NovelToon NovelToon
Nuha Istri Tersayang

Nuha Istri Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Identitas Tersembunyi / Pelakor / Romansa / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Menikah? Yeah!
Berumah tangga? Nanti dulu.

Begitulah kisah Inara Nuha (21 tahun) dan Rui Naru (25 tahun). Setelah malam pertama pernikahan mereka, kedatangan Soora Naomi mengguncang segalanya. Menghancurkan ketenangan dan kepercayaan di hati Nuha.

Amarah dan luka yang tak tertahankan membuat gadis itu mengalami amnesia selektif. Ia melupakan segalanya tentang Naru dan Naomi.

Nama, kenangan, bahkan rasa cinta yang dulu begitu kuat semuanya lenyap, tersapu bersama rasa sakit yang mendalam.

Kini, Nuha berjuang menata hidupnya kembali, mengejar studi dan impiannya. Sementara Naru, di sisi ia harus memperjuangkan cintanya kembali, ia harus bekerja keras membangun istana surga impikan meski sang ratu telah melupakan dirinya.

Mampukah cinta yang patah itu bertaut kembali?
Ataukah takdir justru membawa mereka ke arah yang tak pernah terbayangkan?

Ikuti kisah penuh romansa, luka, dan penuh intrik ini bersama-sama 🤗😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

07 Perjalanan ke Kafe Asa

Perjalanan ke Kafe Asa.

Nuha memakai masker, ya bukan untuk alasan normal melainkan karena ia melindungi mukanya supaya tidak dicium sembarangan lagi oleh pria yang selalu mengaku sebagai suaminya.

“Nara, lepas, ya?” tangan kiri Naru dengan nakalnya menyentuh tali masker itu. Tapi langsung ditepis.

“Ish! Jangan sentuh.”

“Aku ini suamimu, Nara. Aku nggak perlu izin kalo minta sedikit aja dari kamu.” Nada suaranya menggoda, tapi matanya sendu. “Buka maskernya, ya, ayolah…”

“Kenapa sih kamu?! Udah deh, jangan ngomong soal suami-istri. Otakku nggak nyampe. Aku bahkan nggak kenal kamu, tapi kamu mainan suami-suamian melulu. Aneh tau!”

“Naraa…”

“Aku lompat kalo kamu nggak diem.”

Denialnya begitu kuat. Naru terdiam, hanya menggenggam erat setir sambil menahan napas. Ia ingin tertawa, tapi dada terasa sesak. Ia ingin bicara, tapi takut semua akan makin rusak. Nuha sampai berani mengancam lompat dari mobil.

Mobil pun melaju tenang dalam sunyi yang lebih bising daripada apapun. Hingga Sampai di kafe Asa.

Begitu mesin mati, Naru menunduk pelan. “Maaf ya… kalau aku bikin kamu nggak nyaman.”

Nuha yang hendak membuka pintu tiba-tiba berhenti. Tangannya menggantung di udara. “Nggakpapa,” jawabnya pelan. Tapi bahunya sedikit bergetar. Tangannya mengepal, bibirnya tergigit seolah ada sesuatu yang ditahan mati-matian.

“Na--”

“Naru,” potongnya lirih.

“Iya?”

“Aku nggak tahu apa yang udah terjadi. Tapi kalau aku pernah punya banyak salah ke kamu…” Suaranya goyah. “…aku minta maaf.”

Nuha menarik napas panjang sebelum melanjutkan, tapi ucapannya sudah berhasil membuat Naru kembali bersedih. “Aku bingung tiap kamu anggap aku istri, sementara aku nggak ngerasa apa-apa. Tapi makasih ya, kamu udah jagain aku dengan baik di rumah bunda.”

Ia tersenyum lembut berusaha menahan air mata. “Mulai hari ini… aku mau pulang ke rumah. Titip salam buat bunda, ayah, dan Dina.”

Klik.

Suara pintu yang terbuka terdengar seperti retakan di dada seseorang.

Naru membeku, "Tu-- tunggu..."

Jeda.

"Kalo gitu aku akan mengantarmu pulang. Aku akan menjemputmu nanti. Beritahu aku ya, jam berapa."

"Nggak usah, terima kasih. Aku bisa minta Kak Muha jemput atau nebeng sama Fani nanti."

"Nara..." Matanya memandangi punggung yang perlahan menjauh, satu-satunya dunia yang dulu ia jaga dengan seluruh hidupnya. Hatinya kembali tersayat. Bahkan sayatan terasa menjalar sampai ke nadi pergelangan tangan.

Sakit.

Sakit sekali.

“Aku ingin menahannya. Aku ingin memeluknya… ingin mengecup bibirnya sekali lagi.” Suaranya serak, tersangkut di tenggorokan. “Bahkan setelah kita menikah pun, kenapa harus berakhir begini?”

Napasnya terengah.

Bahu Naru bergetar, seolah menahan air mata yang tak kunjung jatuh. Hatinya tetap terjebak di detik saat Nuha pergi tanpa menoleh.

Sulit sekali menembus hati gadis itu.

Bahkan dulu, di masa sekolah, Naru harus diam-diam bertanya pada sahabatnya. Bagaimana caranya menghadapi gadis seintrovert Nuha? Ia ingat betul, setiap jawaban yang ia dapat selalu sama,

“Kalau kamu benar-benar sayang, jangan buru-buru masuk. Duduklah di depan temboknya, tunggu sampai dia membuka pintu sendiri.”

"My clumsy girl..."

Gadis ceroboh yang suka menjatuhkan barang, yang sering tersandung karena pikirannya melayang ke tempat lain, yang pura-pura galak hanya agar tak ada yang berani mendekat.

Namun justru di situlah pesonanya lahir.

Dia tak suka permen mint. Membenci warna merah dan hitam. Menikmati hanya karena sebutir es batu kristal yang bergemeletuk saat dikunyah.

Dia begitu sayang pada binatang. Suka merangkai bunga liar di pinggir jalan. Memanjat pohon hanya karena ingin melihat langit lebih dekat, tapi selalu menjerit minta tolong saat tak bisa turun.

Dia selalu menutup mata ketakutan saat melihat luwing, tapi berani menggoda Naru dengan seekor kucing karena ia alergi dengan mereka. Pandai menggambar gaun indah untuk teman-temannya sebagai bentuk keakraban.

Dan yang paling Naru sukai... Saat Nuha sendirian, dia berbicara dengan jiwa imajinernya, seolah sedang menjalin persahabatan dengan sesuatu yang tak bisa dia lihat.

"Sedetail itu aku menyukainya," bisiknya pelan. "Aku yakin Nuha tidak berubah. Ia hanya kembali menjadi dirinya yang dulu. Dirinya yang murni, tanpa luka, tanpa gangguan siapa pun."

Naru menatap ke kejauhan, napasnya berat tapi lembut. "Aku hanya perlu satu hal..." katanya pelan,

"...mendekatinya sekali lagi. Tanpa gangguan. Tanpa rasa sakit yang ikut datang kembali. Tolong jangan berubah, istriku tersayang. Jangan ada hati lain sebelum aku berhasil menyembuhkanmu kembali."

Namun, kenyataannya… selama tiga tahun mereka berpisah, Nuha telah berubah.

Rasa sakit yang pernah ia terima dari perundungan Naomi di masa sekolah, ia pendam sendirian. Luka hati, luka fisik semuanya ia simpan rapat-rapat, tanpa ada satu pun yang tahu.

Puncaknya terjadi saat Naomi mempermalukannya di depan seluruh siswa sekolah. Hari itu, seluruh dunianya runtuh. Ia dituduh sebagai perebut tunangan orang. Gadis manis yang pura-pura polos demi mendapatkan pacar tampan. Bahkan dituding memakai cara kotor hanya untuk memikat Naru.

Ia ingin melawan, tapi suaranya kalah oleh kebisingan. Suara Naomi terlalu nyaring, lebih keras dari petir, lebih mematikan dari racun yang perlahan menetes ke hati.

Dan sejak saat itu, Nuha membungkam dirinya sendiri, menenggelamkan masa lalunya tanpa ada yang tahu bahwa dirinya belum sembuh.

Namun, hidup punya cara sendiri untuk menyembuhkannya. Ketika bekerja di ekspedisi Pak Eko, luka hatinya perlahan menutup. Ia menemukan keluarga baru yang hangat dan sederhana. Setiap tawa di antara tumpukan paket dan nota pengiriman menjadi obat kecil bagi jiwanya.

Meski ia harus memaksa dirinya keluar dari tempurung introvertnya, berhadapan dengan banyak orang sebagai sales counter, anehnya Nuha menikmatinya. Ia mulai belajar tertawa tanpa pura-pura, dan tersenyum tanpa takut disalahartikan.

Disaat Nuha mulai bahagia dengan dunianya sendiri, takdir kembali menghantam. Naru yang dulu berjanji akan memulangkan Naomi ke Jepang, nyatanya gagal menepati kata-katanya. Gadis itu justru mengikutinya ke Jakarta, membawa badai baru dalam kehidupan mereka.

Sejuta alasan telah Naru ucapkan demi menenangkan hatinya, tapi siasat Naomi jauh lebih beracun dari obat hati mana pun yang bisa Naru berikan.

Swafoto yang dibuat seolah bahagia, pesan-pesan yang menusuk seperti duri, cerita-cerita manis yang ternyata palsu, semuanya seperti racun yang menetes perlahan, membunuh kepercayaan Nuha dari dalam.

Hingga akhirnya, dengan tangan gemetar dan mata berkaca, Nuha menekan tombol “blokir” pada dua nama tersebut.

Semesta seakan...

...memberi waktu untuk bernapas.

Di kafe Asa, aroma manis kue panggang dan kopi hangat menyambut mereka. Persahabatan itu kembali terasa utuh. Asa, Fani, dan Sifa kini bisa tertawa bersama Nuha seperti dulu.

Mereka sempat khawatir, takut Nuha belum benar-benar pulih setelah insiden di pesta pernikahan yang hampir menghancurkan jiwanya. Namun hari ini, melihat Nuha datang dengan casual lembut dan senyum manis yang jarang muncul, hati mereka lega.

“Sepertinya Naru berhasil menenangkan Nuha kita,” ujar Asa sambil menyenggol pelan Fani dan Sifa.

“Syukurlah kalau begitu,” sahut Fani. “Kita jadi ikut seneng liatnya.”

Tawa kecil pun mengalir di meja itu. Tak ada yang tahu, di balik tawa itu, Nuha kini hidup dengan ingatan yang tak utuh. Sebuah ruang kosong di hatinya yang masih mencari sesuatu yang hilang. Akankah Nuha menceritakannya?

Dan dari meja yang lebih jauh, di sudut kafe yang tenang, seorang pelanggan duduk bersama pak tua dengan secangkir kopi hitam dan segelas vanilla latte. Tatapan mereka... terasa familiar.

“Udah sebulan Nuha keluar dari counter, rasanya sepi banget ya, Wis,” ucap Pak Syarif sambil menyeruput kopi. “Bapak jadi kangen sama gendhuk itu.”

Wisnu Dewangga. Pria muda seumuran Kak Muha tersenyum tipis. “Kan dia udah pamitan, Pak. Lagian, katanya mau lanjut kuliah, ngejar mimpi. Jadi ya... biarin aja dia berkembang.”

Pak Syarif mengangguk pelan, lalu melirik Wisnu dari balik kacamatanya. “Kamu beneran nggak punya rasa sama dia, Wis?”

Wisnu tersenyum canggung. “Sulit, Pak. Dia tuh susah didekati. Lagi pula, daripada ngurusi urusan hati, aku lebih nganggap dia kayak adik sendiri.”

Pak Syarif mendengus geli. “Halah, kamu ini ngomongnya. Serius dikit gitu donk. Kalo kamu suka, bilang aja. Bapak bisa bantu, lho.”

“Bantu gimana?” Wisnu menatapnya heran.

Pak Syarif terkekeh kecil, nada suaranya menggantung penuh rahasia. “Heh, kamu lupa siapa Bapak ini, hah?”

.

.

.

. ~Bersambung...

1
Fing Fong
Gaun beludru merah marun itu jatuh lembut di bahunya, seakan ingin menutupi dosa yang berkilau di balik mutiara di lehernya. 👍
Fing Fong
Andai Naru ada di sini…
Fing Fong
ini kalimat indah banget, jangan ubah!
Fing Fong
Hah, serius dia mau selingkuh? 😨
Fing Fong: “Terpaksa aku harus cari wanita lain buat nemenin aku tidur malam ini.” katanya dengan nada sarkas. WKWKWK 🤣🤣
total 1 replies
Fing Fong
frustrasi tapi masih gemas itu chef’s kiss! 😆
Fing Fong: relatable and gold line! 👍
total 1 replies
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Rudi, soora, naomi. licik. dilan?
kanaya tau kebusukan suami & sahabatnya, gak ya?
Miu Nuha.: Kanaya disini masih single kak 😝
total 1 replies
Destira Chan
Naomi, girl... take a seat !!! 😤kamu nggak lebih dari side character yang lagi overconfident.
Destira Chan
Nak Nuha, sabar ya, emak di belakangmu! Jangan kalah sama drama keluarga mertua, kau masih ratu di cerita ini!! 😍😍
Destira Chan
😱 Itu beneran atau cuma akal bulus aja, hah?? Kalo bener, emak sumpah bakal lempar sandal ke Naru !!!
Destira Chan
Naomi sama Mamiya 😤 Nih cocok jadi duo sinetron jam 8 malam. licik, pengen banget lempar sambel terasi biar sadar diri 😭🔥
Destira Chan
MASYAALLAH 😭💪
itu baru emak singa betina yang classy banget!! Bicaranya lembut, tapi nancep kayak belati dari sutra.
“Aku ada bersama mereka.”
langsung pengen slow clap di meja makan
👏👏👏
Destira Chan
Nuha nih strong banget 😭.
Pas diserang dari segala penjuru masih bisa bilang “Aku percaya sama Naru.” Uuuuhh, emak langsung pengen peluk dia sambil bilang, “Nak, sabar ya… dunia emang keras, tapi jangan kasih Naomi menang!” 😤😤😤
Destira Chan
WELADALAH KIRAIN 😑
Destira Chan
LAH NAK, ITU BUKAN SOLUSI, ITU TIKET MENUJU NERAKA EMOSI!! 😭🙄😤
Peter_33
pengen nyakar Naomi 😤
Peter_33
itu line paling powerful !!
chill naik sampe ubun-ubun, sumpah 🔥😱
Peter_33
😭😭😭 plss dia jahat banget.
Peter_33
OMG Nuha sendirian 😭
Peter_33
ihh lucu bngttt 😍😍
Ame Ricka
❤️‍🔥 LOVE MEMBARA BUNDAAA!!!
“She said: don’t mess with my daughter-in-law,, mother-in-law supremacy era!!! 👊👊👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!