Hinata di titipkan pada keluarga Hashirama oleh ayahnya yang menghilang secara tiba-tiba.
Di sana, di rumah besar keluarga itu yang layaknya istana. Hadir empat orang pangeran pewaris tahta.
Uchiha Sasuke
Namikaze Naruto
Ootsutsuki Toneri
Kazekage Gaara
Akankan Hinata bisa bertahan hidup di sana?
Disclaimer : All Character belongs to Masashi Kishimoto. Namun kisah ini adalah original karya Author. Dilarang meniru, memplagiat atau mencomot sebagian atau keseluruhan isi dalam kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vita Anne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Two Grandson (Part 2)
"Nona Hinata!" Panggil Mizuke dengan suara lembut di kamar Hinata.
Wanita itu sudah sepuluh menit di sana. Dia tidak berani membangunkan Hinata yang sedang tertidur dengan pulasnya. Kecuali hanya dengan memanggil nama gadis itu. Dan itupun dengan suaranya yang pelan.
"Umm!!!" gadis itu bergumam dalam tidurnya."... Apa itu Ibu?" Tanya Hinata dengan suara parau. Gadis itu merancu di dalam tidur~nya.
"Ini sudah waktunya makan malam Nona!" Sambung Mizuke lagi.
Hinata membuka matanya yang berat perlahan. Dan dia mengusuk matanya pelan.
"Makan?" Tanya gadis itu heran.
Dia memang merasa dehidrasi. Gadis itu bangkit perlahan dengan mata yang masih setengah terbuka. Wajahnya sedikit bengkak karena gadis itu tidur hingga malam hari.
"Kau sudah tertidur empat jam sejak tiba di sini. Ini sudah lewat jam makan malam. Semua menunggu mu di ruang makan."
Gadis itu membulatkan matanya.
"Astaga!!"
...°°°...
Hinata menuruni tangga di mana kamar~nya berada. Dia hanya mengikuti langkah Mizuke menuju ruang makan. Dia tahu, dia telah tidur terlalu lama. Rasanya baru kali ini dia bisa terlelap sepulas itu setelah beberapa hari ini dia tidak bisa tidur dan makan dengan benar.
Hinata menghembu nafas dalam. Setelah di bantu oleh Mizuke untuk memilih pakaian dan merapihkan dirinya. Hinata tidak menyangka dirinya akan secantik ini.
Tuan Hashirama mempersiapkan semuanya di sana. Dia mengisi walking Closet di kamar Hinata dengan banyak baju mahal yang anggun dari berbagai merek terkenal. Dia mengenakan dress sederhana yang anggun berwana Ungu pastel ketika dia turun dari kamarnya.
Sebenarnya Hinata merasa tidak nyaman dengan semuanya yang Tuan Hashirama berikan. Dia merasa hidup yang seperti ini bukanlah hidup~nya. Meskipun untuk saat ini dia hanya bisa menurut tanpa berkata banyak.
Hinata tiba di sana. Di ruang makan dengan kelima orang yang sedang menyantap makanan~nya dengan tenang.
"Silahkan duduk Nona Hinata!"Mizuke menarik salah satu bangku di sebelah Sasuke yang duduk di sebelah Gaara.
Semua pandangan tertuju pada~nya. Hinata adalah gadis yang berbeda ketika Kakek telah melakukan sentuhannya. Merubah gadis keras kepala yang kasar itu menjadi seorang gadis anggun yang mempesona. Meski saat ini dia melangkah dengan tidak nyaman. Dia masih bisa tersenyum kikuk di hadapan semua.
"Aku hampir mati kelaparan menunggu mu!" Gaara mendecak kesal seraya memasukkan potongan besar daging ke mulutnya dengan lahap. Meski sebelumnya pria itu tidak bisa melepaskan pandangannya pada Hinata. Dia berusaha menutupi sikapnya dengan berkata sarkas.
"Maaf!" sahut gadis itu singkat. Dia merasa bersalah dan tidak enak hati.
"Kami tidak selalu melakukan ini. Kakek menyuruh kami makan malam di rumah dan berkumpul karena ini adalah malam pertama kau hadir di rumah ini. Seharusnya kau bisa lebih menghargai usaha Kakek!" sambung Toneri dengan terus menatap Hinata dengan wajah kesal.
"Seharusnya kalian bisa mulai makan malam tanpa aku! Aku bisa makan ramen atau apa saja yang tersisa nanti."Sahut Hinata tidak enak hati. Ada rasa bersalah di wajahnya yang jelas terlihat di sana.
Toneri mendecih seraya tersenyum hambar.
"Seharusnya aku tidak membatalkan jadwal ku bersama member lain hanya karna ini." gerutunya.
Hinata mengangkat wajahnya. Dia benar-benar merasa tidak enak pada pria itu. Dia merasa bersalah.
"Aku tertidur karena merasa sangat lelah! Maaf! Maafkan aku." Ujar gadis itu seraya meringis.
"Cukup!" Ucap tuan Hashirama menghentikan gerutuan kedua cucu nya dengan tegas. Dia beralih menatap Hinata dengan senyum lebar yang lembut."... Kau pasti lelah! Setelah ini kau bisa melanjutkan istirahat mu kembali."
Hinata menundukkan wajahnya seraya mendesah lelah.
"Baik Kakek!"
"Nah! Makan lah! Kau butuh bayak energi agar cepat pulih."
Hinata menurut, dia segera menyantap hidangan yang ada di depan~nya dengan lahap.
Benar! Hidupnya lebih baik sekarang setelah dia mengetahui kabar ayah dan mendengar suaranya. Kini dia bisa tidur dan makan dengan tenang. Sesuatu yang sudah sepatutnya dia syukuri.
Hinata tidak perduli dengan tatapan ke-empat cucu tuan Hashirama yang memperhatikan~nya makan dengan seksama. Tatapan heran ke-empat cucu kakek bukan masalah saat ini.
Hinata tidak perduli. Anggap saja dia sedang hidup di istana di tengah hutan dengan para binatang buas yang kini menjadi jinak. Semua berkat Tuan Hashirama.
Pria tua itu tersenyum lebar yang mencapai kedua matanya melihat cara Hinata makan. Hatinya yang beberapa tahun hampa seolah terisi lagi. Sejak anak-anak perempuan nya pergi dari rumah ini. Mengikuti keinginan~nya masing-masing.
"Apa yang kalian lihat?"Tanya kakek pada keempat cucunya yang menghentikan kegiatan makan mereka demi memperhatikan kegiatan makan Hinata yang bar-bar."... Lanjutkan makan kalian masing-masing." Ucap kakek lagi dengan tegas.
Ke-empat nya segera kembali bergerak menyelesaikan makan mereka.
"Kalian semua sudah saling mengenal bukan? Aku sengaja menyuruh cucu-cucu ku datang ke rumah sakit hari ini. Menyenangkan membuat mereka semua sibuk dengan permintaan-permintaan ku yang konyol." Kakek terkekeh seorang diri Selagi keempat cucunya malah mendesah lelah melihat kelakuan~nya.
Hinata melihat situasi yang canggung itu. Hingga dia ikut tertawa hambar.
"Ha..hahaha..."Respon gadis itu, dia tertawa dengan wajah kikuk.
"Mereka terlalu sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Meski aku tahu mereka memaki dan menggerutu di belakang ku. Tapi... Terasa menyenangkan membuat semuanya bisa berkumpul di sini. Semua berkat kehadiran mu. Aku punya alasan untuk meminta mereka melakukan yang aku mau." Jelas kakek lagi dengan antusis.
"Ha..haahaha benar Tuan! Ahh... Maksud ku Kakek!" Sahut Hinata dengan tawa lebar.
Cucu tidak berperasaan!
Orang tua hanya butuh waktu kalian untuk mendengar keluh kesah atau sekedar berbagi cerita. Kalian mengabaikan orang sebaik Tuan Hashirama!Ckk!
Hinata mendecak dalam hati. Menatap satu persatu cucu-cucu kakek yang acuh dengan wajah geram.
"Aku dengar beberapa hari ini kau membolos dari jadwal kuliah mu?" Tanya kakek lagi.
Hinata hampir saja memasukkan potongan daging ke mulutnya ketika pertanyaan itu terlontar. Sehingga gadis itu harus menurunkan kembali makanan dari tangannya yang hampir masuk ke mulutnya.
"Aku... Terlalu sibuk memikirkan nasib Ayah hingga melupakan jadwal kuliah." Sahut gadis itu seraya meringis. Meruntuki kebodohan dirinya.
"Kau ingin mengambil cuti kuliah?" Sambung kakek lagi.
Hinata berpikir sejenak.
"Entahlah... Sepertinya aku harus tetap berkuliah. Aku harus mengejar ketertinggalan ku belakangan ini Kakek. Atau mungkin, aku harus mengulang karena sering membolos." Sahut Hinata sembari meringis lesu dan dia kembali memasukan potongan daging ke mulutnya dengan setengah hati.
"Aku sudah mengatur jadwal untuk mu minggu depan! Aku sudah menyiapkan sebuah perjalanan untuk mu dan Cucu ku, Sasuke. Kalian akan melaksanakan perjalan bisnis ke Yokohama. Untuk melaksanaan peresmian rumah sakit kami di sana. Bisakah kau melakukannya?"
'Uhuk Uhuk!!'
Hinata tercekat. Hingga dia tersedak daging yang ada di mulutnya.
'Prang!'
Sasuke menaruh sendok dalam genggamannya dengan kasar. Hingga Hinata yang duduk di sebelahnya terkejut dengan suara keras dari piring dan sendok yang beradu di sebelahnya. Wajahnya yang terlihat datar begitu sulit di artikan.
"Aku telah selesai makan!"Ucap pria itu dingin. Lalu beranjak pergi meninggalkan semua yang ada di sana.
Suasana menjadi begitu suram ketika Sasuke bangkit dan meninggalkan semua. Kakek hanya bisa diam dan kemudian kembali tersenyum pada Hinata yang mulai merasa takut.
Lihatlah! Bahkan Kakek tidak bisa menghentikan kelakuan pria itu! Dasar! Pria menyebalkan! Sikapnya begitu buruk!
Runtuk Hinata dalam hati.
"Dia hanya begitu lelah setelah seharian bekerja di rumah sakit! banyak hal yang harus dia kerjakan di sana." Ucap kakek mencairkan suasana yang mulai terasa dingin.
Naruto, Pria itu juga bangkit tanpa berkata-kata. Sebelum langkahnya tertahan oleh suara Kakek yang menghalanginya.
"Apa jadwal mu juga sibuk minggu depan?" Tanya kakek pada Naruto yang segera menghentikan langkahnya."Kau bisa menggantikan Sasuke jika dia tidak bersedia mewakili ku. Belakangan ini dia punya pekerjaan berat di rumah sakit."
"Maaf! Aku tidak ingin terlibat dengan urusan rumah sakit lagi! Kakek harus berusaha merayunya agar dia menurut." Sahut pria itu dengan suara dingin~nya seperti biasa. Dan tanpa basa basi lagi pria itu pergi meninggalkan keempat orang di sana.
Kakek mendesah lelah. Melihat kelakuan kedua cucu nya yang begitu sulit dia kendalikan. Kemudian pria tua itu kembali melirik kedua cucunya yang lain.
"Waktu kalian akan segera tiba!"Ucap Kakek menatap kedua cucunya bergantian."Kurangi terus bermain-main dengan hidup kalian! Aku harus mengurus kalian lebih keras lagi agar lebih menurut! Jangan seperti dua bocah tengil itu." Umpat Kakek dengan wajahnya yang geram.
Gaara maupun Toneri hanya bisa diam dan menghembus nafas lelah. Kakek telah memaki cucu~nya di depan Hinata. Dan itu melukai harga diri mereka.
Sangat memalukan!
Hinata tertegun melihat kakek yang tiba-tiba mendecak kesal. Pria itu mengumpat kedua cucunya yang memang pantas untuk mendapat kata-kata umpatan.
"Kakek hebat!" Ucap Hinata sembari tersenyum lebar. Dia memberikan dua ibu jarinya pada Kakek yang langsung tertawa hambar.
"Haha..."
Dia lupa bahwa di sini ada calon cucu menantunya yang melihat segala gerak-geriknya. Seharusnya dia bisa lebih menjaga sikap.
Kakek mendesah lelah.
Syukurlah Hinata justru menyukai sikapnya.
...°°°...
"Maafkan aku menganggu waktu istirahat Nyonya Mizuke" Ucap Hinata seraya mendesah lelah."... Setelah tidur ku tadi, aku malah begitu sulit untuk memejamkan mata sekarang."
Mizuke Miran tengah menyisir rambut Hinata yang duduk di depan meja riasnya. Wajah gadis itu yang lesu membuat Mizuke merasa kasihan.
"Bukankah seharusnya kau merasa senang sekarang? Orang-orang akan melakukan apapun untuk bisa menjadi menantu keluarga kaya. Kau punya hidup yang setiap gadis inginkan di sini. Kenapa wajah mu berkata sebaliknya?" Tanya Mizuke dengan suara pelan seraya terus menyisir surai indigo Hinata dengan lembut.
Hinata kembali mendesah lelah.
"Aku tidak menginginkan semua ini! Tujuan ku ke sini hanya karena Ayah. Terlebih melihat sikap kedua cucu tertua Kakek. Aku merasa... Seperti tengah terjebak di sini." Keluh Hinata.
Mizuke terkekeh, mendengar ungkapan hati Hinata barusan.
"Keduanya selalu seperti itu, Padahal keduanya begitu akur saat kecil. Aku menyaksikan mereka semua tumbuh." Jelas Mizuke lagi."Bahkan ayah mereka juga melakukannya. Jangan takut! Jangan risaukan hal itu, Dan jangan beratkan pikiran mu untuk memikirkan hal-hal yang tidak perlu. Pikirkan saja bagaimana caranya agar kau bisa beradaptasi dengan Tuan Muda Sasuke! Dia calon suami mu, Sebenarnya dia tidak sekejam itu. Kau tahu?!"
Sebenarnya banyak hal yang ingin dia ketahui. Tapi, rasanya kepalanya yang kecil masih belum siap menerima Segala penjelasan yang mungkin saja semakin membuatnya harus berpikir lebih keras nanti.
Hinata kembali mendesah lelah untuk yang kesekian kalinya. Dia memilih untuk diam saat ini. Semua yang terjadi belakangan ini terasa melelahkan hidupnya.
"Terima kasih sudah menemani ku Nyonya Mizuke!" ucap gadis itu lesu. Meski dia tetap mencoba untuk terus tersenyum. Namun, wajahnya yang Terlihat risau tetap tidak bisa menutupi perasaannya."... Aku tidak punya siapapun di sini yang bisa aku ajak bicara."
"Jangan sungkan, datanglah pada ku saat kau membutuhkan bantuan." Ucap Mizuke lagi seraya mengusap bahu Hinata.
Hinata mengangguk, di atas semuanya. Dia masih merasa bersyukur banyak orang baik yang membantunya bertahan hidup hingga saat ini.
...°°°...
Hinata tidak bisa tidur malam ini. Pembicaraannya dengan kakek ketika makan malam tadi membuat otaknya tidak berhenti berpikir.
Ayah pergi dan menitipkan~nya pada keluarga yang mempunyai banyak masalah. Hidupnya terasa berubah begitu singkat dalam beberapa malam terakhir. Meski dia berharap semua hanya mimpi. Namun nyatanya, semua adalah kenyataan yang harus dia jalani.
Hinata memandang hampa taman di belakang melalui balkon kamarnya yang terbuka lebar. Dia melirik sebuah Mansion yang paling dekat dengan kamarnya. Di situ tempat pria yang Kakek sebut sebagai Calon Suami~nya, Uchiha Sasuke.
Hinata menggeleng kasar.
Dia bahkan tidak berpikir untuk menikah saat ini! Dia masih terlalu muda. Dan dia tidak tertarik sedikitpun dengan pernikahan.
Hinata mengedarkan pandangannya. Dia menatap bulan yang bersinar terang. Memberi cahaya samar pada ruang kosong di depan.
Di sana, di balkon sebuah Mansion di sisi kanan~nya yang berjarak lumayan jauh berdiri seorang pria dengan rambut pirang nya yang terhempas angin malam. Pria itu berdiri seorang diri di sana seraya memasukan kedua tangan ke saku celana~nya. Bersandar pada tiang besar yang ada di balkon kamarnya.
Dapat Hinata lihat pria itu tengah berpikir seorang diri. Dia, Pria itu yang misterius.
Namikaze Naruto! apa yang dia lakukan di sana?
To be continued
'