NovelToon NovelToon
MUTIARA SETELAH LUKA

MUTIARA SETELAH LUKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Ibu Pengganti
Popularitas:522
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

“Mutiara Setelah Luka”

Kenzo hidup dalam penyesalan paling gelap setelah kehilangan Amara—istrinya yang selama ini ia abaikan. Amara menghembuskan napas terakhir usai melahirkan putra mereka, Zavian, menyisakan luka yang menghantam kehidupan Kenzo tanpa ampun. Dalam ketidakstabilan emosi, Kenzo mengalami kecelakaan yang membuatnya lumpuh dan kehilangan harapan untuk hidup.

Hidupnya berubah ketika Mutiara datang sebagai pengasuh Zavian anak nya. Gadis sederhana itu hadir membawa ketulusan dan cahaya yang perlahan meruntuhkan tembok dingin Kenzo. Dengan kesabaran, perhatian, dan kata-kata hangatnya, Mutiara menjadi satu-satunya alasan Kenzo mencoba bangkit dari lembah penyesalan.

Namun, mampukah hati yang dipenuhi luka dan rasa bersalah sedalam itu kembali percaya pada kehidupan?
Dan sanggupkah Mutiara menjadi cahaya baru yang menyembuhkan Kenzo—atau justru ikut tenggelam dalam luka masa lalunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7 DI RAWAT DI RUMAH SAKIT

Amara langsung dibawa ke ruang gawat darurat begitu Kenzo sampai di rumah sakit. Perawat mengambil alih tubuh Amara dari gendongan Kenzo, sementara Kenzo mengikuti di belakang dengan wajah tegang.

Bu Saras dan Tuan Rendra ikut menyusul, tetapi Kenzo sudah terlanjur masuk ke area yang hanya boleh dimasuki keluarga inti. Ia tidak peduli siapa pun yang mencoba menghentikan langkahnya.

“Keadaannya bagaimana? Dia kenapa bisa pingsan? Anak saya—” Kenzo hampir kehilangan kendali saat dokter meminta ia menunggu di luar.

“Tuan, biarkan kami periksa dulu. Begitu selesai, kami kabari,” ujar dokter jaga.

Kenzo akhirnya menyingkir, duduk di kursi tunggu dengan napas tidak teratur. Tangannya menggenggam rambutnya sendiri. Ia tidak pernah merasa setakut ini.

Semua kemungkinan terburuk berputar di kepalanya: bagaimana jika Amara tidak kuat? Bagaimana jika bayi mereka juga dalam bahaya?

Beberapa menit kemudian, Rio datang terburu-buru.

“Pak, saya baru dapat kabar dari Bibi. Keadaan Bu Amara… gimana?” Rio menatap bosnya dengan khawatir.

Kenzo hanya menggeleng. “Dokter masih periksa.”

Rio menunduk, merasa tak enak melihat Kenzo yang begitu terpukul. Ini pertama kalinya ia melihat tuannya panik, benar-benar panik. Biasanya Kenzo selalu tenang dalam segala situasi.

Karena kondisi yang mendesak, Kenzo meminta Rio mengurus segala rapat, dokumen, dan pertemuan dengan klien.

“Kamu yang handle semua. Aku nggak akan tinggalkan Amara,” katanya singkat.

Rio mengangguk. “Baik, Pak. Jangan pikirkan pekerjaan dulu.”

Setelah hampir satu jam, dokter keluar. Kenzo langsung berdiri.

“Bagaimana kondisi istri saya?”

Dokter meletakkan tablet medisnya. “Nona Amara mengalami kelelahan berat, tekanan darahnya turun, dan anemia cukup parah.

Ditambah lagi kondisi penyakitnya membuat tubuhnya semakin lemah. Untuk sementara, kami harus merawatnya di sini.”

“Bagaimana dengan bayinya?” tanya Kenzo cepat.

“Untuk saat ini, denyut jantung janin masih stabil. Tapi kehamilan ini tetap berisiko tinggi.”

Kenzo menelan ludah, meski dalam hatinya sudah tahu jawabannya. Dokter mempersilakan Kenzo melihat istrinya setelah dipindahkan ke ruang rawat.

---

Begitu Amara dipindahkan, Kenzo duduk di samping ranjangnya. Wajah Amara pucat sekali, bibirnya kering. Tangannya dingin. Selang infus telah terpasang di lengan kirinya. Kenzo menggenggam tangan itu pelan, berusaha tidak memecah emosinya.

“Kenapa kamu nggak bilang?” bisiknya tanpa suara.

Tentu saja Amara tidak menjawab. Ia masih tidak sadarkan diri.

Beberapa menit kemudian, Kenzo mengambil ponselnya dan menekan nomor yang sudah ia siapkan sejak tadi: Damar Pratama, ayah Amara.

Telepon tersambung setelah nada kedua.

“Assalamualaikum, iya kenzo ada apa?” suara Damar terdengar tenang namun tegas.

“Pak… ini Kenzo. Suaminya Amara.”

Iya saya tahu ada apa kenzo,kenzo ragu dia diam sebentar..

Kedua orang tua Amara langsung terdiam di seberang. Kenzo bisa merasakan kecemasan yang muncul dari jeda hening itu.

“Ada apa dengan Amara? Dia kenapa?” suara Bu Laras terdengar panik ketika telepon direbut olehnya.

Kenzo menarik napas. “Amara sedang dirawat. Dia pingsan.”

“Apa?!” Bu Laras langsung menangis. “Kenapa bisa sampai seperti itu? Dia cuma bilang dia hamil… cuma itu!”

“Maafkan saya, Bu. Tolong datang ke rumah sakit. Saya akan jelaskan semuanya.”

Beberapa jam kemudian, kedua orang tua Amara tiba. Begitu memasuki ruang rawat, Bu Laras langsung menangis sambil memegang tangan putrinya.

“Amara… kenapa kamu seperti ini, Nak?” Bu Laras mengusap tangan Amara dengan lembut, seakan berharap sentuhannya bisa membuat Amara membuka mata.

Pak Damar menatap Kenzo dengan sorot penuh pertanyaan. “Ada apa sebenarnya? Kenapa anak saya bisa selemah ini?”

Kenzo tertunduk. Ia menahan napas sebelum akhirnya menjelaskan, pelan tetapi jelas.

“Beberapa waktu lalu, dokter menyarankan Amara menggugurkan kandungannya. Tapi dia menolak.”

Bu Laras langsung menoleh cepat, matanya melebar. “Menggugurkan? Untuk apa? Apa yang sebenarnya terjadi pada Amara, Nak Kenzo?”

“Amara… mengidap penyakit serius,” ujar Kenzo. “Kanker stadium akhir.”

Kedua orang tua Amara terdiam. Bu Laras menutup mulutnya, suaranya pecah.

“Ya Tuhan… Amara…”

Pak Damar mengepalkan tangan. “Kenapa dia tidak bilang ke kami?”

“Dia takut membuat semua orang khawatir,” jawab Kenzo. “Dia hanya ingin menjaga kehamilan itu… demi anaknya.”

Bu Laras menangis lebih keras, membungkuk di pinggir ranjang sambil mengusap perut Amara yang masih datar.

“Amara… kenapa kamu mengambil risiko sebesar ini? Nyawa kamu, Nak… nyawa kamu…”

Kenzo memalingkan wajah. Rasa bersalah itu kembali menekan dadanya. Setelah beberapa menit, dokter masuk, memberi tahu bahwa Amara butuh istirahat dan pengunjung sebaiknya tidak banyak bicara.

“Ibu Amara bisa beristirahat dulu. Atau bergantian menjaga,” ujar dokter.

Pak Damar mengangguk. “Baik, Dok. Kami akan ikut aturan.”

---

Sekitar pukul sepuluh malam, Amara mulai bergerak. Kenzo yang duduk di sofa kecil langsung berdiri. Ia mendekat dan memperhatikan kelopak mata Amara yang bergetar sebelum perlahan terbuka.

Pandangan Amara kabur, tapi ia bisa melihat bayangan seseorang berdiri di sampingnya.

“Mas…?” suaranya serak.

Kenzo meraih tangannya. “Aku di sini. Kamu aman.”

Beberapa detik kemudian, Amara menyadari kedua orang tuanya ada di sisi lain ranjang. Ia berusaha bangun, tapi ibunya menahannya pelan sambil menangis.

“Amara… kenapa kamu begini, Nak… kenapa kamu tidak bilang sama Ibu…”

Amara terdiam. Lalu matanya mulai berkaca-kaca.

“Maafkan Amara…” suaranya lemah. “Amara cuma… Amara cuma pengin anak ini lahir. Amara ingin ada yang mengikat Amara dengan suami Amara…”

Bu Laras menangis lebih kencang, memeluk tangan putrinya.

“Anak ini bukan satu-satunya cara, Nak… kamu… kamu bisa mati…”

Amara menggeleng pelan. “Amara tahu… tapi Amara pilih ini…”

Dokter masuk dan mengingatkan bahwa Amara tidak boleh terlalu banyak bicara.

Semua mengangguk, menyingkir sedikit. Lampu ruangan diredupkan.

Kenzo duduk kembali di kursinya, memegang tangan Amara yang masih dingin.

“Mas Kenzo…” bisik Amara.

“Hm?”

“Aku cuma ingin anak ini… tolong jaga dia kalau… kalau—”

“Sst…” Kenzo menahan napas, menunduk agar Amara tidak melihat matanya yang mulai memerah. “Sekarang kamu istirahat. Jangan pikir yang aneh-aneh.”

“Tapi Mas—”

“Amara,” potong Kenzo dengan suara rendah. “Istirahat.”

Amara akhirnya memejamkan mata lagi. Tarikan napasnya panjang dan lemah.

Kenzo tetap menggenggam tangannya, menatap wajah istrinya yang tampak rapuh. Dalam hatinya, ia berdoa agar Amara tetap kuat. Agar ia diberi waktu lebih lama.

Tapi ketika Kenzo menunduk, ia melihat sesuatu menetes dari hidung Amara.

Setetes darah.

Kenzo langsung berdiri, wajahnya berubah panik.

“Dokter… Dokter! Ada darah—!”

— bersambung —

Haii readers selamat sore selamat membaca

Follow juga ig author "@zanita_ nuraini"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!