besar, muncul di benak Abimana.

Itu adalah rencana yang sama sekali tidak logis, melanggar semua aturan bisnis dan sosial yang ia yakini, tetapi itu adalah satu-satunya jalan keluar yang ia lihat.

"Baik, Pa, Ma," kata Abimana, menyimpan laporan Rania ke saku jasnya.

Ia menatap orang tuanya dengan tatapan yang dingin dan sangat serius, tatapan yang ia gunakan saat akan mengambil keputusan bisnis terbesar.

"Saya akan menikah, dan saya akan memberikan kalian cucu. Tapi saya yang akan memilih siapa calon istri saya." ucap Abimana begitu percaya diri.

"Siapa? Amelia?" tanya Ayahnya, mendesak.

"Bukan. Saya sudah punya pilihan. Saya akan menikahi seorang wanita yang bisa saya jamin, tidak akan menikah karena harta atau status. Saya akan menikahi wanita yang paling jujur yang pernah saya temui di kota ini. Saya akan menikahinya, dan setelah itu, saya akan mendapatkan kembali kendali atas hidup saya, dan tentu saja, Proyek Bali," ucap Abimana.

Ia membiarkan orang tuanya tercengang. Abimana Sanjaya, Sang Arsitek Dingin, baru saja memutuskan untuk mengambil risiko terbesar dalam hidupnya, sebuah risiko yang berpusat pada seorang gadis penjual cilok.

Di sisi lain waktu menunjukkan pukul 17.00. Setelah berkeliling menjajakan sisa dagangannya hingga ke pinggiran kawasan perkantoran, Rania kembali ke kontrakan.

Keringat membasahi kaosnya, dan debu jalanan menempel di rambut dan wajahnya. Keranjangnya kini kosong, sebuah pemandangan yang selalu menjadi sumber kelegaan terbesar baginya. Itu artinya, hari ini ia mencapai target laba.

Ia berjalan melewati gang sempit yang selalu ramai. Aroma masakan sore, suara televisi dari dalam kontrakan, dan celotehan anak-anak yang bermain kelereng menjadi musik latar kehidupannya sehari-hari.

Saat ia sampai di depan pintu kontrakan nomor 12, ia melihat tetangganya, bu Wati sedang duduk di teras kecilnya sambil mengupas bawang.

Bu Wati, seorang ibu rumah tangga yang suaminya bekerja serabutan, adalah ratu gosip di blok itu.

Matanya tajam, dan lidahnya seringkali lebih tajam daripada pisau dapur.

"Wah, sudah pulang Neng Rania? Laris manis ya jualannya? Habis semua?" sapa Bu Wati, nada suaranya terdengar manis di permukaan, tetapi senyumnya dipenuhi rasa sinis yang kentara.

Rania yang sedang kelelahan hanya tersenyum tipis. "Alhamdulillah, Bu Wati. Cukup buat modal besok."

"Syukurlah. Padahal baru kemarin saya dengar dari Bang Jaelani, kamu malah buang-buang uang naik ojek jauh-jauh ke Sudirman. Katanya mau ketemu bos kaya, mau mengembalikan barang jatuh? Kok tidak sekalian minta diangkat jadi sekretaris saja, Neng? Lumayan kan, bisa lepas dari bau cilok ini," cibir Bu Wati, suaranya sengaja dikeraskan agar didengar tetangga lain.

Kata-kata Bu Wati menusuk, tetapi Rania sudah terbiasa. Ia tahu, keteguhan hati dan kerja kerasnya seringkali disalahartikan sebagai kesombongan, atau bahkan kecurangan.

Orang-orang miskin di lingkungan itu cenderung saling curiga. Mereka percaya, jika seseorang di antara mereka maju sedikit, pasti ada cara "tidak halal" yang dilakukan.

"Saya ke sana karena harus mengembalikan barang milik orang lain, Bu. Itu kewajiban. Saya tidak punya niat lain," jawab Rania, berusaha menjaga nada bicaranya agar tetap tenang.

"Ah, iya, kewajiban! Gaya sekali anak muda zaman sekarang. Kalau sudah tahu ada bos kaya, siapa yang tidak mau dapat cipratan? Paling-paling kamu berharap dia ingat wajahmu dan memberimu uang diam-diam. Jujur itu kalau ditawarkan uang banyak tapi ditolak. Kalau cuma dikasih senyum dan kartu nama, mah, siapa saja bisa!" Bu Wati tertawa nyaring, tawa yang menusuk hati Rania.

Rania diam. Ia memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan yang tidak akan pernah ia menangkan. Ia segera membuka kunci kontrakannya.

"Permisi, Bu Wati. Saya harus segera menyiapkan makan malam untuk Ibu," kata Rania, masuk dan menutup pintu dengan perlahan.

Bu Wati masih sempat berteriak, "Hati-hati, Neng! Jangan sampai terpeleset masuk ke lumpur demi mengejar berlian!"

Di dalam kontrakan, air mata yang selama ini ia tahan tumpah perlahan. Bukan karena cacian Bu Wati, melainkan karena rasa sakit yang ditimbulkan oleh ketidakpahaman.

Ia bekerja keras siang malam, memikul beban berat, merawat ibunya, hanya untuk dicap sebagai gadis penggoda atau pengejar harta. Ia merasa kesepian.

Ia merindukan ayahnya, yang selalu membelanya dan memuji kejujurannya.

"Ada apa, Nak? Kenapa diam saja? Bu Wati lagi?" tanya Bu Rahmi, yang berbaring di tempat tidur kecil di ruang tidur khawatir melihat sng anak yang begitu berbakti kepadanya tidak sekalipun Rania mengeluh, rasanya bu Rahmi merasa bersalah kepada sang anak karena menghadirkan penderitaan yng begitu berat kepada sang anak.

Rania segera mengusap air matanya dan memaksakan senyum. "Bukan apa-apa, Bu. Hari ini Bu Wati sedang banyak bicara saja. Rania tidak ambil hati." ucap Rania.

Rania mengambil handuk dan segera mandi. Air dingin membasuh keringat dan lelahnya, tetapi tidak bisa membasuh luka hatinya.

Setelah itu, ia segera pergi ke dapur untuk memasak. Dinding kontrakan yang tipis dan sederhana menjadi saksi bisu keuletannya.

Rania tahu betul kondisi keuangannya. Ia harus menghasilkan setidaknya Rp 100.000,00 per hari untuk menutupi semua biaya: sewa kontrakan (Rp 800.000,00 per bulan), biaya makan, dan biaya pengobatan ibunya yang bisa mencapai Rp 500.000,00 per bulan. Ia harus benar-benar efisien.

Sambil memotong sayur untuk sup, ia teringat lagi pada Abimana Sanjaya dan kartu nama hitam yang masih ia simpan.

Ia mengeluarkannya dan melihat begitu lama kartu nama tersebut, entah dalam hatinya begitu tidak nyaman tapi kenapa Rania juga tidak tahu.

.

.

Cerita Belum Selesai.....

1
Sweet Girl
Naaaah, bahagia Ndak...???
Sweet Girl
Bukannya di lantai 45 ya...🤔
Sweet Girl
Emang kenapa...???
Sweet Girl
Taktik apa tiktok...
Sweet Girl
Emang njaluk di cabut gigine, Bu Wati ini ya...
Sweet Girl
Bwahahaha sing gak betah itu saat jadi tetangga mu, Bu Wati...
ayak ayak wae...
Sweet Girl
👏👏👏👏👏👏👏
Ariany Sudjana
puji Tuhan, Rania dan Abimana sudah bisa saling menerima, tetap jadi pribadi yang jujur dan berintegritas Rania
Sweet Girl
Meyakinkan dengan pelanggaran Pasal 7.
Sweet Girl
Lho lho lho ... Pelanggan Pasal 7 ini...🤪
Sweet Girl
Formal banget deh...
Lusi Hariyani
nah gitu dong adem...sm2 cinta tp gengsi
Sweet Girl
Good job...
Sweet Girl
Menggigil 🤣
Sweet Girl
Aamiin
Sweet Girl
Good, harus ada perlindungan
Sweet Girl
Demi Ibu, kendurkan sedikit idealisme mu Ran...
Mar lina
akhirnya Abi mencurahkan isi Hatinya ke Rania, cinta Rania tidak bertepuk sebelah tangan... lanjut Thor ceritanya
di tunggu updatenya
Sweet Girl
Otor tau, klo kamu lagi sangat butuh²nya Ran...
Sweet Girl
Ndak usah terkejut Bu Wati... anda memang sesekali mesti di pertegas.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!