NovelToon NovelToon
Kimi'S Destiny

Kimi'S Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Mafia / Cintapertama / Playboy
Popularitas:546
Nilai: 5
Nama Author: V3a_Nst

Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30 - Menuju Hari H

***

Hari libur telah tiba. Pagi ini James dan juga Vivian tengah berada di ruang makan.

"Kasihan Willy ya, tidak terasa, sudah berjalan dua minggu tidak bertemu Kimi. Wajah anakku semakin tidak cerah."

James mengangguk setuju. Sembari mengunyah sarapan pagi ia menimpali. "Sudah berulang kali juga Willy meminta pernikahan di percepat. Tetapi, biarlah dia menunggu. Agar dia tidak merasa terlalu mudah mendapatkan Kimi anak kita."

Anggukan dengan wajah sendu terbit di wajah Nyonya Anderson. Ia setuju, namun juga tidak tega pada anak semata wayang.

"Bukankah aku juga anak kalian?" Nada tegas terlontar dari mulut William. Wajahnya dingin dan datar. Ia baru saja turun, berniat sarapan bersama seperti biasa. Menarik kursi dan duduk dengan elegan.

Vivian terlonjak, berbeda hal nya dengan James. Ia hanya berseringai santai menanggapi nada dingin sang anak. Tatap bertemu di tengah sesaat. Kemudian William memilih mengambil roti untuk menu serapan nya di pagi ini.

Merasa suasana menjadi canggung, Vivian mencoba beralih mengambil piring sang anak, lalu mengoleskan srikaya yg selalu menjadi rasa favorite William. Berharap dengan begitu William sedikit terhibur.

"Terimakasih Mommy." Ucapnya datar setelah olesan selesai di atas roti panggang miliknya. Ia menarik kembali piring yg sempat menjauh, kembali mendekat padanya.

"Sama-sama nak." Jawab Vivian tersenyum hangat. Akan tetapi, hal tersebut tidak berbalas baik. William tetap datar, dan itu sedikit menyayat hatinya. Wajahnya sendu, kembali berniat menghabiskan sisa serapan miliknya. Akan tetapi semangat tak selincah di awal.

James menyadari hal itu, sedikit tidak terima melihat raut sendu sang istri di pagi hari ini. Walau yg berbuat adalah William, anak nya sendiri. Tetap saja ia tidak senang. Sudah selesai akan aktivitas mengenyangkan. Ia berniat ingin mencerca sang anak.

"Aku akan latihan menembak hari ini."

Grekkk!

Suara kursi bergeser terdengar kasar. William tahu gelagat sang ayah yg akan menyerangnya. Mungkin bukan dengan kekerasan. Akan tetapi, percayalah, kata-kata pria itu lebih menyebalkan untuk di dengar. William tahu sang ayah tidak terima, karena ia tidak menyambut baik perlakuan baik sang Ibu. Tetapi sudahlah, dua minggu terakhir adalah hari tergersang sepanjang hari yg William rasakan.

'Maaf Mommy..' Hanya itu yg bisa ia ucapkan dalam hati. Sembari berjalan meninggalkan meja makan. Ia genggam roti yg sudah di buatkan oleh Vivian. Dengan begitu, setidaknya ia tidak abai pada sang Ibu, bukan? Begitu pikirnya.

***

Memasuki ruang olahraga khusus menembak. William di dampingi pria berbadan tegap berotot. Ia adalah salah satu bodyguard terlama di keluarga Anderson.

"Paman Jacob. Tolong berikan saya Glock." Titah William pada bodyguard bernama Jacob. Jacob langsung bergerak cepat mengambil yg di inginkan sanh Tuan Muda.

"Ini Tuan Muda."

"Terimakasih Paman."

Jacob mengangguk mundur. Ia berjalan mundur tak begitu jauh dari sang Tuan Muda.

Klek! Klek! Dor! Dor! Dor! Klek! Dor!

Bunyi senjata api mendengungkan telinga jika berada di dalam ruangan seperti ini. Maka sebaiknya, jika dilakukan oleh pemula. Sangat di sarankan menggunakan pelindung telinga yg mirip seperti earphone.

Tetapi tidak hal nya dengan seorang William. Dari umur belasan tahun, dirinya sudah mengenal berbagai jenis senjata api. Bagi keluarga Anderson, adalah penting, hal seperti ini diterapkan dalam hidup.

Mengingat kehidupan yg selalu bergelimangan harta. Tak membuat James lalai akan keselamatan keluarga. Ia tempah William dari sedini mungkin untuk bisa bela diri dan menggunakan senjata apapun.

Dan hal tersebut membuahkan hasil. William menjadi seorang yg kejam jika bersangkutan dengan musuh. Semasa sekolah, tawuran dan lain sebagainya, adalah makanan sehari-hari William dan juga Darren.

Badan terluka dan lain sebagainya, asal tidak mati. James masih bisa bernapas lega. Tugasnya hanya membereskan segala kekacauan yg telah di perbuat anak semata wayang. Dari kebanyakan peristiwa, memang tidak pernah ada penyerangan yg di mulai dari William. William selalu di serang, dan berhasil menang setelahnya.

"Tarik benangnya paman." Ucap William kembali memberikan perintah pada sang bodyguard.

Ia tarik benang yg akan mendekatkan patung percobaan menembak. Matanya memandang takjub.

"Tuan Muda memang selalu keren!"

William berseringai tipis. Ia lirik patung yg hanya terdapat satu lubang. Lalu apanya yg keren, jika hanya satu lubang yg terdapat pada bagian tengah dahi patung?

"Semua tepat sasaran tanpa meleset sedikit pun, Tuan Muda!" Lanjut Jacob berseru heboh.

Ternyata semua tembakan William begitu presisi hanya pada satu lubang yg sama. Hatinya yg memang sedang kacau, menambah fokus pria tersebut. Dahi adalah ciri khas seorang William jika sedang menggunakan senjata api.

Mendengar ucapan bodyguard yg telah membersamai dirinya dari kecil hingga sekarang. Sedikit mengobati hati. Ia tersenyum meski samar sekali. Akan tetapi, sudah cukup membuat hatinya lebih baik. Ia buka sarung pelindung jari dan telapak tangan.

"Siapkan patung tarung Paman. Aku ingin latihan memukul." Ucapnya berlalu menuju tempat selanjutnya.

***

Gedebuk! Bugh! Bugh! Aarrhh! Aarrhh!! Bugh! Hiaaakkk!!! Bugh!!

Heboh William ingin menumbangkan patung tarung. Keringat bercucuran. Bahkan sudah terdapat darah segar di buku-buku jari William.

Jacob mulai khawatir, ia tidak mengetahui sang Tuan Muda sedang badmood. Ia hanya mengira, William hanya ingin latihan saja. Tidak lebih dari itu.

Namun, ketika melihat pergerakan keras dan juga terlalu memaksakan, membuat Jacob uring-uringan. Ia meremas jari jemarinya kencang. Ingin menghentikan, namun merasa tidak seharusnya ia berlaku seperti itu.

"Hiaaahhh!! Akkk!!" Jerit kesakitan William akibat pukulan telak patung tarung. Kayu yg di desain melintang, menjadi tangan sang patung. Langsung memukul telak pelipis dahinya, ketika ia memukul bagian perut patung tersebut. Patung yg memang di desain otomatis kembali berdiri itu, langsung memberikan tonjokan keras pada bagian wajah tampan.

"Tuan Muda! Sudah! Cukup Tuan! Patungnya juga sudah mulai roboh!" Tergopoh Jacob mendekat pada William. Akan tetapi...

"MINGGIR! AWAS! HIYAAAKKK!!!!!"

Patung yg semula masih bisa berdiri kembali. Kini sudah hancur terbelah dua di bagian kepala hingga perut. Terjangan William menghancurkan patung itu. Sesaat sebelum Jacob mendekat, William sudah mulai berdiri dan bersiap melompat tinggi, mengumpulkan tenaga dalam pada bagian kepalan tangan. Dan...

"Hancur Tuan..."

"Yeah! Hahaha!! Hahaha!!" Tertawa terbahak, saking puas nya ia melihat patung tarung itu terbelah dua. Ia tidak menyadari...

"Tuan, kepala Tuan Muda berdarah!" Panik Jacob cepat mendekat.

William berseringai bengis, menepis cucuran darah yg melewati pipinya. Seakan kepala yg bocor akibat tonjokan patung tarung, tak berarti apapun untuknya. Ia berjalan meninggalkan ruang olahraga.

***

"Oh Tuhan Willy! Apa yg terjadi nak!" Jeritan Vivian ketika menoleh ke sumber langkah kaki. James juga ikut menoleh cepat ketika Vivian berteriak histeris. Mereka sedang menikmati hari libur dengan menonton film di ruang keluarga.

Jalan tergopoh, Vivian dan juga James mendekat cepat.

William menghela jengah. Ingin segera ke kamar, namun harus tertahan pekikan sang Ibu.

"Aku tidak apa-apa Ma." Jawabnya setenang mungkin. Jacob yg berada tak jauh dari William, mendapatkan tatapan tanya dari James sang Tuan Besar Anderson.

"Tuan Muda terkena pukulan dari patung tarung Tuan." Ungkap Jacob ketika sudah dekat dengan mereka semua.

"Ya ampun, ayo kita ke rumah sakit sekarang. Darahnya keluar terus itu! Harus di jahit!" Cemas Vivian mengkhawatirkan sang ibu. Ia menarik cepat lengan William. Akan tetapi...

"Aku mau ke kamar saja Mommy." Tolaknya langsung melepas rengkuhan sang Ibu. Ia berjalan tanpa menoleh ke belakang.

James menarik napas geram melihat tingkah sang anak. "Willy! Dengarkan Mommy mu."

Melambaikan tangan tanpa menoleh, William tak ingin mendebat ayahnya. Ia hanya ingin menenangkan diri. Rasa sakit di kepalanya, biarlah menjadi penawar rindu untuk sang kekasih pujaan.

***

Tok!Tok!

William yg sudah mengganti baju rumahan. Menoleh ke sumber suara. Pintu di ketuk dari luar menarik atensinya yg sedang menutup luka di kepala. Memang benar kata sang Ibu, seharusnya luka ini harus di jahit. Terbukti, hingga sekarang pun. Darah masih mengalir walau tak sederas di awal.

Ceklek...

"Lama sekali kamu buka pintu!" Kesal Alex menggerutu. Memandang malas, William kembali fokus pada luka. Ternyata sesaat setelah William meninggalkan orangtuanya. James langsung menghubungi Alex. Ia meminta teman William yg berprofesi sebagai Dokter tersebut, datang segera ke mansion, Sekaligus membawa semua peralatan yg di butuhkan.

Belum sempat pintu kembali tertutup, sudah ada lagi tamu tak di undang.

"Wah! kalah tarung kamu sama benda mati!" Marsel berucap sarkas sembari menghempas tubuh di atas kasur.

Darren yg juga ikut, hanya memperhatikan William yg tak peduli akan kehadiran mereka.

"Alex, ayo cepat!" Ujar Darren memburu, ternyata ia khawatir pada sang sepupu. Melihat, sudah berapa banyak tisu dan perban kasa yg terbuang. Semua sampah itu basah akan darah William.

"Sini!"

"Pergi kamu!" Cegah William, malas menanggapi.

"Tidak perlu banyak tingkah! Bentar lagi kamu akan menikah! Bukannya jaga penampilan biar tidak jelek saat hari H nanti! Ini malah membuat muka hancur!" Ucap Alex kini sudah memaksa William. Bagian tangan di pegang oleh Marsel, dan tubuh di tegakkan oleh Darren. Dan Alex sudah bersiap akan melihat luka di pelipis William.

"Lepas! Aku akan berbaring saja!"

Tampak semua berpikir, lalu mengangguk. Membenarkan permintaan pasien bertingkah di hadapan.

***

Alex tampak fokus pada kegiatannya. Ia menjahit dengan sangat hati-hati seperti biasanya ia menangani pasien di rumah sakit.

Di sisi lain, Darren dan Marsel tampak bergidik ngeri. Mereka menatap ngilu ketika jarum jahit satu demi satu berpindah tempat untuk menutup luka William.

Jika yg memperhatikan saja tampak ngeri. Bagaimana kondisi yg terluka? Tentu saja..

"Sakit.. fuck you!!!

Hei! kamu ingin membunuhku!

Sudahlah! Sakit!!!!"

Lolongan panjang William menahan segala kesakitan ketika di tangani Alex tanpa menggunakan... Obat bius!

Ya! Netra pria tampan tersebut sampai berkaca-kaca menahan sakit. Akibat perintah dadakan yg meluncur dari Tuan Besar Anderson. Alex lupa membawa serta obat bius.

Dengan sangat terpaksa, Alex melakukan penanganan tanpa obat bius. Tentu saja hal itu juga ia lakukan atas..

"Kan kamu sendiri tadi juga setuju, you fuck!" Sergah Alex hampir menyelesaikan tugas.

"I-iya! aku juga denger tadi." Timpal Marsel masih dengan tatapan ngeri.

"Kamu mengangguk seperti orang mabuk! waktu aku katakan aku lupa bawa obat bius. lalu kamu menjawab, lanjutkan saja, ini tidak akan ada apa-apanya, di bandingkan tidak bertemu Kimi selama dua minggu!" Seru Alex mengingatkan kata-kata William beberapa saat yg lalu.

"you fuck!" Jawab William di tengah ringisan.

Alex mendelik tak terima. Lalu Darren berseru.

"Cepatlah Lex! Nanti paman James mendengar teriakan anak ini, bakal panjang."

William yg tengah menahan sakit, tak begitu merespon ucapan Darren. Padahal ia tidak menyukai, jika sang ayah begitu di takuti ketiga temannya.

"Selesai!"

"Hhhaaarrggghh...!" Lega William membuang kasar napasnya yg panjang. Plong! Ia mengusap ujung mata yg terdapat lelehan air mata.

"Nangis kamu!"

"Fuck you!" Balas William menatap tajam Alex.

"Ini di minum sekarang, biar kamu tidak kesakitan." Tunjuk Alex pada beberapa butir obat pereda nyeri yg akan ia berikan.

Tanpa menunggu lebih lama, William segera merampas obat tersebut, dan mengambil air yg tersedia di atas nakas.

Gleg! Gleg!

"Minum satu saja! Bukan semua!"

"Hah!" Pekik William terkejut.

Semua mata melotot. Mereka terkejut, tak menyangka William akan sebodoh itu.

Marsel bergegas menepuk cepat punggung William. Sedangkan Darren sibuk membuka mulut William.

"Muntahin goblok!" Seru Marsel panik.

"Aku colok saja ya mulutnya!" Imbuh Darren bersiap memasukkan tangan besarnya ke dalam mulut William.

William semakin melebarkan mata, menolak keras usulan gila Darren.

Mereka semua tertawa, akan tetapi juga panik dalam waktu yg sama. Hanya William saja yg tampak semakin tersiksa akibat ulah teman laknatnya.

Alex berpindah posisi, ia mendorong Marsel dan beralih membuat gerakan memeluk dari arah belakang tubuh William.

"Kenapa kamu peluk aku, bangsat!" Amuk William menepis kencang kedua tangan yg melingkar di bagian perut. Lalu...

"Ehmmmp.. Huueekkk!!!"

Alex menekan kencang perut William. Yg keluar bukanlah seperti yg mereka inginkan. Malah yg keluar adalah semua isi perut pria itu.

Merasa salah langkah, Alex mendelik dan bersiap untuk melesat jauh. Di ikuti oleh Darren dan Marsel. Pria tampan tersebut...

"Bajingan!!!" Teriakan menggema William terdengar kencang. Membuat ketiga temannya bagai ayam yg tengah di kejar pakai sapu. Berhamburan tak menentu.

***

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!