Setelah meninggal karena tenggelam saat menolong anak kecil, Nadra Elianora, gadis modern yang ceria dan blak-blakan, terbangun di dunia kuno dalam tubuh Li Yuanxin seorang gadis malang yang dibuang oleh tunangannya karena sang pria berselingkuh dengan adik tirinya.
Tersesat di hutan, Nadra membangun gubuk, hidup mandiri, dan menggunakan ilmu pengobatan yang ia kuasai. Saat menolong seekor makhluk terluka, ia tak tahu bahwa itu adalah Qiu Long, naga putih ilahi. Dari pertemuan konyol dan penuh adu mulut itu, tumbuh hubungan ajaib yang berujung pada kontrak suci antara manusia dan hewan ilahi.
Tanpa disadari, kekuatan dalam diri Nadra mulai bangkit kekuatan milik Sang Dewi Semesta, makhluk tertinggi yang jiwanya dulu dipecah ke berbagai zaman untuk menjaga keseimbangan dunia.
Kini, dengan kepintaran, kelucuan, dan keberaniannya, tak hanya menuntut balas atas pengkhianatan masa lalu, tapi juga menapaki takdir luar biasa yang menunggu: menyelamatkan dunia dan mengembalikan cahaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 — Awal dari Balas Dendam
Langit pagi tampak lebih tenang dari biasanya. Hutan yang semalam berguncang karena pertempuran kini seolah tak ingin mengingat apa pun. Asap sisa pertarungan perlahan menghilang, meninggalkan aroma tanah dan embun.
Li Yuanxin duduk di depan gubuk, menatap bekas lingkaran sihir di tanah. Tangannya yang berlumur abu kini tampak tenang, tapi matanya memantulkan sesuatu yang baru tekad.
“Feng Yan, Longy,” ucapnya pelan, “kita pindah.”
Qiu Long yang melingkar di bahunya menatapnya dengan mata tajam. “Kau ingin pergi dari hutan?”
Li Yuanxin mengangguk. “Ya. Aku sudah cukup lama bersembunyi. Dunia luar pasti jauh lebih menarik. Lagi pula,” ia tersenyum miring, “aku butuh panggung yang lebih besar kalau mau bikin seseorang menyesal telah menjatuhkanku.”
Feng Yan yang bertengger di pundaknya memiringkan kepala. “Seseorang?”
“Dua orang, tepatnya,” jawab Li Yuanxin. “Mantan tunanganku dan adik kesayanganku. Dua pengkhianat yang dulu berpura-pura mencintaiku… tapi malah menusukku dari belakang.”
Matanya berkilat dingin, aura lembutnya mengeras seperti baja. “Dulu aku cuma Li Yuanxin yang bodoh dan baik hati. Sekarang aku bukan hanya Li Yuanxin tapi Nadra, dan aku akan pastikan mereka berlutut di bawah kakiku.”
Qiu Long mendesah kecil. “Kau baru saja menolak peperangan langit, tapi merencanakan perang pribadi.”
“Yap,” jawab Li Yuanxin santai. “Satu hal pada satu waktu. Sekarang urusanku bukan langit, tapi balas dendam.”
Ia berdiri, menepuk tangan, lalu menatap ruang kosong di hadapannya. Dengan satu gerakan jari, udara bergetar, membuka portal kecil berwarna emas.
“Ruang Dimensi Ilahi, buka.”
Cahaya lembut muncul, memperlihatkan pemandangan indah, tanah subur, kolam air bening, dan hamparan peti harta yang berkilau. Permata, emas, batu spiritual semuanya tersimpan rapi, berkilau memantulkan cahaya matahari ilahi.
“Whoa… ini lebih banyak dari saldo kartu Sultan di dunia modern,” kata Li Yuanxin sambil terkekeh kagum.
Feng Yan terbang di sekeliling harta itu. “Ini bukan harta biasa. Banyak di antaranya adalah persembahan dari pengikut Dewi Semesta masa lalu. Kau berhak memilikinya.”
“Dan aku akan memanfaatkannya dengan sangat bijak,” ujar Li Yuanxin dengan nada licik. “Untuk beli rumah, bikin toko obat, dan sedikit… proyek kecil penghancuran reputasi.”
Qiu Long mengibaskan ekornya. “Aku bisa mencium aroma kekacauan dari jauh.”
“Bukan kekacauan,” sanggah Li Yuanxin. “Strategi.”
Ia mengambil beberapa batu spiritual, sekantong permata, dan beberapa gulungan emas, lalu memasukkannya ke dalam kantong kain kecil. “Oke, ini cukup buat awal. Sekarang, kita butuh identitas baru.”
Feng Yan bertanya, “Nama apa yang akan kau gunakan?”
Li Yuanxin tersenyum samar. “Hmm… ‘Yu Xin’. Kedengarannya cantik dan sederhana, bukan?”
“Nama itu akan melindungimu,” sahut Feng Yan lembut.
“Lebih dari itu,” jawab Li Yuanxin. “Nama itu akan menjadi kutukan bagi mereka yang dulu mengkhianatiku.”
...----------------...
Perjalanan menuju kota terdekat memakan waktu dua hari. Nadra berjalan melewati lembah, melintasi sungai, dan sesekali beristirahat di pondok para petani. Ia menyamar sederhana, mengenakan jubah biru muda dan topi bambu lebar.
Sesekali, ia berhenti untuk membantu penduduk desa mengobati luka, menyembuhkan anak-anak, atau menetralkan racun dari gigitan ular. Tanpa disadari, kabar tentang “tabib cantik dari utara” mulai menyebar.
Ketika ia tiba di gerbang Kota Baiyu, suasana ramai menyambutnya. Pedagang berteriak menawarkan barang, anak-anak berlari sambil membawa permen gula, dan aroma roti panggang menguar dari kedai pinggir jalan.
“Wah,” gumam Li Yuanxin kagum. “Akhirnya… peradaban.”
Qiu Long yang tersembunyi di dalam gelang di pergelangan tangannya berdesis, “Tempat yang penuh suara dan bau. Aku lebih suka hutan.”
“Diam, Longy. Ini surga bagi manusia ada makanan, pakaian bagus, dan mungkin gosip panas.”
Ia tertawa kecil sambil melangkah ke dalam kota.
Beberapa jam kemudian, Li Yuanxin menemukan sebuah bangunan tua di tepi pasar barat. Rumah dua lantai itu tampak usang tapi kokoh. Plang di depannya bertuliskan huruf pudar ‘Toko Ramuan Shui’.
Pemiliknya, seorang pria tua dengan janggut putih, duduk di depan pintu. “Kau ingin membeli tempat ini, nona?” tanyanya curiga.
“Ya,” jawab Li Yuanxin. “Aku ingin buka toko obat. Aku tabib keliling, dan kota ini kelihatannya butuh seseorang yang bisa menyembuhkan, bukan cuma menjual racikan pahit.”
Pria tua itu tertawa kecil. “Kau bicara seperti anak muda yang tak tahu pasar.”
“Percayalah, aku tahu lebih dari yang kau kira,” jawab Li Yuanxin dengan senyum misterius. Ia menaruh sekeping emas di meja. “Bagaimana kalau aku bayar cash sekarang?”
Mata pria tua itu langsung berbinar. “sekarang?!”
“Kenapa kau tidak percaya,” katanya santai.
“Tidak, tidak! Kau boleh beli sekarang juga! Aku akan bantu bersihkan!”
Dalam waktu singkat, Li Yuanxin resmi memiliki tempat baru. Ia membersihkan debu, mengganti kain jendela, dan menata meja kayu dengan botol-botol kaca yang ia keluarkan dari ruang dimensinya. Dalam semalam, toko kecil itu berubah menjadi tempat yang harum dan berkilau Toko Obat Yu Xin.
Keesokan harinya, pelanggan pertama datang. Seorang wanita muda menangis membawa anaknya yang demam tinggi.
“Tolong, tabib! Dia tidak berhenti panas sejak kemarin!”
Li Yuanxin dengan tenang menaruh tangannya di dahi anak itu. Ia menutup mata, menyalurkan energi spiritual lembut melalui jarinya. Dalam hitungan detik, suhu tubuh anak itu turun, napasnya stabil.
Wanita itu menatap takjub. “Dia… sembuh?”
Li Yuanxin tersenyum. “Butuh istirahat, dan teh jahe setiap sore. Jangan lupa beri dia pelukan, itu ramuan terbaik.”
Wanita itu menangis bahagia, membungkuk dalam-dalam. “Terima kasih, Tabib Yu Xin!”
Tak butuh waktu lama nama Tabib Yu Xin menyebar cepat di kota Baiyu. Dalam seminggu, tokonya dipenuhi orang dari berbagai kalangan: petani, pedagang, bahkan prajurit kota.
Dan di balik ketenangan itu, Li Yuanxin menyusun rencana.
Malam hari, ketika toko sudah sepi, ia duduk di meja sambil menulis sesuatu di buku catatannya.
“Target pertama… Feng Zihan, mantan tunangan. pangeran dari kerajaan Feng, sombong, manipulatif, dan pengkhianat kelas elit. Target kedua… Li Meiyun, adikku tersayang yang merebut semuanya dariku.”
Feng Yan melayang kecil di udara, menatapnya. “Kau benar-benar ingin membalas dendam?”
Li Yuanxin menatap kosong ke arah jendela, di mana bulan bersinar tenang. “Mereka berdua menghancurkan hidupku. Aku tidak akan membunuh mereka. Tidak. Aku akan membuat mereka hidup… tapi berharap mati.”
Qiu Long keluar dari gelangnya, tubuh kecilnya melilit cangkir teh. “Kau punya rencana?”
“Tentu.” Li Yuanxin tersenyum dingin. “Aku akan naik ke puncak dunia ini. Mereka akan melihatku dari bawah dan menyesal karena pernah menjatuhkanku.”
Tapi aku harus mencari orang orang untuk kerja di sini dan untuk ku jadikan murid, serta
Orang orang kepercayaan ku yang dapat mencari informasi dan juga memata matai" ujar Li Yuanxin
Ia menatap peta kecil di mejanya, menunjuk sebuah lokasi Sekte Obat Langit. “Tempat itu akan jadi langkah pertama.”
bersambung
saatnya sekarang tinggal menunggu balasan yang setimpal.
sultan itu bebas melakukan apapun bukan /Facepalm/